Musim Tanam dan Teknologi Geospasial: Kunci Ketahanan Pangan Indonesia

Nialiku.id – Tampaknya para anggota grup Sahabat NilaiKu di WhatsApp, sedang dalam masa-masa sibuk menanam. Hal tersebut tampak dari obrolan grup, berawal dari Warsito sejati yang mengirimkan foto tanaman padi lengkap deng teks di foto berupa lokasi, koordinat dan lain-lain. Laalu disambut Cucu, Alvi, Mahani dan lainnya.

Bicara musim tanam. Indonesia, sebagai negara agraris dengan kekayaan alam melimpah, memiliki potensi besar dalam sektor pertanian, terutama pada komoditas utama seperti padi dan hortikultura. Namun, untuk mengoptimalkan potensi tersebut, pemahaman terhadap musim tanam dan pemanfaatan teknologi seperti analisis geospasial (misalnya GPS) menjadi sangat penting. Hal ini semakin relevan di wilayah-wilayah strategis seperti Garut, Lombok Timur, Pasaman Barat, dan Sukabumi, yang memiliki karakteristik agroklimat dan tantangan tersendiri.

Musim Tanam Menentukan Keberhasilan Panen

Musim tanam padi umumnya dimulai saat musim hujan tiba (Oktober–April), karena saat itulah ketersediaan air maksimal. Di daerah yang memiliki irigasi teknis seperti sebagian wilayah di Sukabumi dan Garut, petani bisa menanam hingga tiga kali dalam setahun. Namun, di daerah tadah hujan seperti bagian dari Pasaman Barat, musim tanam hanya bisa dilakukan satu kali setahun, membuat hasil panen sangat bergantung pada kestabilan cuaca.

Untuk tanaman hortikultura seperti cabai dan tomat, musim tanam lebih fleksibel, tetapi tetap dipengaruhi oleh kelembapan udara dan risiko serangan hama. Di Lombok Timur, misalnya, petani hortikultura lebih memilih menanam saat musim kemarau karena cuaca lebih bersahabat dan hasil panen lebih berkualitas. Berikut studi kasusnya:

Lombok Timur Adaptasi Musim Tanam Cabai

Di Lombok Timur, NTB, petani cabai di Kecamatan Sakra Timur mulai mengatur pola tanam mereka dengan bantuan informasi cuaca dari aplikasi dan pelatihan berbasis teknologi.

JIka dulu petani hanya mengandalkan insting dan pengalaman orang tua. Sekarang, lewat pelatihan, sebagian petani diajari membaca pola cuaca dari aplikasi dan GPS. Harapannya panen lebih teratur dan harga cabai juga lebih stabil. Lantas, para pengusaha kecil seperti Mahani pun bisa mengolahnya menjadi Abon Cabe dengan ketersedian bahan baku yang memadai. Penerapan sistem tanam bergilir bisa dilakuakn berdasarkan prediksi cuaca mikro membantu mengurangi kerugian akibat hujan lebat yang sering datang mendadak.

Mahani memanfaatkan halaman untuk menanam

Garut Digitalisasi dan Geospasial di Lahan Padi

“Kami mungkin perlu penggunaan drone dan pemetaan digital untuk menentukan jadwal tanam yang optimal. Petani bisa mengetahui kapan waktu terbaik tanam berdasarkan data real-time, bukan sekadar perkiraan,” kata salah satu petani.

Teknologi geospasial memainkan peran penting dalam membantu petani, karena:

  1. Memetakan lahan berdasarkan kondisi tanah dan curah hujan
    Menentukan varietas tanaman paling cocok untuk mikroklimat tertentu
  2. Menghindari tumpang-tindih masa tanam yang bisa menyebabkan kelebihan pasokan dan anjloknya harga
  3. Sistem informasi pertanian digital, seperti SIAP (Sistem Informasi Agroklimat dan Pangan), mulai diujicobakan di beberapa kabupaten untuk membantu pemerintah daerah membuat keputusan lebih tepat terkait distribusi bantuan, jadwal tanam serempak, dan mitigasi bencana.

Masa Depan Pertanian Indonesia, Teknologi dan Kebijakan Berkelanjutan

Meskipun tantangan perubahan iklim dan kerusakan lingkungan terus membayangi, peluang untuk meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan masih terbuka lebar. Hal ini bisa dicapai dengan meningkatkan edukasi bagi para petani dalam penggunaan teknologi ramah iklim dan mendorong kolaborasi antar daerah berbasis data pertanian dan mewujudkan kebijakan pertanian yang tanggap terhadap dinamika musim tanam dan variabilitas cuaca

Dengan pengelolaan musim tanam yang lebih presisi dan berbasis teknologi, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas pertanian, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional. Dukungan dari pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam menghadirkan inovasi pertanian inklusif akan menjadi pondasi penting bagi masa depan sektor pertanian Indonesia.

Ketika Pembeli Bilang Mahal, Bagaimana?

NilaiKu.id- Ketika ada pembeli bilang mahal, tapi Anda sebagai produsen sekaligus penjual malah mengitung biaya kain flanel, pita, dan lem tembak, ini wajar! Tapi bagaimana menyiasatinya?

Ada saat momen menyebalkan bukan? Tapi lumrah dalam dunia usaha kecil. Misalnya, seseorang melihat produk buatan tangan kita contoh gantungan kunci flanel lucu, buket kado, atau hiasan dinding dari kain perca, lalu berkata,

“Bagus sih… tapi harganya kok mahal, ya?” Seperti halnya postingan Cucu Mabruroh Sahabat NilaiKu Sukabumi, pada percakapan WAG Sahabat NilaiKu (03/7).

Refleks pertama kita mungkin langsung defensif. Ingin rasanya buka catatan pembukuan dan bilang, “Bu, kain flanelnya 12 ribu, pita 5 ribu, lem tembak 3 ribu, belum listrik, tenaga, riset desain, dan capek mata begadang!” Tapi mari kita tarik napas dulu. Karena kadang, cara kita menjual tidak sekuat usaha kita membuat.

Sahabat NilaiKu Sukabumi pada saat menggunakan NilaiKu versi awal, sekarang ada kejutan! Tunggu ya updatenya!

Pembeli Tak Selalu Paham Biaya dan Itu Wajar.

Bagi kita, detail bahan sangat penting. Tapi bagi pembeli, mereka membeli nilai, bukan daftar komponen. Mereka melihat hasil akhir, bukan perjuangan. Maka bukan tugas mereka untuk menghargai semua biaya, tugas itulah milik kita.

Alih-alih menunjukkan rincian biaya bahan, lebih bijak jika kita menjelaskan manfaat: “Ini handmade, Bu, jadi tiap bunga dibentuk satu-satu, makanya tahan lama dan bisa jadi kenang-kenangan unik.” Ubah angka menjadi cerita.

Jual Emosi, Bukan Sekadar Produk
Misalnya Anda membuat buket flanel. Jangan hanya bilang, “Ini isinya delapan bunga dari flanel Jepang.” Coba: “Ini cocok untuk kado sahabat. Warna kuningnya simbol persahabatan, dan bisa disimpan bertahun-tahun tanpa layu.” Pembeli lebih mudah menerima harga ketika mereka merasa membeli makna.

Berhenti Menghitung Seperti Penjual, Mulailah Menawarkan Seperti Brand
Saat Anda sibuk menghitung harga lem per mililiter, Anda sedang berpikir sebagai tukang. Tapi saat Anda menjelaskan fungsi, emosi, daya tahan, dan eksklusivitas, Anda sedang membangun brand.

Harga bukan hanya soal bahan, tapi persepsi. Apple tak dijual berdasarkan harga komponen—mereka menjual pengalaman, kebanggaan, dan gaya hidup.

Siapkan Dua Versi Produk
Jika memang sering kena label “mahal”, siasati dengan dua versi produk berupa Versi ekonomis: tetap cantik tapi lebih sederhana, untuk masuk pasar yang sensitif harga. Dan satu lagi Versi premium: lengkap dan detail, untuk mereka yang mau bayar lebih untuk kualitas dan keunikan. Dengan begitu, Anda bisa mengatakan, “Ada pilihan yang lebih simpel juga, Bu, tapi kalau mau yang lebih awet dan eksklusif, ini yang terbaik.”

Tingkatkan Presentasi dan Cerita Visual
Kemasan yang cantik, foto yang profesional, serta caption yang menyentuh bisa menaikkan persepsi nilai. Kadang masalahnya bukan pada harga, tapi penampilan produk tak sebanding dengan harga yang diminta.

Kalau jualan masih pakai foto buram di atas karpet, coba ganti dengan latar bersih, pencahayaan natural, dan sedikit sentuhan estetika. Jangan lupa—orang membeli dengan mata dulu, baru dengan dompet.

Nah! Ketika pembeli bilang “mahal” seperti yang dialami Teh Cucu, pengrajin bunga artificial dari Sukabumi ini, jangan buru-buru tersinggung atau menjelaskan panjang soal harga kain flanel. Alih-alih menjawab dengan angka, jawab dengan rasa. Ubah cara pandang dari “menghitung modal” menjadi “membangun nilai”. Karena dalam bisnis, harga yang pantas itu bukan yang murah, tapi yang layak dihargai. Bagaimana, Anda punya pengalaman serupa?

Cara Sederhana Menghitung Harga Pokok Produksi (HPP)

NilaiKu.id – Muhammad Idkon, Jumat (13/06) membagikan sebuah carousel di grup WA Sahabat NilaiKu tentang bagaimana menghitung HPP. “Masih bingung nentuin harga jual produk? Kunci utamanya ada di HPP (Harga Pokok Produksi)! Banyak pelaku UMKM yang asal pasang harga, padahal bisa bikin rugi tanpa sadar. Lewat konten ini, kamu bisa belajar cara sederhana menghitung HPP, bahkan kalau usahamu masih rumahan.Dengan tahu HPP, kamu bisa: Menentukan harga jual yang adil, Menjaga keuntungan tetap aman dan Menghindari kebangkrutan diam-diam,” demikian narasi yang Idkon bagikan dari sebuah akun UMKM.

