Terungkap! Filosofi Rendang Masakan Khas Minang yang Rasanya Aduhai

NilaiKu.id– Tahun 2017 silam rendang dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia, hal ini didasari oleh hasil pemungutan 35.000 lebih suara dari pembaca media internasional Cable News Network (CNN).

Siapa yang tak kenal rendang? selain karena banyak dijual di rumah makan Padang sebagai menu wajib tersedia, gerainya pun gampang dijumpai di tiap daerah. Saat ini banyak pula ahli masak yang menciptakan varian makanan asal Sumatera Barat ini, seperti halnya Muhamad Idkon, Sahabat NilaiKu Pasaman Barat yang berinovasi dengan memproduksi rendang lokan alias kerang yang produknya ia promosikan pula melalui aplikasi NilaiKu.

Ternyata, rendang memiliki Filosofinya sendiri sebagai makanan yang diolah dengan lambat, kata randang asal kata rendang juga memiliki arti lambat. Pada masyarakat Minangkabau, rendang pun memiliki unsur penting dalam setiap hidangan pada upacara tradisional dan keagamaan.

“Rendang pada dasarnya bukanlah nama makanan, melainkan proses memasak yang diambil dari kata merandang, yang bermakna memasak di api kecil dalam waktu lama,” jelas Idkon.

Melalui akun Tiktoknya @langkokkuliner, Idkon membagikan sebuah VT mengenai filosofi rendang, di mana bagi sebagian awam fakta ini cukup mengejutkan, karena orang Minang percaya bahwa saat memasak rendang ada tiga makna filosofis di balik kelezatan rendang yang rasanya aduhai, yakni kesabaran, kebijaksanaan, dan kegigihan. Saat memasak rendang, seseorang membutuhkan kesabaran dan kegigihan dalam mengaduk, serta kebijaksanaan dalam mengatur suhu api.

YouTube player

Selain itu, terdapat filosofi dari bahan-bahan untuk pembuatan rendang itu sendiri, di mana rendang yang berbahan dasar daging sapi atau kerbau melambangkan Ninik Mamak yang berarti pemimpin suatu suku. Bagi masyarakat Minang, daging sapi atau kerbau melambangkan kemakmuran dan rasa cinta yang diberikan oleh orangtua kepada anak dan keponakannya.

Unsur santan yang terbuat dari kelapa melambangkan Cadiak Pandai atau Cerdik Pandai/ kaum intelektual. Dan kelapa sendiri bagi masyarakat Minangkabau adalah lambang pemersatu semua komunitas di dalam masyarakat.

Rasa rendang tak lengkap jika tanpa tanpa campuran cabai. Cabai atau lado bagi orang Minang ternyata merupakan lambang para alim ulama yang artinya tegas dalam mengajarkan agama, kaitan antara cabai dan ulama di mana pedas melambangkan guru-guru agama di Padang adalah ketegasan.

Bumbu rendang yang kaya akan rasa dengan aroma dan rasa rempah-rempah sebagai pelengkap masakan melambangkan keberagaman atau keseluruhan masyarakat Minangkabau. Dalam hal ini diibaratkan sebagai semua orang di dalam komunitas masyarakat itu penting dan harus dihargai sebagai sesuatu yang penting.

Luar biasa! Ternyata setiap daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan budaya kuliner ini memiliki nilai-nilai filosofi mendalam yang sangat positif dan bermakna. Semoga bermanfaat! Temukan produk rendang khas minang ini di aplikasi NilaiKu! Anda punya produk? Segera promosi dengan NilaiKu! Download Sekarang juga: Klik Di Sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *