NilaiKu.id – Sahabat NilaiKu, Padi adalah salah komiditi yang bervolume banyak sehingga pada saat pasca panen ia membutuhkan ruang yang cukup luas atau setidaknya harus ada tempat dan wadah yang mampu menampung volume padi yang dipanen dalam jumlah tertentu. Maka untuk menyimpannya diperlukan karung plastik atau karung goni dan ditempatkan di ruangan yang difungsikan sebagai gudang.
Masyarakat Indonesia mengenal kearifan lokal dalam mengolah hasil panen, salah satunya lumbung padi yang dipersiapkan untuk ketahanan pangan sebuah komunitas atau wilayah. Di Jawa Barat dan Banten, lumbung padi pada umumnya disebut leuit. Leuit berfungsi sebagai gudang logistik, dan kemungkinan karena di zaman dahulu penggunaan karung plastik atau goni masih terbatas, maka gabah padi tidak dilepaskan dari tangkainya sejak saat memotong padi di sawah hingga padi dikeringkan dan siap disimpan di leuit.
Cara memperlakukan padi dengan mengikat tangkainya tanpa melepaskan gabah setelah dipanen menggunakan ketam, etem atau ani-ani (alat tradisonal pemotong tangkai padi) dengan ukuran tertentu dalam satu ikatnya disebut satu pocong, perlakuan istimewa terhadap padi seperti ini sudah terbilang jarang, tetapi kita masih bisa menemukannya di beberapa daerah, diantaranya di salah satu wilayah Kabupaten Sukabumi yang bernama Kasepuhan Ciptagelar.
Tidak ada aturan baku untuk jenis padi atau spesikasi tertentu yang diperlakukan seperti ini, namun pertengahan tahun 80-an seingat penulis, masyarakat Priangan Timur masih memperlakukan padi dengan cara mengikat tangkainya terutama pada jenis padi ketan untuk membedakannya dengan padi yang menghasilkan beras pada umumnya. Selain di Kabupaten Sukabumi, perlakuan istimewa terhadap padi masih bisa kita jumpai di Kasepuhan Cisungsang, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Masyarakat adat Cisungsang memaknai padi dengan sangat luar biasa luar biasa istimewa, padi dianggap sebagai simbol kemakmuran. Ratusan pocong padi bisa kita lihat dalam acara Seren Taun yang merupakan bentuk syukur atas melimpahnya panen padi. Sayangnya, tidak semuanya terbuka untuk umum. Tetapi, hampir seluruh rangkaian acara Seren Taun ini memperlihatkan bagaimana krusialnya padi terhadap kehidupan warga adat Cisungsang.
Padi Pocong pun dikenal oleh para petani di Desa Pantirejo, Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.Bagaimana dengan Anda, Sahabat NilaiKu? Apakah cukup sering mendengar istilah Padi Pocong dan pernah melihat secara langsung?
Rata-rata masa tanam dan panen atau Indeks pertanaman/pertanian (IP) dalam satu tahun pada lahan yang sama di Kabupaten Garut adalah tiga kali dalam setahun. Secara umum, IP di setiap wilayah di Indonesia masih dapat ditingkatkan melalui optimalisasi lahan tak terkecuali di Kabupaten Garut, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan secara terpadu, baik itu sumber daya air, perbaikan pola tanam, iklim, dan unsur hara tanah bagi komoditas tanaman padi maupun tanaman pangan lainnya.
Hal tersebut terungkap dalam sebuah Rapat Koordinasi IP-400 untuk tanaman padi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Senin, 18 Januari 2021, bertempat di Sekretariat Kelompok Tani Sari Tani, Desa Cintakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Warsito Sejati, Koordinator Sahabat NilaiKu Kabupaten Garut mengatakan bahwa masa tanam dan panen padi yang awalnya tiga kali tersebuta akan digenjot menjadi empat kali dalam setahun dengan beberapa teknik meningkatkan indeks pertanian (IP) yang meliputi:
Semai di luar, benih berumur pendek (70-90 HST/Hari Setelah Tanam)
Mekanisasi pra dan pasca panen, 5 hari olah lahan, pola dan waktu tanam sesuai kalender tanam
Penggunaan pupuk kimia dikurangi secara bertahap selama 6 MT, sehingga tinggal 25 Kg/Ha/MT, ditambah pupuk organik sekitar 2 Ton/ Ha/MT
Unsur hara dari kompos, limbah tanaman dan limbah ternak (kohe)
Hemat air sawah, dari sumur pantek/embung/pompa dan air diputar untuk berbagai aktivitas pertanian terlebih dahulu.
Integrated farming menuju zero waste, antisipasi dan mitigasi OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
Hilirisasi dan skala kawasan korporasi sebagai off taker untuk akses KUR (Kredit Usaha Rakyat)
Dengan IP-400 maka diharapkan produktivitas padi akan semakin meningkat dan memberikan keuntungan kepada para petani karena masa panen yang bertambah satu kali dalam setahun.
“Melalui IP-400 ini, masa tebar dilakukan lebih awal, dengan mengkombinasikan beberapa komponen seperti penggunaan bibit padi varietas genjah, optimalisasi pemanfaatan air, manajemen tanam dan panen yang efisien dan optimalisasi penerapan pengendalian hama terpadu,” ungkap Warsito Sejati.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beny Yoga yang aktif melaksanakan berbagai kunjungan kerja ke beberapa desa di berbagai kecamatan di Kabupaten Garut untuk melakukan inovasi pertanian,sebut saja salah stunya inovasi closed loop yang dilakukan akhir tahun lalu, inovasi tersebut bahkan menjadi percontohan di tingkat nasional.
“Pak Kadis kemarin dua hari di sini, beliau juga sempat menanyakan NilaiKu itu apa? dan saya jelaskan, sampai menyinggung microAid sama Wifi yang ada di sini. Dan saya bilang ke beliau, makanya kami (anggota Poktan Sari Tani dan Sahabat NilaiKu) bisa online terus dan mengakses pasar secara online, karena ada fasilitas Wifi gratis dari microAid,” terang Warsito. Menurut Warsito, Beny Yoga dan staff-nya pun sangat mengapresiasi dan menanggapi positif dengan adanya faisilitas Wifi yang disediakan oleh microAid tersebut.
Kabupaten Garut merupakan sentra berbagai komoditas pertanian termasuk padi
Sari Tani dipercaya menjadi Poktan yang ditunjuk dalam melaksanakan proyek percontohan Program IP-400 tersebut, karena dianggap telah berhasil mengembangkan sector pertanian di Kabupaten Garut dan selama satu tahun akan dikawal oleh Dinas Pertanian Kabupaten Garut untuk program yang sedang dilakukan. “Para penyuluh pun kumpulnya di sini di sekretariat, dan siapa pun yang datang kemari akses wifi-nya pakai wifi yang disediakan microAid.” Pungkas Warsito (19/01/21).
Hal tersebut terungkap dalam sebuah Rapat Koordinasi IP-400 untuk tanaman padi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Senin, 18 Januari 2021, bertempat di Sekretariat Kelompok Tani Sari Tani, Desa Cintakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Warsito Sejati, Koordinator Sahabat NilaiKu Kabupaten Garut mengatakan bahwa masa tanam dan panen padi yang awalnya tiga kali tersebuta akan digenjot menjadi empat kali dalam setahun dengan beberapa teknik meningkatkan indeks pertanian (IP) yang meliputi:
Semai di luar, benih berumur pendek (70-90 HST/Hari Setelah Tanam)
Mekanisasi pra dan pasca panen, 5 hari olah lahan, pola dan waktu tanam sesuai kalender tanam
Penggunaan pupuk kimia dikurangi secara bertahap selama 6 MT, sehingga tinggal 25 Kg/Ha/MT, ditambah pupuk organik sekitar 2 Ton/ Ha/MT
Unsur hara dari kompos, limbah tanaman dan limbah ternak (kohe)
Hemat air sawah, dari sumur pantek/embung/pompa dan air diputar untuk berbagai aktivitas pertanian terlebih dahulu.
Integrated farming menuju zero waste, antisipasi dan mitigasi OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
Hilirisasi dan skala kawasan korporasi sebagai off taker untuk akses KUR (Kredit Usaha Rakyat)
Dengan IP-400 maka diharapkan produktivitas padi akan semakin meningkat dan memberikan keuntungan kepada para petani karena masa panen yang bertambah satu kali dalam setahun.
