Kenalan dengan Champion Cabai Nasional di Indonesia

NilaiKu.id- Obrolan pagi ini di Grup WhatsApp Sahabat NilaiKu adalah tentang Cabai dan Champion Cabai Nasional di Indonesia. Champion Cabai Nasional merupakan program inisiatif dari Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan cabai di pasar domestik.​

Petani yang tergabung dalam program ini dikenal sebagai “petani champion” adalah petani penggerak yang menjadi mitra pemerintah dalam mendukung stabilisasi pasokan dan harga cabai. Mereka juga bertugas untuk menggerakkan petani lain di wilayahnya, mengatur pola tanam, dan menjaga ketersediaan stok cabai di daerah yang tengah mengalami defisit produksi

Green House Milik Chanpion Cabe Nasional.

Sebagai contoh, pada periode 22 Juli hingga 16 Agustus 2024, pemerintah bersama petani champion melaksanakan aksi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Cabai. Dalam aksi ini, petani champion memasok sekitar 200 kg cabai rawit merah dan 200 kg cabai merah keriting per hari untuk dijual dengan harga yang lebih rendah Rp 5.000/kg dari harga di Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) Jakarta.

Wilayah-wilayah sentra produksi petani champion cabai tersebar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Magelang, Sleman, Temanggung, Banjarnegara, Cianjur, Sumedang, Bandung, Lombok Timur, Garut, Kebumen, Semarang, Kulonprogo, Sukabumi, Malang, Enrekang, Solok, Banyuwangi, dan Solok. Dengan adanya program ini, diharapkan stabilitas pasokan dan harga cabai dapat terkendali dan membantu menekan inflasi pangan di Indonesia.​

​Di Lombok Timur, program Champion Cabai sukses menstabilkan harga cabai dan memastikan ketersediaan pasokan pangan. Petani seperti Haji Subhan dari Kelompok Tani UD. Ganang Putra memainkan peran penting dalam program ini. Mereka tidak hanya memproduksi cabai, tetapi juga mengatur pola tanam dan distribusi untuk menjaga kestabilan harga di pasar. Haji Subhan bahkan menerima penghargaan dari Kementerian Pertanian atas dedikasinya dalam sektor pertanian.

“Assalamualaikum, selamat pagi. Ijin di sini dulu,” kata Mahani, produsen Abon cabe Tetutetu di Lendangnangka. Ia membagikan sebuah foto dirinya tengah berkunjung ke lokasi Green House tanaman cabe milik Haji Subhan. “Areanya sangat luas!,” ungkap dia.

Selain itu, Pondok Pesantren Thohir Yasin di Lendang Nangke juga terlibat dalam pengembangan komoditas cabai melalui program INFRATANI yang dibina oleh Bank Indonesia NTB. Mereka menggunakan metode pertanian ramah lingkungan seperti pemanfaatan limbah organik untuk meningkatkan hasil panen cabai.

Pemerintah Kabupaten Lombok Timur secara aktif mendukung program ini dengan menggelar operasi pasar murah bersama Champion Cabai untuk menurunkan harga cabai yang sempat melonjak hingga Rp100.000 per kilogram pada awal 2025. Melalui operasi pasar, harga cabai dapat ditekan menjadi sekitar Rp56.000 per kilogram, memberikan dampak positif bagi masyarakat.

“Harga cabai di London ingris £9 per kilo = IDR 22.000 x 9 = IDR 198.000/ kg. Jauh berbeda karena transportasi jauh dan mahal. Lebih baik di pengolahan ke Abon Cabe Ebi Kentang dulu seperti Tetu Tetu. Di bungkus dan kirim langsung dipaket pos ke keluarga ingris. Nilaiku ada fasilitas dua bahasa sehingga langsung bisa Promo online di inggris!,” Kata Richard Beresford, founder MicroAid yang ikut terlibat obrolan di WhatsApp Grup Sahabat NilaiKu, Kemudian ia pun tak luput membagikan info bagaimana caranya mengekspor hasil tani ke luar negeri. Anda ingin ikuti obrolan bermanfaat lainnya? Klik untuk gabung di WAG Sahabat NilaiKu! Dan unduh NilaiKu, sekarang!

Unduh NilaiKu! Jangan Penasaran

Ketika Jadi Petani di Jepang Lebih Menguntungkan Dibanding di Negeri Sendiri

NilaiKu.id- Lina Rokayah, seorang perempuan petani asal Jawa Barat, kini tinggal di Jepang dan tetap menjalani profesinya sebagai petani setelah lebih dari 20 tahun. Lewat unggahan reels di Facebook, ia membagikan pengalamannya menjalani hidup di negeri asing yang justru lebih memihak petani dibanding tanah kelahirannya sendiri. Cerita Teh Lina bukan hanya kisah personal, tapi juga potret kontras antara dua negara dalam memperlakukan mereka yang memberi makan rakyat: para petani.

“Ini yang dirasakan Teh Lina bertani di Jepang selama 20 tahun lebih, sistem dan dukungan dari pemerintah yang membuat pertanian di Jepang lebih maju. Ada insentif dan subsidi dari pemerintah, kalau kita mau beli alat-lat yang mahal-mahal seperti traktor, kita bisa dapatkan pinjaman lunak, meski tak gratis, tapi beban petani itu berkurang dengan itu,” kata Teh Lina dalam unggahan video yang ia bagikan.

ilustrasi: Kompas.com

Di Jepang, menjadi petani adalah profesi yang terhormat. Pemerintah hadir nyata lewat kebijakan yang melindungi dan memberdayakan. Harga hasil panen stabil, koperasi bekerja profesional, teknologi pertanian membantu efisiensi kerja, dan status sosial petani dihargai. Bahkan generasi muda Jepang tidak segan meneruskan profesi ini karena jelas ada masa depan.

“Penyediaan pupuk yang lancar distribusinya, dan di Jepang harga-harga hasil pertanian itu stabil bahkan cenderung menaik karena adanya sistem koperasi yang pro petani, artinya melindungi kesejahteraan petani,” ungkap Lina.

Berbeda jauh dengan Indonesia. Di negeri yang katanya agraris ini, petani masih bertarung sendiri. Harga hasil tani fluktuatif, koperasi lemah, teknologi tak merata, dan kebijakan kerap tidak berpihak. Banyak petani justru hidup dalam lingkaran kemiskinan, tak sedikit yang berharap anak-anak mereka tidak meneruskan profesi ini karena dianggap tidak menjanjikan.

Perbedaan yang sangat mencolok, bukan karena petani Indonesia kurang cerdas atau kurang kerja keras, tetapi karena sistem dan ekosistem pertanian yang belum memberi tempat dan perlindungan layak bagi para petani kita.

Petani di Indonesia

“Sebetulnya, Indonesia memiliki tanah subur, iklim yang bersahabat, dan petani yang gigih. Yang belum dimiliki adalah keberpihakan yang nyata dalam bentuk kebijakan dan sistem yang berpihak kepada mereka, lihat saja fakta di lapangan banyak yang kesulitan dapat pupuk, harga jual yang anjlok bikin petani buang-buang dan hancurkan hasil taninya karena ongkos tak sepadan,” kata seorang Sahabat NilaiKu di Tasikmalaya yang enggan disebut namanya.

Kisah Teh Lina seharusnya bisa terjadi di negeri sendiri, bukan hanya di luar negeri. Ia menjadi pengingat bahwa keadilan sosial dan kesejahteraan bukan hanya untuk mereka yang bersuara di kota, tapi juga untuk mereka yang setiap hari menanam harapan di ladang dan sawah.

