Sosialisasi Program Peningkatan Tata Guna Air 2025 di Jawa Barat: Garut, Indramayu dan Kuningan

NilaiKu.id – Berkat tata kelola air yang terintegrasi dan kolaboratif, Kementerian Pekerjaan Umum (KemenPU) berkomitmen kuat untuk mewujudkan ketahanan pangan dan air berkelanjutan di Jawa Barat. Pendekatan ini tidak hanya mengandalkan pembangunan infrastruktur, tetapi juga memperkuat sinergi dengan berbagai pihak, terutama para petani sebagai pengguna air utama.

Dalam serangkaian sosialisasi program peningkatan tata guna air 2025, KemenPU, melalui Balai Wilayah Sungai, menyasar tiga kabupaten lumbung pangan di Jawa Barat, yaitu Garut, Indramayu, dan Kuningan.

Kegiatan ini mengadopsi pendekatan Integrated Water Resources Management (IWRM) atau Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Kunci dari IWRM adalah pendekatan kolaborasi pentahelix, yang melibatkan lima unsur penting: pemerintah, akademisi, petani, swasta, dan masyarakat sipil.

“Saya sedang di sini.” kata Warsito Sejati, Sahabat NilaiKu Kabupaten Garut

Warsito Sejati, seorang perwakilan petani dari Garut yang diundang khusus, menyampaikan apresiasinya atas keterlibatan langsung ini. “Petani butuh kepastian ketersediaan air irigasi untuk mendukung produktivitas,” ujarnya. Keterlibatan petani secara langsung ini menunjukkan komitmen KemenPU untuk memahami kebutuhan di lapangan dan memastikan program yang dijalankan sesuai dengan harapan masyarakat.

Program ini merupakan bagian dari strategi besar Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) untuk mendukung swasembada pangan. Beberapa program unggulan yang telah dan sedang berjalan meliputi:

Pembangunan Infrastruktur Air: Sejak 2015 hingga 2024, telah dibangun 61 bendungan, dengan 53 di antaranya difokuskan untuk irigasi. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan air dan menjamin pasokan air irigasi yang stabil.
Pengembangan Jaringan Irigasi: upaya terus dilakukan untuk mengembangkan jaringan irigasi seluas 10,38 juta hektare di seluruh Indonesia, yang merupakan target strategis untuk mendukung pertanian modern.


Program P3-TGAI (Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi): Program padat karya ini melibatkan 10 hingga 12 ribu kelompok tani setiap tahunnya. Melalui program ini, petani tidak hanya menjadi objek, melainkan subjek pembangunan yang aktif, memperbaiki dan membangun infrastruktur irigasi kecil secara mandiri dengan pendampingan dari KemenPU.

Melalui sinergi ini, KemenPU mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama melestarikan sumber daya air. “Mari wariskan sumber air yang lestari untuk generasi mendatang. Swasembada air adalah kunci mencapai ASTA CITA: ketahanan pangan, air, dan energi berkelanjutan.” Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui: Situs resmi Ditjen Sumber Daya Air KemenPU: sda.pu.go.id.Kontak Balai Wilayah Sungai setempat.

Musim Jagung di Garut? Cerita di Balik Hamparan Emas Hijau

NilaiKu.id – Garut sedang bersiap menjadi surganya jagung. Kabupaten ini ternyata menyumbang 50% dari total produksi jagung di Jawa Barat, sebuah kontribusi besar yang diakui oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM) dalam berbagai kunjungan kerjanya. Angka ini bukan sekadar statistik, tapi bukti nyata bahwa Garut adalah jantung penghasil jagung di wilayah Priangan.

Diketahui hamparan kebun jagung yang membentang luas seperti lautan emas hijau. Menurut data terbaru, produksi jagung Garut mencapai 1,2 juta ton per tahun, dengan luas lahan mencapai 120.000 hektar. Ini menjadikan Garut sebagai salah satu sentra jagung terpenting di Indonesia.

Dedi Mulyadi sendiri sangat mendukung pengembangan pertanian jagung di Garut. Dalam berbagai kesempatan, ia menekankan pentingnya nilai tambah bagi hasil pertanian. “Jangan hanya menjual jagung pipilan, tapi bisa diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti tepung jagung atau makanan olahan,” pesannya kepada petani Garut.