“Melalui IP-400 ini, masa tebar dilakukan lebih awal, dengan mengkombinasikan beberapa komponen seperti penggunaan bibit padi varietas genjah, optimalisasi pemanfaatan air, manajemen tanam dan panen yang efisien dan optimalisasi penerapan pengendalian hama terpadu,” ungkap Warsito Sejati.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beny Yoga yang aktif melaksanakan berbagai kunjungan kerja ke beberapa desa di berbagai kecamatan di Kabupaten Garut untuk melakukan inovasi pertanian,sebut saja salah stunya inovasi closed loop yang dilakukan akhir tahun lalu, inovasi tersebut bahkan menjadi percontohan di tingkat nasional.
“Pak Kadis kemarin dua hari di sini, beliau juga sempat menanyakan NilaiKu itu apa? dan saya jelaskan, sampai menyinggung microAid sama Wifi yang ada di sini. Dan saya bilang ke beliau, makanya kami (anggota Poktan Sari Tani dan Sahabat NilaiKu) bisa online terus dan mengakses pasar secara online, karena ada fasilitas Wifi gratis dari microAid,” terang Warsito. Menurut Warsito, Beny Yoga dan staff-nya pun sangat mengapresiasi dan menanggapi positif dengan adanya faisilitas Wifi yang disediakan oleh microAid tersebut.
Sari Tani dipercaya menjadi Poktan yang ditunjuk dalam melaksanakan proyek percontohan Program IP-400 tersebut, karena dianggap telah berhasil mengembangkan sector pertanian di Kabupaten Garut dan selama satu tahun akan dikawal oleh Dinas Pertanian Kabupaten Garut untuk program yang sedang dilakukan. “Para penyuluh pun kumpulnya di sini di sekretariat, dan siapa pun yang datang kemari akses wifi-nya pakai wifi yang disediakan microAid.” Pungkas Warsito (19/01/21).
Hari Minggu, 20 Desember 2020, Rida Warsa, salah satu Sahabat NilaiKu di Pasaman Barat berkunjung ke Toko Petani NilaiKu Garut di Tokopedia, ia melihat-lihat beberapa produk khas Garut yang dijual lewat toko tersebut.
Dari sekian banyak produk yang tiwarkan oleh Toko Petani Garut, Rida Warsa tertarik dengan Kopi Lestari, salah satu produk unggulan Warsito Sejati, salah seorang Shabat NilaiKu Garut. Beras Merah yang merupakan hasil tanaman padi di sawah Warsito pun tak luput dari incaran Rida Warsa.
Alhasil, Rida pun membeli sebungkus Kopi Lestari dengan harga 63.250,-rupiah dan Beras Merah sebanyak1 kilogram dengan harga 23.000,-rupiah. Proses transaksi lewat Toko Petani NilaiKu Garut pun terjadi, setelah 6 hari lama waktu pengiriman, akhirnya kedua barang dari Garut pun sampai ke Pasaman Barat dan diterima oleh Rida Warsa.
“Transaksi lewat Toko Petani bagus dan tidak ada kendala, untuk produk Lestari Kopinya punya tampilan modern dan elegan, aroma dari Kopinya juga khas dari Petani langsung. Pak Rida berharap dengan adanya transaksi ini bisa memotivasi petani dan pelaku UMKM, para pengguna aplikasi NilaiKu ikut promosi lewat Toko Petani NilaiKu di Tokopedia,” Kata Rida Warsa.
Lihat! produk Sahabat NilaiKu di Garut dan Pasaman di tautan berikut:
Minggu, 20 Desember 2020, di Whatsapp Grup NilaiKu Lombok Timur. Salah seorang Sahabat NilaiKu yang juga berdomisili di Lombok Timur, Ilmy membagikan KBD (Kartu Bisnis Digital), kartu digital berupa ptoto produk usaha yang menginformasikan kepada calon pembeli mengenai produk usaha bakso ikan tuna miliknya.
Dari keterangan dan photo produk yang terpampang di KBD, Ilmy menjual bakso ikan tuna seharga 1000 rupiah per satu butir bakso ikan tuna. Dan yang menarik Mahani memberikan respon membeli dangangan Ilmy dengan sistem barter. Maka, Mahani menawarkan produk sambal Tetu-Tetu dengan 10.000 rupiah per 1 botol untuk ditukar dengan Bakso ikan tuna dengan nilai yang sama. Alhasil, terjadilah transaksi dengan sistem barter produk bakso ikan tuna sebanyak 10 butir dengan harga 10.000 rupiah dan sambal Tetu-tetu yang harganya 10.000 rupiah.
Barter Bakso Ikan dengan Sambal
“Transaksi dengan sistem barter ini bagus untuk menghemat pengeluaran dan bisa saling melengkapi, misalnya bakso ikan ini sangat cocok dikonsumsi dengan sambal tetu-tetu milik saya,” ungkap Mahani yang terbilang sering menawarkan dan melakukan transaksi system barter produk pengguna NilaiKu di daerahnya.
Ilmy juga merasakan manfaat transaksi barter tersebut, “Selain bisa hemat modal, saya tertarik dengan produk sambal milik Bu Mahani yang pasti aman karena ia buat sendiri tanpa bahan pengawet,” Jelas Ilmy
Sahabat NilaiKu, pernah melakukan hal unik tersebut di masa kini? Kalau belum boleh dicoba, seru lho!
Hari Sabtu, 12 Desember 2020 Ibu Rina membagikan KBD Bawang Merah miliknya yang dijual seharga Rp. 30.000 per kilogram di Whatsapp Grup NilaiKu Lombok Timur dan Bu Mahani tertarik unttuk membelinya. Setelah itu, terjadi transaksi pembelian sebanyak 5 kilogram Bawang Merah dan Tota Belanja Bu Mahani adalah sebesar Rp. 150.000. Ibu Mahani membeli bawang merah ini karena diperlukan sebagai bahan baku untuk membuat produk olahan cabai yang sudah dikenal banyak orang yaitu, Sambal Tetu-tetu dan Abon Cabe Super Pedas.
Lihat Modal Sosial Bu Rina lewat link berikut ya, yang mau beli produk usaha milik Bu Rina, disini: https://nilaiku-rama.microaid.io/profile/5273dc67-ead6-420a-b2a8-e7572d8e1b56
Menumpuknya produksi saat panen raya membuka peluang terjadinya kerusakan pada beberapa komoditas hasil tani seperti mudah busuk dalam waktu tertentu yang berakibat pada turunnya kuantitas dan kualitas produk.
Disinilah pentingnya menguasai teknologi pengolahan dan penanganan pasca panen yang baik, menjadikan bahan baku sebagai produk olahan selain ada pertambahan nilai, membuat produk olahan adalah jalan keluar mengatasi over produksi hasil tani. Mengingat banyaknya produk hasil tani yang belum dapat langsung terjual atau diserap pasar, maka potensi hasil pertanian di pedesaan disikapi dengan lebih baik melalui kegiatan yang melibatkan wanita dalam memanfaatkan hasil pertanian dan mengelola lingkungan di sekitarnya melalui kelompok wanita tani (KWT).
Ibu Mahani bangga dengan aplikasi NilaiKu untuk mempromosikan produk abon cabenya.
Pada prakteknya, KWT ternyata mampu mengolah hasil tani yang biasanya hanya dijual begitu saja setelah panen, hanya sebatas bahan baku atau bahan mentah. Tetapi, di tangan para wanita bahan baku dilolah menjadi sebuah produk turunan atau produk olahan, contohnya dengan memproduksi keripik dari pisang atau singkong, membuat dodol dari beras ketan atau labu, memproduksi cireng dari tepung tapioka atau sagu, atau membuat ketapang yang berbahan dasar ubi dan sejenisnya, membuat abon cabe dan sambal dalam kemasan dari cabe dan masih banyak lagi jenis produk olahan yang lainnya.
Sebut saja Kelompok Wanita Tani Tetu-tetu, mereka tak lagi risau bila sewaktu-waktu harga komoditas cabe menjadi rendah, sebab kini cabe telah berhasil mereka olah menjadi abon cabe. “Ide awal pembuatan abon cabe ini, karena saya lihat hasil panen petani cabe yang melimpah tetapi harganya yang rendah. Dari situlah saya mulai berpikir untuk mengolah cabe agar harganya menjadi lebih baik lagi,” ungkap Mahani, Ketua KWT Tetu-tetu, Lombok Timur kepada nilaiku.id (14/12).