Aung San Suu Kyi, pejuang demokrasi asal Myanmar, mengatakan bahwa “The only real prison is fear, and the only real freedom is freedom from fear.” Kebebasan sejati bagi petani bukan hanya lepas dari rasa takut gagal panen, tapi juga lepas dari ketidakpastian harga, akses, dan perlindungan. Semoga Indonesia segera bangun dari tidur panjangnya, dan menyadari bahwa kedaulatan pangan tidak akan pernah tercapai tanpa memuliakan mereka yang menanamnya.

Kalau disandingkan, sistem pertanian Jepang dan Indonesia memang jomplang. Bukan karena petani Indonesia kurang cerdas atau malas, tapi karena sistem dan ekosistemnya belum berpihak pada mereka. Jepang berhasil menciptakan sistem yang menempatkan petani sebagai bagian penting dari ketahanan nasional. Sementara di Indonesia, petani masih menjadi korban sistem yang timpang, mulai dari pupuk yang mahal, harga yang tidak stabil, hingga akses pasar yang dikuasai tengkulak.

Ancaman Menggunakan Wi-Fi Publik dan Cara Menghindarinya

NilaiKu.id – Pernahkah Anda kehabisan kuota dan dalam keadaan darurat terpaksa harus menggunakan koneksi internet publik, Keluarga Indonesia? Dan di era digital yang serba terhubung ini, Wi-Fi publik menjadi solusi praktis bagi banyak orang yang membutuhkan akses internet saat berada di luar rumah atau kantor. Tempat-tempat seperti kafe, bandara, hotel, atau pusat perbelanjaan sering menyediakan Wi-Fi gratis bagi pengunjung mereka.

Meskipun terdengar menguntungkan bahkan membantu dalam keadaan darurat, penggunaan Wi-Fi publik memiliki banyak risiko yang tidak boleh dianggap sepele, lho!. Berikut ini beberapa bahaya yang dapat mengintai penggunanya ketika terhubung dengan Wi-Fi publik dan bagiamana cara menghindarinya.

Salah satu ancaman terbesar di jaringan Wi-Fi publik adalah serangan Man-in-the-Middle (MitM). Dimana peretas dapat memonitor atau bahkan mengubah komunikasi antara perangkat Anda dan server atau situs yang Anda kunjungi. Misalnya, jika Anda mengirimkan informasi sensitif seperti kata sandi atau data kartu kredit melalui Wi-Fi publik yang tidak aman, peretas dapat menyadap data tersebut dan menggunakannya untuk tujuan jahat.

Saat terhubung ke jaringan Wi-Fi publik, perangkat lain yang berada pada jaringan yang sama dapat dengan mudah melakukan penyadapan (snooping) terhadap data yang Anda kirimkan, terutama jika Anda mengakses situs atau aplikasi yang tidak terenkripsi, seperti email atau pesan instan yang tidak menggunakan enkripsi end-to-end.

“Tanpa perlindungan yang tepat, informasi pribadi Anda bisa jatuh ke tangan yang salah,” kata Adi Prasojo, praktisi IT.

Peretas dapat membuat hotspot Wi-Fi palsu yang tampak mirip dengan jaringan Wi-Fi asli yang seharusnya Anda gunakan. Misalnya, jika Anda berada di sebuah kafe dengan Wi-Fi gratis, peretas bisa membuat jaringan Wi-Fi dengan nama yang serupa, seperti “Free Wi-Fi” atau “Public Wi-Fi.” Jika Anda secara tidak sengaja terhubung ke jaringan ini, peretas bisa mengakses data pribadi Anda, bahkan mengendalikan perangkat Anda.

Jaringan Wi-Fi publik juga rentan terhadap penyebaran malware. Tanpa adanya pengamanan yang cukup, perangkat Anda bisa terinfeksi perangkat lunak berbahaya hanya dengan terhubung ke Wi-Fi publik. Malware tersebut dapat mencuri data Anda, merusak sistem perangkat Anda, atau bahkan mengenkripsi file penting dan meminta tebusan untuk mengembalikannya (ransomware).

Jika Anda mengakses situs yang tidak menggunakan HTTPS (situs yang tidak aman), peretas dapat dengan mudah mencuri informasi pribadi Anda, seperti nama pengguna, kata sandi, dan nomor kartu kredit. Tanpa enkripsi yang memadai, data yang Anda kirimkan melalui Wi-Fi publik bisa dengan mudah disadap oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

ilustrasi

Cara Menghindari Risiko Saat Menggunakan Wi-Fi Publik
Meskipun ada banyak risiko saat menggunakan Wi-Fi publik, ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi potensi ancaman tersebut dengan menggunakan VPN (Virtual Private Network) Salah satu cara terbaik untuk melindungi data Anda saat terhubung ke Wi-Fi publik adalah dengan menggunakan VPN.

Jangan pernah mengakses akun perbankan, mengirimkan informasi pribadi, atau melakukan transaksi yang melibatkan data sensitif saat terhubung ke Wi-Fi publik. Jika memungkinkan, simpan aktivitas-aktivitas tersebut untuk dilakukan saat Anda menggunakan koneksi yang lebih aman, seperti data seluler atau Wi-Fi pribadi.

Periksa URL dan Gunakan HTTPS Pastikan situs yang Anda kunjungi menggunakan HTTPS, bukan HTTP. HTTPS memberikan lapisan keamanan tambahan yang mengenkripsi data antara perangkat Anda dan situs web. Anda bisa melihat ini dengan mudah karena URL di bilah alamat akan diawali dengan “https://” dan biasanya disertai ikon gembok di browser.

Nonaktifkan Berbagi File atau Folder! Jika Anda terhubung ke jaringan Wi-Fi publik, pastikan fitur berbagi file atau folder di perangkat Anda dimatikan. Ini akan mencegah perangkat lain yang ada di jaringan yang sama mengakses file atau data pribadi Anda tanpa izin.

Matikan Wi-Fi Otomatis Banyak perangkat canggih secara otomatis mencari dan terhubung ke jaringan Wi-Fi yang tersedia. Matikan opsi ini jika Anda tidak memerlukan koneksi Wi-Fi atau jika Anda berada di tempat umum. Ini akan mencegah perangkat Anda terhubung ke jaringan yang tidak aman atau tidak dikenal secara otomatis.

Wi-Fi publik memang memberikan pilihan menguntungkan bagi banyak orang, tetapi juga membawa risiko keamanan yang besar. Dengan memahami bahaya yang ada dan mengikuti langkah-langkah pencegahan tersebut di atas, Anda dapat melindungi diri dari ancaman yang mungkin terjadi. Dan Sebaiknya Keluarga Indonesi selalu waspada dan bijak dalam menggunakan Wi-Fi publik agar data pribadi Anda tetap aman dan terlindungi agar tetap bisa menjalankan kegitan online dengan nyaman! Pastikan di HP Anda telah terinstal NilaiKu untuk promosi produk ke sosial media!

Efek Mudik Idul Fitri 2025

NilaiKu.id- Mudik Lebaran 2025 diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah, dengan meningkatkan konsumsi di sektor transportasi, akomodasi, makanan, pakaian, oleh-oleh, dan hiburan. Hal ini berdampak positif pada sektor pariwisata, UMKM, dan transportasi. Wakil Ketua Banggar DPR, Wihadi Wiyanto, menyatakan bahwa belanja masyarakat selama mudik memberikan dampak nyata pada ekonomi, termasuk sektor makanan dan minuman.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dan Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menegaskan peran mudik dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal. Mudik meningkatkan konsumsi barang dan jasa, serta mendongkrak pendapatan daerah, seperti yang terlihat di Dusun Bambu, Bandung, yang menerima 17.000 pengunjung per hari.Pada 2024, perputaran uang selama mudik mencapai Rp 157,3 triliun, dan pergerakan pemudik meningkat signifikan. Pada 2025, diperkirakan ada 146,48 juta pemudik, yang akan menciptakan lonjakan konsumsi dan meningkatkan perekonomian nasional.