Bagi petani Garut, musim jagung adalah momen yang dinanti. Mereka sudah terbiasa dengan ritme alam: menanam di awal musim hujan, merawat dengan sabar, lalu menuai hasilnya saat jagung-jagung itu mencapai puncak kemanisannya. Wilayah seperti Cikajang, Cisurupan, dan Pasirwangi dikenal sebagai penyumbang utama produksi jagung Garut.

Karena Hidup Terlalu Singkat untuk Sekedar Menikmati Jagung Rebus, Ayo Bakar!

Berkunjung ke Garut di musim jagung memberikan pengalaman berbeda. Pagi yang cerah di kebun jagung seringkali mengundang rasa penasaran para pelancong. Tak jarang, mereka ikut mencoba memetik sendiri. Tapi hati-hati, salah memilih jagung bisa berujung pada tawa renyah para petani. “Ini belum matang, yang itu terlalu tua,” begitu mereka biasa mengingatkan dengan ramah.

Setelah puas melihat proses panen, saatnya menikmati hasilnya. Jagung Garut terkenal karena teksturnya yang padat dan rasanya yang manis alami. Di tangan pengolah lokal, jagung segar bisa berubah menjadi hidangan yang menggoda:

-Jagung bakar dengan olesan mentega atau sambal goang
-Bajigur jagung, minuman hangat dari santan dan jagung parut
-Gejos, jagung muda bakar khas Sunda
-Emping jagung sebagai oleh-oleh khas

Musim jagung juga menjadi waktu yang tepat untuk berburu produk olahan. Dengan produksi yang melimpah, harga jagung di Garut pun terjangkau. Bagi yang ingin membawa pulang jagung segar, pasar tradisional seperti Pasar Cipanas atau Pasar Tarogong menyediakan pilihan yang melimpah.

Di balik keseruan musim jagung, ada cerita panjang tentang ketekunan petani Garut. Mereka menghadapi tantangan seperti fluktuasi harga atau cuaca yang tak menentu, tapi semangatnya tak pernah pudar. Dengan dukungan dari pemimpin seperti Kang Dedi Mulyadi, masa depan jagung Garut semakin cerah.

Download NilaiKu

Jadi, kalau Anda sedang merencanakan perjalanan ke Garut, pastikan untuk menyempatkan diri mampir ke kebun jagung. Tak hanya bisa menikmati rasanya yang lezat, tapi juga belajar langsung dari petani yang dengan bangga menyumbang **separuh produksi jagung Jawa Barat. Gimana, makin penasaran untuk menikmati langsung jagung Garut itu?

Berbagi Kabar Lewat Obrolan WhatsApp Grup Sahabat NilaiKu

NilaiKu.id – Di tengah kesibukan sebagai petani di Samarang, Kabupaten Garut, Warsito Sejati tak pernah lupa untuk tetap terhubung dengan rekan-rekannya melalui grup WhatsApp Sahabat Nilaiku. WAG ini menjadi wadah berbagi kabar, tips pertanian, berpromosi, membeli atau menawarkan barang dan saling mengingatkan tentang kegiatan penting.

Warsito nampaknya tengah beraktivitas bersama warga lainnya dalam sebuah gerakan yang bernama Gerdal (Gerakan Pengendalian) Hama Tikus, yakni upaya bersama petani dan petugas pertanian untuk menekan populasi tikus di lahan pertanian.

Warsto dalam Gardal

Tikus menjadi musuh utama petani karena merusak tanaman, terutama padi, sehingga bisa menurunkan hasil panen. Melalui Gerdal, petani melakukan pengendalian secara serentak, seperti pemasangan perangkap, penggunaan umpan beracun (rodentisida), atau pembersihan sarang tikus di sekitar sawah dengan semangat gotong royong.

Sebuah foto yang dibagikan Warsito seolah mengatakan “Bersama kita bisa lawan tikus, jangan sampai hasil panen kita habis!”. Dengan semangat gotong royong dan komunikasi yang baik, petani Garut terus berupaya mempertahankan hasil panen optimal. Bersama, mereka membuktikan bahwa hama tikus bisa sedang diupayakan untuk dikendalikan!