Berdasarkan penelusuran Nilaiku, terkadang pelaku UMKM yang mengalami kerugian itu bukan karena produknya tidak laku, tapi karena tidak tahu cara menghitung HPP (Harga Pokok Produksi) dengan benar. Padahal, HPP adalah dasar penting dalam menentukan harga jual. Bila salah hitung, usaha bisa tampak untung di kas, padahal sebenarnya buntung.

HPP atau Harga Pokok Produksi adalah total semua biaya yang dikeluarkan untuk membuat satu produk atau jasa sampai siap dijual. Dalam bisnis skala UMKM, HPP mencakup beberapa jenis biaya utama. Pertama, biaya bahan baku atau bahan langsung, seperti tepung, gula, telur, mentega, kain, atau bahan mentah lain tergantung jenis usaha. Kedua, biaya tenaga kerja langsung, yaitu upah atau honor bagi pekerja yang terlibat langsung dalam proses produksi.

Selain dua komponen utama itu, ada juga biaya overhead atau biaya tidak langsung. Ini termasuk listrik, air, sewa tempat, gas, alat produksi, dan penyusutan peralatan. Tidak kalah penting, ada biaya tersembunyi yang sering dilupakan. Misalnya, ongkos transportasi saat mengambil bahan, kemasan, produk cacat yang tidak bisa dijual, waktu Anda sendiri sebagai pemilik yang bekerja di produksi, hingga biaya promosi awal seperti memberi tester atau diskon.

Agar lebih mudah dipahami, mari kita ambil contoh usaha bolu kukus. Dalam satu hari, Anda membuat 100 bolu. Total bahan baku habis Rp165.000. Tenaga kerja dibayar Rp75.000 per hari. Overhead seperti listrik, gas, kemasan, dan sewa tempat mencapai Rp60.000. Lalu, biaya tersembunyi seperti ongkos kirim bahan Rp10.000 dan kerugian 5 bolu yang gagal dijual senilai Rp8.250. Total biaya seluruhnya adalah Rp318.250. Jika dibagi 100 bolu, maka HPP per bolu adalah Rp3.182,5. Untuk memudahkan, bisa dibulatkan menjadi Rp3.200.

Setelah mengetahui HPP, Anda bisa menentukan harga jual. Idealnya, harga jual memberi keuntungan minimal 30–50 persen dari HPP. Jika HPP bolu Anda Rp3.200, maka harga jual bisa diatur di kisaran Rp4.500 agar tetap bersaing dan memberi keuntungan sekitar Rp1.300 per bolu. Dari sinilah keuntungan usaha terbentuk secara riil dan bisa diukur.

Untuk menjaga agar usaha tetap untung, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan. Catat semua pengeluaran sekecil apa pun, termasuk air galon atau plastik pembungkus. Pisahkan keuangan usaha dan pribadi, jangan campur aduk agar bisa menganalisis keuangan dengan jernih. Jangan lupa menghitung penyusutan alat seperti oven, mixer, atau kompor.

Waktu Anda sendiri yang digunakan untuk produksi pun patut dihitung sebagai biaya, agar Anda tahu berapa nilai kerja Anda. Harga jual juga harus realistis, jangan asal murah untuk bersaing, tapi pastikan masih ada keuntungan yang masuk akal. Dan yang tak kalah penting, lakukan evaluasi HPP secara berkala. Harga bahan naik atau strategi bisnis berubah? Perbarui HPP-nya.

Kesimpulannya, HPP bukan sekadar angka, ia adalah penentu nasib usaha Anda. Dengan perhitungan yang tepat, produk yang dijual tidak hanya laris, tapi juga memberi keuntungan nyata. UMKM bisa tumbuh sehat, bukan hanya kelihatan ramai tapi ternyata rugi diam-diam. Jadi, mulai sekarang, jangan asal pasang harga. Hitung HPP dengan cermat, agar usaha Anda benar-benar untung. Dan pakai terus NilaiKu alat promosi produk keluarga!


Mengkulik Istitah-istilah Jualan Online

Di grup WAG Sahabat NilaiKu terjadi obrolan (10/6), bahwa di era digital saat ini, jual beli online telah menjadi hal yang lumrah di kalangan masyarakat. Istilah-istilah seperti COD (Cash On Delivery), Nett (harga yang sudah termasuk semua biaya), dan PO (Pre Order). Tapi, seringkali beberapa istilah tersebut membuat kita bingung, misalnya apa itu PNP jika bukan untuk istilah elektronik.