Foto Badan Penghubung Provinsi Jateng

Masyarakat selama mudik Lebaran 2025 mengalokasikan pengeluaran mereka untuk berbagai kebutuhan seperti transportasi, akomodasi, makanan, pakaian, dan oleh-oleh. Hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan di sektor-sektor tersebut, yang pada gilirannya akan mempercepat perputaran uang dan meningkatkan perekonomian. Pengeluaran yang tinggi dalam berbagai sektor ini mendorong aktivitas ekonomi, menciptakan peluang usaha, serta memberikan dampak positif pada sektor UMKM dan industri lokal, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.

Transportasi: Pengeluaran untuk transportasi mencakup biaya perjalanan pulang pergi ke kampung halaman, baik menggunakan kendaraan pribadi, bus, kereta api, pesawat, maupun kapal laut. Ini adalah salah satu pengeluaran terbesar selama mudik, karena jutaan orang bergerak dari kota ke desa, menyebabkan peningkatan permintaan pada layanan transportasi.

Akomodasi: Akomodasi mengacu pada tempat tinggal selama mudik, baik itu hotel, penginapan, rumah kontrakan, atau bahkan tempat tinggal keluarga. Pengeluaran untuk akomodasi terjadi ketika pemudik memilih untuk menginap di tempat yang tidak dapat menampung seluruh keluarga di rumah. Ini juga mencakup pengeluaran untuk tempat menginap saat bepergian.

Makanan: Selama mudik, orang cenderung mengeluarkan lebih banyak uang untuk makanan, baik untuk makan di luar saat perjalanan maupun untuk menyambut keluarga yang datang. Ini juga mencakup pembelian makanan khas Lebaran dan hidangan perayaan lainnya, yang meningkatkan permintaan di sektor restoran, warung makan, dan pasar.

Pakaian: Pengeluaran untuk pakaian biasanya meningkat menjelang Lebaran. Banyak orang membeli pakaian baru untuk merayakan Idul Fitri, seperti baju baru, hijab, atau pakaian khas Lebaran. Hal ini mendorong aktivitas di sektor retail, baik offline maupun online.

Oleh-oleh: Salah satu tradisi mudik adalah membawa oleh-oleh untuk keluarga dan teman di kampung halaman. Oleh-oleh ini bisa berupa makanan khas, produk lokal, atau barang-barang lain yang dibeli selama perjalanan. Ini menciptakan permintaan tambahan di pasar lokal dan memberikan dampak positif pada perekonomian daerah.

Beda Hampers & Parcel yang Membingungkan, Begini Penjelasannya!

NilaiKu.id- Perbedaan antara hampers dan parcel memang sering kali membingungkan banyak orang, terutama karena keduanya digunakan untuk tujuan yang serupa yakni memberikan bingkisan atau hadiah pada perayaan tertentu. Namun, ada beberapa perbedaan mendasar yang membedakan kedua istilah tersebut.

Ukuran dan Isi
Hampers: Cenderung lebih besar, berisi berbagai barang yang lebih banyak dan beragam dalam satu wadah. Hampers bisa mencakup berbagai jenis produk, seperti makanan, minuman, atau barang-barang premium lainnya, dan biasanya dikemas dalam keranjang anyaman atau wadah besar.
Parcel: Biasanya lebih kecil, seringkali berisi satu atau dua jenis barang yang lebih sederhana. Parcel sering kali dikemas dengan bahan penutup seperti kertas, plastik, atau kain, dan ukurannya lebih kecil dibandingkan hampers.

Kemasan
Hampers: Menggunakan kemasan yang lebih terbuka, seperti keranjang anyaman atau kotak besar, dengan plastik bening atau bahan lain yang memperlihatkan isi bingkisan. Tujuan kemasan ini adalah untuk memperlihatkan berbagai barang yang ada di dalamnya dan membuat tampilan hampers lebih menarik.
Parcel: Umumnya dibungkus lebih rapat, dengan tujuan agar tampilan yang rapi dan cantik lebih diutamakan. Parcel seringkali dibungkus dengan kertas atau kain yang rapat, sehingga tidak memperlihatkan isinya secara langsung.