Sejak saat itu muncul-lah kesadaran Mahani bersama KWT Tetu-tetu yang kini beranggotakan 30 orang ini untuk mulai memproduksi Abon Cabe. “Kami memproduksi abon cabe ini sejak tahun 2107, awalnya sekilo aja dulu, baru naik dua kilo, naik lagi empat kilo, Sembilan kilo,” kenang Mahani ikhwal pertama kali memproduksi abon cabe. Kini, dalam satu bulan Mahani mengatakan bahan baku cabe yang ia produksi bersama anggotanya pernah mencapai satu kwintal dalam satu bulan.
“Promosinya pun dari mulut ke mulut, mas! Saya bawakan sambal, ya, abon cabe ke petani, saya datangi mereka, terus saya bilang mau ngga nih sambal, ada cabe ga? tapi saya tukar dengan cabe,” terang Mahani yang kini lebih memilih menggunakan aplikasi NilaiKu dalam memasarkan produk KWT Tetu-tetu. “Ya, kalau sekarang saya pakai NilaiKu-lah membagikan KBD,” imbuhnya.
Abon Cabe adalah cabe segar pilihan yang dikeringkan melalui proses yang higienis dan proses oven yang sangat lama, setelah pengovenan kemudian dicampurkan dengan berbagai rempah dan bumbu seperti bawang, gula, garam dan lain-lain sehingga lahir cita rasa yang khas dan nikmat untuk disantap dengan rasa yang gurih dan pedas.
Ibu-ibu anggota KWT Tetu-Tetu sedang belajar mempromosikan produk melalui NilaiKu
Abon Cabe KWT Tetu-tetu kini dibanderol dengan harga 20.000,-/70gram, dan Anda bisa mendapatkannya di Toko Petani Nilaiku Lombok. Dengan harga jual Rp20.000,-/Kg Mahani mengatakan dengan modal untuk pembelian bahan baku dan bumbu sebesar Rp2.000.000,-keuntungan yang didapat bervariasi antara Rp100.000,- per minggu, hingga Rp500.000,- bulan tergantung tinggi rendahnya bahan baku yang didapat, karena komoditas cabe merupakan salah satu jenis komoditi dengan harga yang sangat fluktuatif.
“Kami juga mendapatkan beberapa pelatihan dari mulai membuat pupuk oeganik sampai ke pelatihan pengolahan hasil turunan cabe, produk kami juga sering mengikuti beberapa pameran dan event lainnya. Dan alhamdulillah saya juga mendapatkan beberapa bantuan peralatan pengolahan di masa pandemic ini, produk Tetu-tetu tidak berhenti begitu saja, ada aplikasi NilaiKu yang membantu memasarkan secara online,” pungkas Mahani.
Sapu lidi sering diibaratkan dengan yang paling relevan mengenai bersatunya sebuah kekuatan menjadi jauh lebih besar dibanding dengan ukuran fisiknya sendiri, dimana jika hanya sendirian nyaris tak menghasilkan apa-apa, sekalipun ada kemungkinan lidi bisa menjadi tusuk gigi atau tusukan sate.
Begitu pula dengan para petani, jika berjalan sendiri-sendiri kemungkinan berkembang pesat akan lebih sulit, adanya sebuah wadah niscaya diperlukan untuk mencapai target yang jauh lebih besar.
Adanya komunitas petani NilaiKu yang tergabung di Whatsapp Grup NilaiKu Pasaman Barat, Lombok, Sukabumi dan Garut diharapkan menjadi jembatan terbangunnya kekuatan bersama para petani dan pelaku usaha mikro kecil, sehingga bisa bangkit dalam kebersamaan menuju kesejahteraan yang lebih baik.
Apa yang dilakukan Tim NilaiKu dengan membuka toko online khusus, bagi produk Sahabat NilaiKu di berbagai daerah melalui platform Tokopedia adalah sebuah langkah maju dalam menjawab kebutuhan lintas pengguna NilaiKu dan calon konsumen produk mereka, di luar pengguna aplikasi NilaiKu.
https://www.tokopedia.com/tokopetaninilaikugarut
Harapannya terbentuk pangsa pasar yang lebih besar sehingga tercipta iklim usaha yang semakin maju dan mendatangkan profit bagi para pelaku UMK dan petani NilaiKu.
“Pembukaan toko untuk para petani atau pelaku UMK di tiap lokasi pengguna NilaiKu itu sangat bagus pak, mereka akan terbantu dari segi pemasaran juga, cakupannya jadi lebih luas. Selain itu (saya terdorong) untuk mengajarkan mereka berbisnis mengikuti perkembangan teknologi saat ini,” ungkap Viana, Manager Toko Petani NilaiKu di Tokopedia kepada nilaiku.id (8/12).
Langkah membuka toko online di Tokopedia ini disambut baik oleh para pengguna aplikasi NilaiKu. Alhasil, berbagai macam produk hasil pertanian dari Kabupaten Lombok dan Garut pun seperti Kopi Lanang Lombok, MaduHutan Lombok, Java Coffee dari Gunung Papandayan dan Cikuray Garut, aneka makanan industri skala rumah tangga, abon Cabe Lombok kini berjajar di katalog produk Toko Petani NilaiKu di Tokopedia.
Setali tiga uang dengan Viana, Jalu Wardhana, Head Officer Customer Service NilaiKu Microaid mengatakan bahwa selayaknya konvergensi media dilakukan untuk menjangkau pasar yang lebih luas dalam memasarkan sebuah produk. Dimana ekosistem digital yang kini semakin besar harus dimafaatkan sebaik mungkin bagi peningkatan kesejahteraan para petani dan pelaku UMK.
https://www.tokopedia.com/tokopetaninilaikulombok
“Untuk tahap awal baru Lombok dan Garut, kedepannya segera menyusul toko petani untuk pengguna NilaiKu di daerah lainnya dan tidak menutup kemungkinan juga untuk Kabupaten Tasikmalaya misalnya. Dan saya mengucapkan selamat atas dibukanya toko Petani NilaiKu ini, harapannya semakin luas pasar yang bisa dijangkau, Yuk! dilarisin produk petani kita. Dengan membeli berarti membantu para petani,” tutur Jalu Wardhana.
Terungkap! Setidaknya, menurutpengguna aplikasi NilaiKu itu sendiri, bahwaNilaiKu merupakan aplikasi yang menjembatani para petani dan pelaku UMK dalam mengakses pasar digital yang dibangun melibatkan ide, saran, keinginan dan harapan para petani dalam mengembangkan bisnisnya. Hal ini tersirat dari apa yang disampaikan oleh Rida Warsa, Sahabat NilaiKu di Pasaman Barat, Sumatera Barat ia mengatakan bahwa dirinya dan para petani merasa ikut terlibat dalam pengembangan aplikasi ini.
“Saya penasaran sekali endingnya nanti sepeti apa NilaiKu versi lima ini, terus terang dengan adanya dialog antara kami para petani dan tim NilaiKu saya merasa sangat dilibatkan. Dengan kata lain saya merasa bahwa aplikasi ini benar-benar dari para petani dan untuk para petani,” jelas Rida.
Kembali ke sapu lidi, Soekarno, Presiden Indonesia pertama pada peringatan Harkitnas tahun 1963 mengatakan bahwa ratusan lidi akan tercerai berai tidak berguna dan mudah patah jika tidak diikat, tetapi bila lidi-lidi tersebut disatukan dalam ikatan maka tak akan ada yang mampu mematahkannya.
Yuk, Support lokal! dengan mengklik gambar Usaha Tani menujutautanToko Petani NilaiKu
NilaiKu.id – Mahani, seorang petani cabai dan produsen abon cabe dari Desa Masbagik, Kecamatan Lendang Nangka, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat adalah pengguna setia aplikasi NilaiKu.
Sebagai petani, Ketua Kelompok Wanita Tani “Tetu-Tetu” ini, Mahani menanam Cabai dan Tomat yang selanjutnya diolah menjadi produk seperti Abon Cabe Super Pedas dan Sambal Tetu-Tetu yang sering dipromosikan melalui KBD (Kartu Bisnis Digital) dari aplikasi NilaiKu.
