Menurut Suhartini, harga porang di pasaran sedang anjlok, akibat adanya eksportir nakal yang mencampur chips porang dengan iles-iles jenis lain yang mirip dengan porang.
Hal ini yang mengakibatkan beberapa petani merugi karena chips porang mereka tidak terserap pasar, sementara tehnik pengolahan porang belum banyak yang menguasai dan perlu teknologi bagus yang mendukung, terlebih pengeringan porang dengan cahaya matahari harus dilakukan dengan sempurna.
“Tahun 2017 dan 2018 itu adalah tahun-tahun di saat porang sedang mahal-mahalnya. bibitnya saja sampe 400 ribu sekilo. Sekarang nggak ada yang mau tanam, karena gak ada yang beli. Banyak yang stress petani porang,” ungkap Suhartini sedih. “Makanya ada pelatihan ini, Ya seperti itulah pak, dan satu-satunya Kabupaten di NTB yaitu Lombok Timur yang Pemdanya perhatian ke petani porang,” imbuhnya.