Basmi tikus!

Tikus bisa bikin petani stress! Mereka merusak padi, bikin hasil panen anjlok. Tapi jangan khawatir, ini tips simpel dan efektif untuk bikin tikus minggat dari sawahmu:

  1. Bersihkan Sarang & Persembunyian Tikus
    Potong rumput liar di pematang & sekitar sawah, biar tikus nggak ada tempat sembunyi. Bersihkan jerami sisa panen, karena bisa jadi sarang tikus.
  2. Pasang Perangkap (Bubu/Emposan)
    Gunakan bubu bambu atau perangkap jepit yang diberi umpan (ikan asin, kelapa, atau nasi basi). Pasang di jalur tikus (biasanya di pematang atau dekat lubang).
  3. Gali & Tutup Lubang Tikus. Cari lubang aktif (ada jejak kaki/kotoran), gali lalu basmi tikusnya atau semprot air + sabun
    biar mati. Tutup rapat lubangnya dengan tanah atau batu.
  4. Pakai Pengusir Alami
    Tanam serai wangi di pematang – aromanya nggak disukai tikus. Taruh kotoran ular/sisik ular di sawah – tikus takut predator.
  5. Basmi dengan Rodentisida (Racun Tikus)Pakai racun umpan (seperti Klerat atau Racumin), tapi hati-hati jangan sampai termakan hewan lain. Gunakan sistem “umpan beracun dalam pipa” biar aman dari hewan peliharaan.
  6. Lakukan Gropyokan (Pengendalian Massal) Ajak petani lain berburu tikus bersama saat sore/malam hari (biasanya pakai tongkat atau jaring). Bakar atau kubur tikus mati biar nggak jadi penyakit.
  7. Jaga Sawah Tetap Terairi. Tikus suka bersarang di tanah kering, jadi pertahankan genangan air
    di sawah (kecuali saat padi mau panen).
  8. Pasang Pagar Plastik/Penghalang
    Bentangkan plastik licin setinggi 50-60 cm di sekeliling sawah – tikus kesulitan memanjat. Bonus: Pakai Predator Alami. Biarkan burung hantu, ular, atau kucing berkeliaran di sekitar sawah – tikus bakal takut!

Kuncinya: Lakukan terus-menerus & kerja sama dengan petani lain, gaspol basmi tikus!

Dari Garam Hingga Freezer, Kisah Manusia Melawan Pembusukan

NilaiKu.id – Mahani baru saja membagikan tips bagaiman cara mengawetkan cabe di WAG Sahabat NilaiKu, beberapa tips agar cabe tetap segar. Pertama, Anda bisa menimpanya impan di tempat kering: Cabe lebih awet jika disimpan di tempat yang kering dan teduh dan gunakan wadah tertutup untuk menjaga kesegarannya. Jangan cuci sebelum simpan, karena kelembaban dapat menyebabkan cabe menjadi busuk, Cabe dapat disimpan di kulkas untuk menjaga kesegarannya lebih lama atau Anda bisa gunakan kertas koran membungkusnya untuk menjaga kelembaban dan kesegarannya.

Bahan pangan yang diawetkan

Tips yang dibagikan di atas merupakan salah satu cara agar manusia bisa memanfaatkan bahan pangan dengan baik. Dan, bayangkan hidup di zaman dahulu, saat belum ada kulkas atau supermarket. Bagaimana manusia menyimpan daging agar tak busuk berbulan-bulan? Atau mengawetkan ikan untuk pelayaran panjang? Ternyata, nenek moyang kita adalah ahli food preservation alami! Yuk, telusuri ragam cara mengawetkan makanan yang telah menyelamatkan peradaban dari kelaparan.

Sejak zaman purba, manusia selalu menemukan cara cerdik mengawetkan makanan. Garam menjadi pahlawan pertama dengan menarik air dari daging atau ikan, bakteri tak bisa berkembang. Hasilnya? Ikan asin yang tahan berbulan-bulan atau bacon yang jadi stok musim dingin. Tak ketinggalan fermentasi, di mana mikroba dijadikan sekutu: tempe, kimchi, dan yogurt adalah bukti bahwa bakteri bisa jadi sahabat, bukan musuh.