Sebagai pengguna NilaiKu, ia kerap kali mempromosikan produk usahanya dengan media KBD yang dibagikan lewat media sosial seperti Facebook dan Whatsapp. Selain promosi produk usaha miliknya, Mahani aktif mengajak Sahabat NilaiKu di Lombok Timur untuk ikut serta promosi produk usahanya sehingga terjadi transaksi dengan aplikasi NilaKu yang dapat membantu menambah penghasilan teman.
Dalam beberapa waktu terakhir, Mahani menjual produk olahannya berupa abon cabe super pedas dengan jumlah transaksi sebesar Rp.100.000 yang dibeli oleh Esa Wibowo dan Lalu Jaswandi yang berkunjung ke KWT Tetu-tetu untuk dijadikan oleh-oleh untuk temannya yang ada di Sumbawa.
Mahani juga sering kali membeli produk usaha dari Sahabat NilaiKu di Lombok Timur melalui KBD yang dibagikan temannya, yaitu:Dari Baiq Laely, Mahani membeli gula pasir, ebi rebon, bawang putih, minyak goreng, beras, dan gas elpiji dengan total belanja sebesar Rp 758.000. Dinataranya dari Wahyudi, ia membeli bibit selada, bibit tomat, dan bibit pakcoy dengan total belanja sebesar Rp. 45.000
“Saya melakukan transaksi jual beli dengan aplikasi NilaiKu karena dengan menggunakan KBD lebih lengkap ada informasi harga dan ada juga foto produk punya kita. Selain itu, saya mengenalkan aplikasi NilaiKu biar orang lain tahu manfaat dari aplikasi NilaiKu itu banyak. Dan juga sekarang lebih milih belanja online pakai NilaiKu sekalian membantu teman dan diantar ke rumah jadi lebih aman dan waktunya fleksibel”, Terang Mahani.
Yuk yang mau kerja sama dengan ibu Mahani atau beli produk olahannya, bisa lihat Modal Sosial Mahani
Cabai merupakan tanaman atraktif yang banyak dibudidayakan, selain tingkat konsumsi yang tinggi di masyarakat kita, cabai pun menjadi salah satu tanaman yang dapat ditanam dalam skala kecil sebagai tanaman penghias lahan kosong atau di pekarangan rumah.
Rasanya memang pedas tapi banyak digemari sebagai tambahan rasa yang membuat makanan lebih sedap bahkan bisa menambah nafsu makan. Di Indonesia jenis cabai sangat beragam baik dari ukuran dan warna. Cabai yang sering kita lihat biasanya berwarna kuning, oranye, merah menyala, merah marun atau hijau. Namun, ternyata ada warna lain dari cabai yaitu berwarna ungu.
Cabai ungu atau disebut juga cabai jepang, jenis cabai ini tidak banyak dikenal atau tumbuh di Indonesia. Warna ungu pada cabai ini menurut para peneliti tanaman dikarenakan adanya kandungan antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan tentu sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita, antara lain meningkatkan imunitas tubuh dari paparan penyakit dan menyembuhkan luka dengan cara menabur bubuk cabai yang halus ke bagian yang terluka. Bahkan bisa, memperlambat proses penuaan,
Apakah Sahabat NilaiKu adalah petani cabai? Yuk bergabung di WAG Petani Cabai NilaiKu untuk berbagi informasi, seperti mengetahui informasi harga pasaran cabai dari teman NilaiKu dan produk olahan cabai mereka!
Bagi manusia tanah yang subur memberikan hasil yang baik dari apa yang ditanamnya, dan bagi tanaman tanah yang subur berperan memberikan nutrisi yang baik sehingga pertumbuhannya maksimal.
Adanya perbedaan tingkat kesuburan tanah di berbagai daerah menjadikan pupuk sangat dibutuhkan sebagai bahan tambahan yang berguna dalam menopang tumbuhan-kembangnya tanaman karena mengandung unsur hara atau nutrisi. Pemberian pupuk kimia secara berlebihan dan kurang bijaksana justru akan memperburuk kondisi fisik tanah. Maka, sebaiknya memilih pupuk yang baik dan ramah bagi tanah seperti pupuk organik.
Pupuk kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman itu sendiri atau berasal dari kotoran hewan yang diurai dengan bantuan organisme hidup. Pupuk kompos dapat dengan mudah dibuat karena teknologinya sangat sederhana sehingga setiap orang bisa melakukannya, baik untuk skala pertanian maupun sekadar keperluan dengan skala kecil misalnya untuk memupuk tanaman di halaman rumah.
“Kawasan di sini, kan sentra jagung. Kalau rekomendasi pertanian kan menggunakan pupuk kandang, untuk lima sampai sepuluh ton per hektar, siapa coba yang mau sampai lima ton ke tengah-tengah kebun, ya kan?” ungkap Rida Warsa, Sahabat NilaiKu Pasaman Barat yang tengah getol memberikan pelatihan teknologi pertanian kepada sejumlah warga binaan Lapas Kelas II.B Pasaman Barat ini.
Kompos bisa berasal dari segala jenis sisa tanaman yang dimanfaatkan sebagai nutrisi tanaman
Dengan jumlah yang sedemikian banyak dalam mendistribusikan pupuk kandang adalah hal yang dirasa kurang memungkinkan dan memakan waktu dan tenaga para petani,“Maka kita buatkan alternatif agar mudah dikerjakan,” imbuhnya.
Maka dibuatlah lobang tunggal untuk pembuatan pupuk kompos dengan trichoderma, dimana satu karung pupuk kandang digunakan untuk satu lobang tunggal dengan rincian satu hektar lahan hanya membutuhkan 30 karung pupuk kandang.
“Hasilnya pun sangat signifikan, walaupun untuk sifat biologi dan fisika tanahnya tidak terlalu tinggi, tapi bagi tanamannya itu sendiri sangat membantu pertumbuhannya, karena jagung termasuk tanaman yang cukup responsif terhadap pemupukan, kan?” jelas Rida, dengan aplikasi tersebut maka diyakini bisa menaikan tingkat produktivitas tanaman.
Menurutnya proses pembuatan pupuk kompos dengan pupuk kandang ini hanya memakan waktu 21 hari dengan syarat kadar air (tingkat kebasahan kotoran hewan/pupuk kandang) tidak terlalu tinggi, dan dengan menjadikannya pupuk kompos dengan trichoderma pula maka pupuk kandang bisa diurai menjadi pupuk yang sangat berguna bagi tanaman dalam menaikan produksi. Selain itu aroma tidak sedap dari kotoran hewan bisa diminimalisir, “bau kotorannya pun berkurang, nggak terlal sangit,” jelas Rida.
Kotoran ternak jadi salah satu sumber bahan pembuatan kompos
Jika Sahabat NilaiKu ingin mencoba sendiri bagaimana caranya membuat pupuk kompos dengan trichoderma, yang lazim juga disebut trichokompos, persiapakan bahan-bahannya dan ikuti langkah berikut:
Siapkan bahan-bahan pupuk kompos dalam hal ini pupuk kandang atau bisa juga sisa-sisa tanaman.
Aduk sampai rata bahan-bahan tersebut diatas tanah dan ratakan didalam lubang dengan ketebalan 20 cm
Taburkan kapur dolomit di atasnya untuk menjaga ph pupu
Larutkan gula merah dalam 10 liter air
Masukkan EM-4 ke dalam larutan gula merah dan diaduk hingga rata
Siramkan larutan EM4 dan gula merah di atas campuran pupuk kompos dan pupuk kandang menggunakan gembor atau penyiram tanaman berbentuk seperti cerek besar yang biasanya memiliki pegangan dan corong.
Aduk menggunakan cangkul hingga merata, kemudian ditutup rapat dengan plastik atau terpal selama kurang lebih 7 hari
Setelah 7 hari buka plastik penutup dan dimasukkan biang/bibit Trichoderma sebanyak 250 gram dan diaduk kembali kemudian Plastik kembali ditutup dan dibiarkan kurang lebih selama 21 hari.
Setelah 21 hari pupuk kompos pun siap diaplikasikan pada tanaman, dan kompos pun ditandai dengan jamur Trichoderma yang tumbuh dengan munculnya benang halus berwarna putih pada media kompos. Selamat mencoba.
Pupuk organik kini banyak dijual dalam berbagai kemasan seperti yang terlihat dalam gambar di Kampung kolecer, Cisayong Tasikmalaya, namun tak ada salahnya jika Anda mencoba membuat kompos sendiri dengan memanfatkan limbah organik dari dapur Anda.