PNP (Plug and Play) berarti langsung pakai tanpa perlu setting-setting dulu. Penjual seringkali menggunakan istilah-istilah yang kreatif untuk menarik perhatian pembeli. Dengan memahami istilah-istilah jual beli online, kita dapat lebih mudah bertransaksi online dan menghindari kesalahpahaman. Jadi, mari kita terus belajar dan memahami istilah-istilah yang digunakan dalam transaksi online.

Jangan Jual Produk yang Kamu Bisa Bikin, Tapi Jual Produk yang Orang Mau Beli

NilaiKu.id – Di dunia bisnis, terutama bisnis rumahan, banyak orang memulai usaha dari keterampilan pribadi. Tidak salah, mereka berpikir, “Aku bisa bikin ini, kenapa nggak dijual aja?” Tapi ada satu prinsip penting yang sering dilupakan dalam berbisnis yakni: “Jangan jual produk yang kamu bisa kita bikin, tapi jual produk yang orang mau beli.” Kenapa? Karena produk bagus meski dinginkan belum tentu dibutuhkan.

Bayangkan, bila kita jago bikin sabun cuci piring handmade wangi lavender, produk kita cantik alami dan jarang ada di pasaran. Karena hal tersebut tentu saja kita pasti bangga dengan produk kita. Tapi kalau pasar sekitar kita justru lebih mencari sabun cuci piring murah dan tahan lama, sabun buatan kita bisa saja tidak laku meski lebih bagus.

Dan ternta, bisnis bukan soal kemampuan semata, tapi soal kebutuhan pasar. Untuk itu, para ahli bisnis menyarankan untuk merubah pola pikir dengan menjadikan konsumen sebagai titik awal dari bisnis kita. Alih-alih memulai dari “aku bisa bikin apa,” kita harus memulaina dari pertanyaan berikut ini:

Mahani menjawab kebutuhan teman makan cepat dengan rasa pedas

Apa yang sedang dibutuhkan orang, masalah apa yang sering mereka hadapi, produk seperti apa yang sering dicari tapi sulit ditemukan?” Nah! dari sini, kita bisa menyesuaikan ide produkmu dengan permintaan nyata, sebab bisnis itu tentang solusi, bukan hanya ekspresi diri.

Contoh Produk Rumahan yang Menjawab Kebutuhan dengan produk alasan laku
Ayam ungkep frozen Orang sibuk, butuh makanan cepat saji tapi tetap enak dan sehat
Daster adem kekinian Ibu rumah tangga cari baju nyaman tapi tetap gaya
Kopi susu literan Anak muda suka kopi, tapi ingin hemat dan bisa disimpan
Sabun cuci piring organik Keluarga muda makin sadar bahan kimia dan pilih produk ramah lingkungan.

Amati sekeliling kita, apa yang cepat habis di warung? Apa yang sering dikeluhkan tetangga? Gunakan media sosial untuk menjaring polling singkat di WhatsApp atau Instagram. Lalu, uji pasar kecil dulu dengan coba menjual produk ke teman dekat, lalu kumpulkan feedback dan kembangkan.

Lusi,Sahabat NilaiKu Pasbar menjawab kebutuhan kesehatan

Atau misalnya dengan cara menggabungkan skill dan kebutuhan. Jika Anda punya keahlian baking atau membuat roti dan tinggal di area perumahan sibuk, cobalag membuat roti atau kue untuk sarapan yang bisa jadi pilihan.

Produk rumahan bukan hanya tentang apa yang bisa kita bikin. Tapi tentang apakah produk kita bisa menyelesaikan masalah orang lain dan memenuhi kebutuhan mereka, atau menjawab keinginan pasar. Mulailah dari pasar, lalu sesuaikan kemampuan. Di situlah potensi bisnis besar bisa tumbuh dari rumah. Kalau kita sedang berpikir memulai bisnis rumahan, ambillah waktu sejenak untuk mendengarkan pasar dulu baru mulai produksi. Atau bila sudah menjalankan bisnis yang ada, tak ada salahnya mengambil peluang lain yang lebih menjanjikan! Ambil peluang pasarmu pakai NilaiKu! Download sekarang.

Dari 40 Kilogram Gabah jadi 25 Kilogram Beras Apakah Bagus?

NilaiKu.id – Bagi para petani, produktivitas padi biasanya dihitung dari banyaknya gabah yang dipanen. Namun, seberapa banyak beras yang dihasilkan dari gabah itu juga sangat penting, dan ini dikenal dengan istilah rendemen. Ada sebuah pertanyaan dari salah seorang petani di grup komunitas. Diketahui hasil 40 kg gabah menjadi 25 kg beras berarti rendemen (hasil bersih dari penggilingan gabah ke beras) sekitar: 25 kg / 40 kg = 62,5%

“Apakah ini produktivitas yang bagus?” Jawabannya: Ya, cukup bagus. Karena panduan umum rendemen penggilingan pad adah sebagai berikuti:

  1. < 55% → Rendah (bisa karena mutu gabah buruk atau mesin giling tidak efisien).
  2. 55–60% → Sedang, standar nasional.
  3. 60% → Baik, terutama jika kualitas beras tinggi dan mesin penggilingan modern.
Menjelang Panen

Dengan rendemen 62,5%, berarti gabah yang digunakan cukup berkualitas (kadar air ideal, varietas unggul, minim kotoran) dan dikelola dengan teknik pascapanen dan penggilingan yang efisien. Namun, selain kuantitas, kualitas beras (utuh/tidak pecah, warna, aroma) juga penting. Kadang beras pecah bisa banyak kalau mesin kurang bagus meskipun rendemennya tinggi.