Ketika garam dan mikroba tak cukup, muncul teknik pengeringan dan pengasaman. Dendeng yang dijemur atau buah yang jadi keripik bertahan berkat hilangnya air, sementara cuka dalam acar menciptakan lingkungan asam yang mematikan bagi kuman. Bahkan gula pun bisa jadi pengawet—selai dan dodol adalah contoh bagaimana rasa manis mengunci kesegaran. Nenek moyang kita mungkin tak paham sains di baliknya, tetapi mereka tahu: makanan harus bertahan!

Di era modern, teknologi seperti pembekuan dan pengalengan mengubah segalanya. Freezer membuat daging awet bertahun-tahun, sementara kaleng memungkinkan sup atau sarden siap santap kapan saja. Tapi jangan lupa: di balik kemudahan ini, semua berawal dari perjuangan manusia melawan waktu dan pembusukan. Jadi, lain kali Anda membuka kulkas atau menikmati acar, ingatlah bahwa itu adalah warisaan peradaban yang tak ternilai. Semoga bermanfaat!

Musim Tanam dan Teknologi Geospasial: Kunci Ketahanan Pangan Indonesia

Nialiku.id – Tampaknya para anggota grup Sahabat NilaiKu di WhatsApp, sedang dalam masa-masa sibuk menanam. Hal tersebut tampak dari obrolan grup, berawal dari Warsito sejati yang mengirimkan foto tanaman padi lengkap deng teks di foto berupa lokasi, koordinat dan lain-lain. Laalu disambut Cucu, Alvi, Mahani dan lainnya.

Bicara musim tanam. Indonesia, sebagai negara agraris dengan kekayaan alam melimpah, memiliki potensi besar dalam sektor pertanian, terutama pada komoditas utama seperti padi dan hortikultura. Namun, untuk mengoptimalkan potensi tersebut, pemahaman terhadap musim tanam dan pemanfaatan teknologi seperti analisis geospasial (misalnya GPS) menjadi sangat penting. Hal ini semakin relevan di wilayah-wilayah strategis seperti Garut, Lombok Timur, Pasaman Barat, dan Sukabumi, yang memiliki karakteristik agroklimat dan tantangan tersendiri.

Musim Tanam Menentukan Keberhasilan Panen

Musim tanam padi umumnya dimulai saat musim hujan tiba (Oktober–April), karena saat itulah ketersediaan air maksimal. Di daerah yang memiliki irigasi teknis seperti sebagian wilayah di Sukabumi dan Garut, petani bisa menanam hingga tiga kali dalam setahun. Namun, di daerah tadah hujan seperti bagian dari Pasaman Barat, musim tanam hanya bisa dilakukan satu kali setahun, membuat hasil panen sangat bergantung pada kestabilan cuaca.

Untuk tanaman hortikultura seperti cabai dan tomat, musim tanam lebih fleksibel, tetapi tetap dipengaruhi oleh kelembapan udara dan risiko serangan hama. Di Lombok Timur, misalnya, petani hortikultura lebih memilih menanam saat musim kemarau karena cuaca lebih bersahabat dan hasil panen lebih berkualitas. Berikut studi kasusnya:

Lombok Timur Adaptasi Musim Tanam Cabai

Di Lombok Timur, NTB, petani cabai di Kecamatan Sakra Timur mulai mengatur pola tanam mereka dengan bantuan informasi cuaca dari aplikasi dan pelatihan berbasis teknologi.

JIka dulu petani hanya mengandalkan insting dan pengalaman orang tua. Sekarang, lewat pelatihan, sebagian petani diajari membaca pola cuaca dari aplikasi dan GPS. Harapannya panen lebih teratur dan harga cabai juga lebih stabil. Lantas, para pengusaha kecil seperti Mahani pun bisa mengolahnya menjadi Abon Cabe dengan ketersedian bahan baku yang memadai. Penerapan sistem tanam bergilir bisa dilakuakn berdasarkan prediksi cuaca mikro membantu mengurangi kerugian akibat hujan lebat yang sering datang mendadak.