Rendemen adalah persentase hasil bersih yang diperoleh dari proses pengolahan bahan mentahm dalam konteks pertanian, biasanya digunakan untuk menghitung seberapa banyak beras yang dihasilkan dari gabah setelah digiling.

Dalam konteks padi:
Rendemen = (Berat beras yang dihasilkan ÷ Berat gabah kering giling) × 100%

Contoh:
Jika dari 40 kg gabah dihasilkan 25 kg beras:
Rendemen = (25 ÷ 40) × 100% = 62,5%

Sahabat NilaiKu Sukabumi

Jenis Rendemen:
Rendemen total – seluruh beras hasil penggilingan (beras utuh + beras pecah).
Rendemen kepala – hanya beras utuh tanpa yang pecah (biasanya bernilai ekonomi lebih tinggi). Semakin tinggi rendemen (terutama rendemen kepala), artinya gabah berkualitas baik, proses penggilingan efisien dan kerugian pascapanen rendah.

Saran: Rendemen tinggi belum tentu berarti kualitas berasnya bagus. Jadi selain fokus pada angka, kita juga harus jeli melihat mutu hasil akhirnya.Berikut beberapa saran praktis untuk meningkatkan rendemen sekaligus kualitas beras (utuh, putih bersih, wangi):

  1. Gunakan Gabah Kering Giling (GKG) dengan Kadar Air Ideal
    Kadar air optimal: 13–14%
    Gabah terlalu basah → banyak beras pecah saat digiling
    Gabah terlalu kering → keras, mudah hancur saat disosoh
  2. Pilih Varietas Padi dengan Rendemen Tinggi & Tahan Pecah
    Contoh: varietas Inpari 32, Ciherang, atau Inpari IR Nutri Zinc
    Beberapa varietas memang secara genetik lebih tahan pecah
  3. Gunakan Mesin Giling yang Modern & Terawat
    Mesin usang atau tidak dikalibrasi bisa merusak bulir beras.Idealnya pakai Rice Milling Unit (RMU) yang lengkap: pemisah sekam, pemoles, penyosoh dan hindari penggilingan yang memakai tekanan terlalu tinggi
  4. Sortasi dan Pembersihan Gabah Sebelum Giling. Buang kotoran, gabah hampa, kerikil. Gabah kotor bikin hasil beras kusam & mudah patah
  5. Jangan Langsung Giling Setelah Panen. Istirahatkan dulu selama 3–5 hari setelah pengeringan. Hal ini membantu stabilkan kelembaban dalam butir gabah → lebih stabil saat digiling

Dan jangan lupa untuk mengevaluasi hasil gilingan secara rutin dengan melakukan penilaian hasil beras, yakni berapa % beras utuh? Berapa % beras pecah & Perhatikan Warna & aroma. Semoga bermanfaat! Pakai Terus NilaiKu! Download di Playstore!

Sistem Jarwo pada Tanaman Padi Terbukti Menaikan Hasil

NiliaKu.id – Sistem tanam Jajar Legowo (Jarwo) merupakan metode inovatif dalam budidaya padi yang dikembangkan di Indomesia untuk meningkatkan hasil panen, efisiensi penggunaan lahan, dan keberlanjutan pertanian.

Sistem ini mengatur pola tanam dengan menyisakan barisan kosong di antara beberapa barisan tanaman, sehingga tanaman mendapatkan lebih banyak cahaya matahari dan sirkulasi udara yang baik. Ciri khas dari sistem ini adalah penggunaan bibit muda, penanaman satu hingga dua bibit per lubang, dan pengaturan jarak tanam yang teratur.

Istilah Legowo di ambil dari bahasa jawa, yaitu berasal dari kata ”lego” berarti luas dan ”dowo”  berarti memanjang.

Penerapan sistem Jarwo telah terbukti meningkatkan produktivitas padi hingga 20–30 persen dan menghemat penggunaan benih. “Populasi tanaman meningkat, menambah jumlah populasi tanaman padi 20%-30% dan mempermudah pemeliharaan. Selain itu bisa menghemat pupuk dan air,” ungkap Warsito Sejati dalam percakapan di WhatsApp Grup Sahabat NilaiKu, salah satu petani di Kabupaten Garut yang juga menerapkan cara bertanam padi dengan sistem Jarwo.

Beberapa daerah di Indonesia yang telah sukses menerapkan sistem ini antara lain Banyumas di Jawa Tengah, Bireuen di Aceh, Tana Tidung di Kalimantan Utara, Ngawi di Jawa Timur, serta Sleman di Yogyakarta. Penerapan ini sering didukung oleh penyuluhan, pelatihan, dan bantuan dari dinas pertanian.

Jarwo siap panen

Meskipun memiliki banyak keunggulan, penerapan Jarwo masih menghadapi kendala seperti keterbatasan akses informasi dan kebiasaan tanam tradisional yang sulit diubah. Namun, dengan edukasi yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, sistem Jarwo dapat menjadi solusi efektif dalam meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani Indonesia.

Namun demikian sistem tanam Jajar Legowo (Jarwo) terbukti mampu meningkatkan hasil panen padi, menghemat biaya produksi, dan menciptakan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan, salah satunya di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Kelompok Tani “Ngudi Lancar” di Desa Singasari telah menerapkan Jarwo dengan hasil yang menjanjikan. Setelah penyuluhan, terjadi peningkatan pengetahuan petani sebesar 11,3% dan sikap positif terhadap inovasi pertanian meningkat 14%.


Ketika Jadi Petani di Jepang Lebih Menguntungkan Dibanding di Negeri Sendiri

NilaiKu.id- Lina Rokayah, seorang perempuan petani asal Jawa Barat, kini tinggal di Jepang dan tetap menjalani profesinya sebagai petani setelah lebih dari 20 tahun. Lewat unggahan reels di Facebook, ia membagikan pengalamannya menjalani hidup di negeri asing yang justru lebih memihak petani dibanding tanah kelahirannya sendiri. Cerita Teh Lina bukan hanya kisah personal, tapi juga potret kontras antara dua negara dalam memperlakukan mereka yang memberi makan rakyat: para petani.

“Ini yang dirasakan Teh Lina bertani di Jepang selama 20 tahun lebih, sistem dan dukungan dari pemerintah yang membuat pertanian di Jepang lebih maju. Ada insentif dan subsidi dari pemerintah, kalau kita mau beli alat-lat yang mahal-mahal seperti traktor, kita bisa dapatkan pinjaman lunak, meski tak gratis, tapi beban petani itu berkurang dengan itu,” kata Teh Lina dalam unggahan video yang ia bagikan.

ilustrasi: Kompas.com

Di Jepang, menjadi petani adalah profesi yang terhormat. Pemerintah hadir nyata lewat kebijakan yang melindungi dan memberdayakan. Harga hasil panen stabil, koperasi bekerja profesional, teknologi pertanian membantu efisiensi kerja, dan status sosial petani dihargai. Bahkan generasi muda Jepang tidak segan meneruskan profesi ini karena jelas ada masa depan.

“Penyediaan pupuk yang lancar distribusinya, dan di Jepang harga-harga hasil pertanian itu stabil bahkan cenderung menaik karena adanya sistem koperasi yang pro petani, artinya melindungi kesejahteraan petani,” ungkap Lina.

Berbeda jauh dengan Indonesia. Di negeri yang katanya agraris ini, petani masih bertarung sendiri. Harga hasil tani fluktuatif, koperasi lemah, teknologi tak merata, dan kebijakan kerap tidak berpihak. Banyak petani justru hidup dalam lingkaran kemiskinan, tak sedikit yang berharap anak-anak mereka tidak meneruskan profesi ini karena dianggap tidak menjanjikan.

Perbedaan yang sangat mencolok, bukan karena petani Indonesia kurang cerdas atau kurang kerja keras, tetapi karena sistem dan ekosistem pertanian yang belum memberi tempat dan perlindungan layak bagi para petani kita.

Petani di Indonesia

“Sebetulnya, Indonesia memiliki tanah subur, iklim yang bersahabat, dan petani yang gigih. Yang belum dimiliki adalah keberpihakan yang nyata dalam bentuk kebijakan dan sistem yang berpihak kepada mereka, lihat saja fakta di lapangan banyak yang kesulitan dapat pupuk, harga jual yang anjlok bikin petani buang-buang dan hancurkan hasil taninya karena ongkos tak sepadan,” kata seorang Sahabat NilaiKu di Tasikmalaya yang enggan disebut namanya.

Kisah Teh Lina seharusnya bisa terjadi di negeri sendiri, bukan hanya di luar negeri. Ia menjadi pengingat bahwa keadilan sosial dan kesejahteraan bukan hanya untuk mereka yang bersuara di kota, tapi juga untuk mereka yang setiap hari menanam harapan di ladang dan sawah.

Aung San Suu Kyi, pejuang demokrasi asal Myanmar, mengatakan bahwa “The only real prison is fear, and the only real freedom is freedom from fear.” Kebebasan sejati bagi petani bukan hanya lepas dari rasa takut gagal panen, tapi juga lepas dari ketidakpastian harga, akses, dan perlindungan. Semoga Indonesia segera bangun dari tidur panjangnya, dan menyadari bahwa kedaulatan pangan tidak akan pernah tercapai tanpa memuliakan mereka yang menanamnya.