Mahani memanfaatkan halaman untuk menanam

Garut Digitalisasi dan Geospasial di Lahan Padi

“Kami mungkin perlu penggunaan drone dan pemetaan digital untuk menentukan jadwal tanam yang optimal. Petani bisa mengetahui kapan waktu terbaik tanam berdasarkan data real-time, bukan sekadar perkiraan,” kata salah satu petani.

Teknologi geospasial memainkan peran penting dalam membantu petani, karena:

  1. Memetakan lahan berdasarkan kondisi tanah dan curah hujan
    Menentukan varietas tanaman paling cocok untuk mikroklimat tertentu
  2. Menghindari tumpang-tindih masa tanam yang bisa menyebabkan kelebihan pasokan dan anjloknya harga
  3. Sistem informasi pertanian digital, seperti SIAP (Sistem Informasi Agroklimat dan Pangan), mulai diujicobakan di beberapa kabupaten untuk membantu pemerintah daerah membuat keputusan lebih tepat terkait distribusi bantuan, jadwal tanam serempak, dan mitigasi bencana.

Masa Depan Pertanian Indonesia, Teknologi dan Kebijakan Berkelanjutan

Meskipun tantangan perubahan iklim dan kerusakan lingkungan terus membayangi, peluang untuk meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan masih terbuka lebar. Hal ini bisa dicapai dengan meningkatkan edukasi bagi para petani dalam penggunaan teknologi ramah iklim dan mendorong kolaborasi antar daerah berbasis data pertanian dan mewujudkan kebijakan pertanian yang tanggap terhadap dinamika musim tanam dan variabilitas cuaca

Dengan pengelolaan musim tanam yang lebih presisi dan berbasis teknologi, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas pertanian, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional. Dukungan dari pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam menghadirkan inovasi pertanian inklusif akan menjadi pondasi penting bagi masa depan sektor pertanian Indonesia.

Mengkulik Istitah-istilah Jualan Online

Di grup WAG Sahabat NilaiKu terjadi obrolan (10/6), bahwa di era digital saat ini, jual beli online telah menjadi hal yang lumrah di kalangan masyarakat. Istilah-istilah seperti COD (Cash On Delivery), Nett (harga yang sudah termasuk semua biaya), dan PO (Pre Order). Tapi, seringkali beberapa istilah tersebut membuat kita bingung, misalnya apa itu PNP jika bukan untuk istilah elektronik.

PNP (Plug and Play) berarti langsung pakai tanpa perlu setting-setting dulu. Penjual seringkali menggunakan istilah-istilah yang kreatif untuk menarik perhatian pembeli. Dengan memahami istilah-istilah jual beli online, kita dapat lebih mudah bertransaksi online dan menghindari kesalahpahaman. Jadi, mari kita terus belajar dan memahami istilah-istilah yang digunakan dalam transaksi online.

Jangan Jual Produk yang Kamu Bisa Bikin, Tapi Jual Produk yang Orang Mau Beli

NilaiKu.id – Di dunia bisnis, terutama bisnis rumahan, banyak orang memulai usaha dari keterampilan pribadi. Tidak salah, mereka berpikir, “Aku bisa bikin ini, kenapa nggak dijual aja?” Tapi ada satu prinsip penting yang sering dilupakan dalam berbisnis yakni: “Jangan jual produk yang kamu bisa kita bikin, tapi jual produk yang orang mau beli.” Kenapa? Karena produk bagus meski dinginkan belum tentu dibutuhkan.

Bayangkan, bila kita jago bikin sabun cuci piring handmade wangi lavender, produk kita cantik alami dan jarang ada di pasaran. Karena hal tersebut tentu saja kita pasti bangga dengan produk kita. Tapi kalau pasar sekitar kita justru lebih mencari sabun cuci piring murah dan tahan lama, sabun buatan kita bisa saja tidak laku meski lebih bagus.

Dan ternta, bisnis bukan soal kemampuan semata, tapi soal kebutuhan pasar. Untuk itu, para ahli bisnis menyarankan untuk merubah pola pikir dengan menjadikan konsumen sebagai titik awal dari bisnis kita. Alih-alih memulai dari “aku bisa bikin apa,” kita harus memulaina dari pertanyaan berikut ini:

Mahani menjawab kebutuhan teman makan cepat dengan rasa pedas

Apa yang sedang dibutuhkan orang, masalah apa yang sering mereka hadapi, produk seperti apa yang sering dicari tapi sulit ditemukan?” Nah! dari sini, kita bisa menyesuaikan ide produkmu dengan permintaan nyata, sebab bisnis itu tentang solusi, bukan hanya ekspresi diri.

Contoh Produk Rumahan yang Menjawab Kebutuhan dengan produk alasan laku
Ayam ungkep frozen Orang sibuk, butuh makanan cepat saji tapi tetap enak dan sehat
Daster adem kekinian Ibu rumah tangga cari baju nyaman tapi tetap gaya
Kopi susu literan Anak muda suka kopi, tapi ingin hemat dan bisa disimpan
Sabun cuci piring organik Keluarga muda makin sadar bahan kimia dan pilih produk ramah lingkungan.

Amati sekeliling kita, apa yang cepat habis di warung? Apa yang sering dikeluhkan tetangga? Gunakan media sosial untuk menjaring polling singkat di WhatsApp atau Instagram. Lalu, uji pasar kecil dulu dengan coba menjual produk ke teman dekat, lalu kumpulkan feedback dan kembangkan.

Lusi,Sahabat NilaiKu Pasbar menjawab kebutuhan kesehatan

Atau misalnya dengan cara menggabungkan skill dan kebutuhan. Jika Anda punya keahlian baking atau membuat roti dan tinggal di area perumahan sibuk, cobalag membuat roti atau kue untuk sarapan yang bisa jadi pilihan.

Produk rumahan bukan hanya tentang apa yang bisa kita bikin. Tapi tentang apakah produk kita bisa menyelesaikan masalah orang lain dan memenuhi kebutuhan mereka, atau menjawab keinginan pasar. Mulailah dari pasar, lalu sesuaikan kemampuan. Di situlah potensi bisnis besar bisa tumbuh dari rumah. Kalau kita sedang berpikir memulai bisnis rumahan, ambillah waktu sejenak untuk mendengarkan pasar dulu baru mulai produksi. Atau bila sudah menjalankan bisnis yang ada, tak ada salahnya mengambil peluang lain yang lebih menjanjikan! Ambil peluang pasarmu pakai NilaiKu! Download sekarang.

Tiongkok Ciptakan Padi Abadi: Revolusi Pertanian Masa Depan telah Dimulai

NilaiKu.id – Tiongkok atau China telah berhasil mengembangkan varietas padi abadi yang disebut PR23, yang menjadi tonggak penting dalam revolusi pertanian masa depan. Varietas ini merupakan hasil penelitian selama lebih dari dua dekade oleh para ilmuwan di Universitas Yunnan, Kunming. PR23 merupakan hasil persilangan antara padi semusim Oryza sativa dengan varietas padi liar menahun dari Afrika.

Di tengah tantangan krisis pangan global dan perubahan iklim, Tiongkok membawa harapan baru lewat terobosan revolusioner di dunia pertanian: padi abadi. Varietas baru ini, dikenal sebagai PR23, bukan hanya menjanjikan panen berkelanjutan, tetapi juga membuka jalan bagi sistem pertanian yang lebih hemat, ramah lingkungan, dan tangguh terhadap krisis.

ilustrasi: Varietas padi unggulan

Inovasi dari Laboratorium ke Lahan

Padi PR23 adalah hasil dari lebih dari 20 tahun penelitian oleh tim ilmuwan dari Universitas Yunnan, Kunming. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara padi semusim (Oryza sativa) dengan padi liar menahun asal Afrika. Hasilnya? Sebuah tanaman yang hanya perlu ditanam sekali, namun bisa dipanen hingga delapan kali dalam empat tahun.

Keunggulan Padi PR23.

Panen Berulang Tanpa Tanam Ulang
PR23 mengubah cara bertani secara mendasar: petani tidak perlu menanam ulang setiap musim. Ini menghemat waktu, tenaga, dan sumber daya.

Produktivitas Tinggi. Dengan hasil sekitar 6,8 ton per hektar, PR23 menyamai produktivitas padi irigasi konvensional.

Hemat Biaya Produksi. Penggunaan padi abadi ini mampu mengurangi biaya tenaga kerja hingga 58% dan input pertanian hingga 49% dalam setiap siklus tumbuh kembali.

Rice “Inpari 23 Bantul” (A) and “Sigupai” (B)

Ramah Lingkungan.PR23 membantu memperbaiki kualitas tanah, mengurangi erosi, serta meningkatkan kadar karbon organik di dalam tanah, langkah signifikan menuju pertanian berkelanjutan.

Dampak Global yang Diharapkan. Lebih dari 44.000 petani di Tiongkok selatan telah mengadopsi PR23 di lahan seluas 15.000 hektar. Kini, varietas ini mulai diperkenalkan ke negara-negara di Asia Tenggara dan Afrika, sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan global.

Keberhasilan PR23 bukan sekadar inovasi teknis, tetapi juga simbol dari masa depan pertanian dunia; lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Dalam menghadapi populasi yang terus bertambah dan lahan pertanian yang terbatas, padi abadi bisa menjadi jawaban yang telah lama ditunggu-tunggu, dan masa depan teknologi pertanian padi dimulai dari sini yang tercipta dari inovasi bagi ketahanan pangan global.

Dari 40 Kilogram Gabah jadi 25 Kilogram Beras Apakah Bagus?

NilaiKu.id – Bagi para petani, produktivitas padi biasanya dihitung dari banyaknya gabah yang dipanen. Namun, seberapa banyak beras yang dihasilkan dari gabah itu juga sangat penting, dan ini dikenal dengan istilah rendemen. Ada sebuah pertanyaan dari salah seorang petani di grup komunitas. Diketahui hasil 40 kg gabah menjadi 25 kg beras berarti rendemen (hasil bersih dari penggilingan gabah ke beras) sekitar: 25 kg / 40 kg = 62,5%

“Apakah ini produktivitas yang bagus?” Jawabannya: Ya, cukup bagus. Karena panduan umum rendemen penggilingan pad adah sebagai berikuti:

  1. < 55% → Rendah (bisa karena mutu gabah buruk atau mesin giling tidak efisien).
  2. 55–60% → Sedang, standar nasional.
  3. 60% → Baik, terutama jika kualitas beras tinggi dan mesin penggilingan modern.
Menjelang Panen

Dengan rendemen 62,5%, berarti gabah yang digunakan cukup berkualitas (kadar air ideal, varietas unggul, minim kotoran) dan dikelola dengan teknik pascapanen dan penggilingan yang efisien. Namun, selain kuantitas, kualitas beras (utuh/tidak pecah, warna, aroma) juga penting. Kadang beras pecah bisa banyak kalau mesin kurang bagus meskipun rendemennya tinggi.

Rendemen adalah persentase hasil bersih yang diperoleh dari proses pengolahan bahan mentahm dalam konteks pertanian, biasanya digunakan untuk menghitung seberapa banyak beras yang dihasilkan dari gabah setelah digiling.

Dalam konteks padi:
Rendemen = (Berat beras yang dihasilkan ÷ Berat gabah kering giling) × 100%

Contoh:
Jika dari 40 kg gabah dihasilkan 25 kg beras:
Rendemen = (25 ÷ 40) × 100% = 62,5%

Sahabat NilaiKu Sukabumi

Jenis Rendemen:
Rendemen total – seluruh beras hasil penggilingan (beras utuh + beras pecah).
Rendemen kepala – hanya beras utuh tanpa yang pecah (biasanya bernilai ekonomi lebih tinggi). Semakin tinggi rendemen (terutama rendemen kepala), artinya gabah berkualitas baik, proses penggilingan efisien dan kerugian pascapanen rendah.

Saran: Rendemen tinggi belum tentu berarti kualitas berasnya bagus. Jadi selain fokus pada angka, kita juga harus jeli melihat mutu hasil akhirnya.Berikut beberapa saran praktis untuk meningkatkan rendemen sekaligus kualitas beras (utuh, putih bersih, wangi):

  1. Gunakan Gabah Kering Giling (GKG) dengan Kadar Air Ideal
    Kadar air optimal: 13–14%
    Gabah terlalu basah → banyak beras pecah saat digiling
    Gabah terlalu kering → keras, mudah hancur saat disosoh
  2. Pilih Varietas Padi dengan Rendemen Tinggi & Tahan Pecah
    Contoh: varietas Inpari 32, Ciherang, atau Inpari IR Nutri Zinc
    Beberapa varietas memang secara genetik lebih tahan pecah
  3. Gunakan Mesin Giling yang Modern & Terawat
    Mesin usang atau tidak dikalibrasi bisa merusak bulir beras.Idealnya pakai Rice Milling Unit (RMU) yang lengkap: pemisah sekam, pemoles, penyosoh dan hindari penggilingan yang memakai tekanan terlalu tinggi
  4. Sortasi dan Pembersihan Gabah Sebelum Giling. Buang kotoran, gabah hampa, kerikil. Gabah kotor bikin hasil beras kusam & mudah patah
  5. Jangan Langsung Giling Setelah Panen. Istirahatkan dulu selama 3–5 hari setelah pengeringan. Hal ini membantu stabilkan kelembaban dalam butir gabah → lebih stabil saat digiling

Dan jangan lupa untuk mengevaluasi hasil gilingan secara rutin dengan melakukan penilaian hasil beras, yakni berapa % beras utuh? Berapa % beras pecah & Perhatikan Warna & aroma. Semoga bermanfaat! Pakai Terus NilaiKu! Download di Playstore!

Sistem Jarwo pada Tanaman Padi Terbukti Menaikan Hasil

NiliaKu.id – Sistem tanam Jajar Legowo (Jarwo) merupakan metode inovatif dalam budidaya padi yang dikembangkan di Indomesia untuk meningkatkan hasil panen, efisiensi penggunaan lahan, dan keberlanjutan pertanian.

Sistem ini mengatur pola tanam dengan menyisakan barisan kosong di antara beberapa barisan tanaman, sehingga tanaman mendapatkan lebih banyak cahaya matahari dan sirkulasi udara yang baik. Ciri khas dari sistem ini adalah penggunaan bibit muda, penanaman satu hingga dua bibit per lubang, dan pengaturan jarak tanam yang teratur.

Istilah Legowo di ambil dari bahasa jawa, yaitu berasal dari kata ”lego” berarti luas dan ”dowo”  berarti memanjang.

Penerapan sistem Jarwo telah terbukti meningkatkan produktivitas padi hingga 20–30 persen dan menghemat penggunaan benih. “Populasi tanaman meningkat, menambah jumlah populasi tanaman padi 20%-30% dan mempermudah pemeliharaan. Selain itu bisa menghemat pupuk dan air,” ungkap Warsito Sejati dalam percakapan di WhatsApp Grup Sahabat NilaiKu, salah satu petani di Kabupaten Garut yang juga menerapkan cara bertanam padi dengan sistem Jarwo.

Beberapa daerah di Indonesia yang telah sukses menerapkan sistem ini antara lain Banyumas di Jawa Tengah, Bireuen di Aceh, Tana Tidung di Kalimantan Utara, Ngawi di Jawa Timur, serta Sleman di Yogyakarta. Penerapan ini sering didukung oleh penyuluhan, pelatihan, dan bantuan dari dinas pertanian.

Jarwo siap panen

Meskipun memiliki banyak keunggulan, penerapan Jarwo masih menghadapi kendala seperti keterbatasan akses informasi dan kebiasaan tanam tradisional yang sulit diubah. Namun, dengan edukasi yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, sistem Jarwo dapat menjadi solusi efektif dalam meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani Indonesia.

Namun demikian sistem tanam Jajar Legowo (Jarwo) terbukti mampu meningkatkan hasil panen padi, menghemat biaya produksi, dan menciptakan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan, salah satunya di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Kelompok Tani “Ngudi Lancar” di Desa Singasari telah menerapkan Jarwo dengan hasil yang menjanjikan. Setelah penyuluhan, terjadi peningkatan pengetahuan petani sebesar 11,3% dan sikap positif terhadap inovasi pertanian meningkat 14%.