Kalau disandingkan, sistem pertanian Jepang dan Indonesia memang jomplang. Bukan karena petani Indonesia kurang cerdas atau malas, tapi karena sistem dan ekosistemnya belum berpihak pada mereka. Jepang berhasil menciptakan sistem yang menempatkan petani sebagai bagian penting dari ketahanan nasional. Sementara di Indonesia, petani masih menjadi korban sistem yang timpang, mulai dari pupuk yang mahal, harga yang tidak stabil, hingga akses pasar yang dikuasai tengkulak.

Ancaman Menggunakan Wi-Fi Publik dan Cara Menghindarinya

NilaiKu.id – Pernahkah Anda kehabisan kuota dan dalam keadaan darurat terpaksa harus menggunakan koneksi internet publik, Keluarga Indonesia? Dan di era digital yang serba terhubung ini, Wi-Fi publik menjadi solusi praktis bagi banyak orang yang membutuhkan akses internet saat berada di luar rumah atau kantor. Tempat-tempat seperti kafe, bandara, hotel, atau pusat perbelanjaan sering menyediakan Wi-Fi gratis bagi pengunjung mereka.

Meskipun terdengar menguntungkan bahkan membantu dalam keadaan darurat, penggunaan Wi-Fi publik memiliki banyak risiko yang tidak boleh dianggap sepele, lho!. Berikut ini beberapa bahaya yang dapat mengintai penggunanya ketika terhubung dengan Wi-Fi publik dan bagiamana cara menghindarinya.

Salah satu ancaman terbesar di jaringan Wi-Fi publik adalah serangan Man-in-the-Middle (MitM). Dimana peretas dapat memonitor atau bahkan mengubah komunikasi antara perangkat Anda dan server atau situs yang Anda kunjungi. Misalnya, jika Anda mengirimkan informasi sensitif seperti kata sandi atau data kartu kredit melalui Wi-Fi publik yang tidak aman, peretas dapat menyadap data tersebut dan menggunakannya untuk tujuan jahat.

Saat terhubung ke jaringan Wi-Fi publik, perangkat lain yang berada pada jaringan yang sama dapat dengan mudah melakukan penyadapan (snooping) terhadap data yang Anda kirimkan, terutama jika Anda mengakses situs atau aplikasi yang tidak terenkripsi, seperti email atau pesan instan yang tidak menggunakan enkripsi end-to-end.

“Tanpa perlindungan yang tepat, informasi pribadi Anda bisa jatuh ke tangan yang salah,” kata Adi Prasojo, praktisi IT.

Peretas dapat membuat hotspot Wi-Fi palsu yang tampak mirip dengan jaringan Wi-Fi asli yang seharusnya Anda gunakan. Misalnya, jika Anda berada di sebuah kafe dengan Wi-Fi gratis, peretas bisa membuat jaringan Wi-Fi dengan nama yang serupa, seperti “Free Wi-Fi” atau “Public Wi-Fi.” Jika Anda secara tidak sengaja terhubung ke jaringan ini, peretas bisa mengakses data pribadi Anda, bahkan mengendalikan perangkat Anda.

Jaringan Wi-Fi publik juga rentan terhadap penyebaran malware. Tanpa adanya pengamanan yang cukup, perangkat Anda bisa terinfeksi perangkat lunak berbahaya hanya dengan terhubung ke Wi-Fi publik. Malware tersebut dapat mencuri data Anda, merusak sistem perangkat Anda, atau bahkan mengenkripsi file penting dan meminta tebusan untuk mengembalikannya (ransomware).

Jika Anda mengakses situs yang tidak menggunakan HTTPS (situs yang tidak aman), peretas dapat dengan mudah mencuri informasi pribadi Anda, seperti nama pengguna, kata sandi, dan nomor kartu kredit. Tanpa enkripsi yang memadai, data yang Anda kirimkan melalui Wi-Fi publik bisa dengan mudah disadap oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

ilustrasi

Cara Menghindari Risiko Saat Menggunakan Wi-Fi Publik
Meskipun ada banyak risiko saat menggunakan Wi-Fi publik, ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi potensi ancaman tersebut dengan menggunakan VPN (Virtual Private Network) Salah satu cara terbaik untuk melindungi data Anda saat terhubung ke Wi-Fi publik adalah dengan menggunakan VPN.

Jangan pernah mengakses akun perbankan, mengirimkan informasi pribadi, atau melakukan transaksi yang melibatkan data sensitif saat terhubung ke Wi-Fi publik. Jika memungkinkan, simpan aktivitas-aktivitas tersebut untuk dilakukan saat Anda menggunakan koneksi yang lebih aman, seperti data seluler atau Wi-Fi pribadi.

Periksa URL dan Gunakan HTTPS Pastikan situs yang Anda kunjungi menggunakan HTTPS, bukan HTTP. HTTPS memberikan lapisan keamanan tambahan yang mengenkripsi data antara perangkat Anda dan situs web. Anda bisa melihat ini dengan mudah karena URL di bilah alamat akan diawali dengan “https://” dan biasanya disertai ikon gembok di browser.

Nonaktifkan Berbagi File atau Folder! Jika Anda terhubung ke jaringan Wi-Fi publik, pastikan fitur berbagi file atau folder di perangkat Anda dimatikan. Ini akan mencegah perangkat lain yang ada di jaringan yang sama mengakses file atau data pribadi Anda tanpa izin.

Matikan Wi-Fi Otomatis Banyak perangkat canggih secara otomatis mencari dan terhubung ke jaringan Wi-Fi yang tersedia. Matikan opsi ini jika Anda tidak memerlukan koneksi Wi-Fi atau jika Anda berada di tempat umum. Ini akan mencegah perangkat Anda terhubung ke jaringan yang tidak aman atau tidak dikenal secara otomatis.

Wi-Fi publik memang memberikan pilihan menguntungkan bagi banyak orang, tetapi juga membawa risiko keamanan yang besar. Dengan memahami bahaya yang ada dan mengikuti langkah-langkah pencegahan tersebut di atas, Anda dapat melindungi diri dari ancaman yang mungkin terjadi. Dan Sebaiknya Keluarga Indonesi selalu waspada dan bijak dalam menggunakan Wi-Fi publik agar data pribadi Anda tetap aman dan terlindungi agar tetap bisa menjalankan kegitan online dengan nyaman! Pastikan di HP Anda telah terinstal NilaiKu untuk promosi produk ke sosial media!

Efek Mudik Idul Fitri 2025

NilaiKu.id- Mudik Lebaran 2025 diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah, dengan meningkatkan konsumsi di sektor transportasi, akomodasi, makanan, pakaian, oleh-oleh, dan hiburan. Hal ini berdampak positif pada sektor pariwisata, UMKM, dan transportasi. Wakil Ketua Banggar DPR, Wihadi Wiyanto, menyatakan bahwa belanja masyarakat selama mudik memberikan dampak nyata pada ekonomi, termasuk sektor makanan dan minuman.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dan Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menegaskan peran mudik dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal. Mudik meningkatkan konsumsi barang dan jasa, serta mendongkrak pendapatan daerah, seperti yang terlihat di Dusun Bambu, Bandung, yang menerima 17.000 pengunjung per hari.Pada 2024, perputaran uang selama mudik mencapai Rp 157,3 triliun, dan pergerakan pemudik meningkat signifikan. Pada 2025, diperkirakan ada 146,48 juta pemudik, yang akan menciptakan lonjakan konsumsi dan meningkatkan perekonomian nasional.

Foto Badan Penghubung Provinsi Jateng

Masyarakat selama mudik Lebaran 2025 mengalokasikan pengeluaran mereka untuk berbagai kebutuhan seperti transportasi, akomodasi, makanan, pakaian, dan oleh-oleh. Hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan di sektor-sektor tersebut, yang pada gilirannya akan mempercepat perputaran uang dan meningkatkan perekonomian. Pengeluaran yang tinggi dalam berbagai sektor ini mendorong aktivitas ekonomi, menciptakan peluang usaha, serta memberikan dampak positif pada sektor UMKM dan industri lokal, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.

Transportasi: Pengeluaran untuk transportasi mencakup biaya perjalanan pulang pergi ke kampung halaman, baik menggunakan kendaraan pribadi, bus, kereta api, pesawat, maupun kapal laut. Ini adalah salah satu pengeluaran terbesar selama mudik, karena jutaan orang bergerak dari kota ke desa, menyebabkan peningkatan permintaan pada layanan transportasi.

Akomodasi: Akomodasi mengacu pada tempat tinggal selama mudik, baik itu hotel, penginapan, rumah kontrakan, atau bahkan tempat tinggal keluarga. Pengeluaran untuk akomodasi terjadi ketika pemudik memilih untuk menginap di tempat yang tidak dapat menampung seluruh keluarga di rumah. Ini juga mencakup pengeluaran untuk tempat menginap saat bepergian.

Makanan: Selama mudik, orang cenderung mengeluarkan lebih banyak uang untuk makanan, baik untuk makan di luar saat perjalanan maupun untuk menyambut keluarga yang datang. Ini juga mencakup pembelian makanan khas Lebaran dan hidangan perayaan lainnya, yang meningkatkan permintaan di sektor restoran, warung makan, dan pasar.

Pakaian: Pengeluaran untuk pakaian biasanya meningkat menjelang Lebaran. Banyak orang membeli pakaian baru untuk merayakan Idul Fitri, seperti baju baru, hijab, atau pakaian khas Lebaran. Hal ini mendorong aktivitas di sektor retail, baik offline maupun online.

Oleh-oleh: Salah satu tradisi mudik adalah membawa oleh-oleh untuk keluarga dan teman di kampung halaman. Oleh-oleh ini bisa berupa makanan khas, produk lokal, atau barang-barang lain yang dibeli selama perjalanan. Ini menciptakan permintaan tambahan di pasar lokal dan memberikan dampak positif pada perekonomian daerah.