Sejarah
Hampers: Berasal dari kata “hanapier” dalam bahasa Perancis yang berarti keranjang anyaman. Pada awalnya, hampers digunakan untuk membawa bekal makanan dan minuman selama perjalanan panjang atau berburu. Seiring waktu, pengertian hampers berkembang, terutama di Inggris, menjadi bingkisan yang dikirimkan tidak hanya untuk sumbangan, tetapi juga sebagai hadiah dan simbol perayaan.
Parcel: Berasal dari kata “parcelle” dalam bahasa Perancis lama, yang berarti bagian kecil atau potongan. Dalam sejarah, parcel lebih sering dikaitkan dengan pengiriman barang dalam bentuk paket yang lebih kecil dan sederhana, bukan hanya bingkisan hadiah.

Fungsi dan Tujuan
Hampers: Awalnya digunakan untuk mengirimkan makanan atau barang-barang yang dapat disimpan selama perjalanan panjang, dan seiring waktu, hampers berubah menjadi bingkisan hadiah untuk acara tertentu. Kini hampers digunakan untuk merayakan berbagai perayaan, terutama di negara-negara barat dan juga di Indonesia pada perayaan besar seperti Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru.
Parcel: Biasanya lebih sering digunakan untuk mengirimkan barang atau hadiah dalam bentuk paket yang lebih kecil, dan meskipun terkadang digunakan dalam perayaan seperti Idul Fitri, sifat parcel lebih umum dan lebih sering digunakan dalam pengiriman barang sehari-hari.

Tren dan Perkembangan
Hampers, terutama dikenal di kalangan kalangan menengah ke atas dan menjadi populer sebagai bagian dari gaya hidup modern. Hampers sering kali dianggap lebih mewah atau berkelas karena isi dan kemasannya yang lebih variatif dan elegan. Sementara Parcel, lebih dikenal sebagai bingkisan sederhana yang seringkali berisi makanan atau barang sehari-hari yang lebih mudah didapatkan dan lebih sederhana dari segi kemasan.

Meskipun hampers dan parcel keduanya digunakan untuk memberi hadiah atau bingkisan, mereka berbeda dalam ukuran, kemasan, dan sejarah asal usulnya. Hampers lebih besar, lebih mewah, dan lebih kompleks dalam isi dan kemasan, sementara parcel lebih kecil dan sederhana. Namun, seiring waktu, keduanya telah menjadi bagian penting dari tradisi pemberian hadiah di Indonesia, terutama saat perayaan hari-hari besar seperti Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru.

Beda Hampers dan Parcel, Seringkali Membingungkan!

NilaiKu.id – Ada sebuah tradisi pada perayaan hari-hari besar, seperti Idul Fitri, orang mulai memberikan bingkisan berupa hampers maupun parcel pada orang-orang terdekat. Namun, selama ini seringkali orang mengira bahwa hampers dan parcel merupakan hal yang sama. Dan, kini istilah hampers terasa lebih hypes dibandingkan parcel.

Bicara tentang sejarahnya, parcel dan hampers di Indonesia berakar pada tradisi memberi hadiah, yang konon katanya telah ada sejak zaman kolonial, meskipun penggunaan kedua istilah ini mungkin baru populer dalam beberapa dekade terakhir. Pada awalnya, parcel di Indonesia sering kali merujuk pada bingkisan atau hadiah yang berisi berbagai barang, seperti makanan, minuman, atau barang-barang kebutuhan lainnya. Biasanya, parcel diberikan pada saat perayaan tertentu seperti Idul Fitri, Natal, Tahun Baru, atau acara penting lainnya.

Menurut beberapa sumber, pada masa kolonial, masyarakat kelas atas di Indonesia, terutama yang memiliki hubungan dengan penguasa atau bangsa kolonial, cenderung memberikan parcel sebagai simbol penghormatan dan hubungan sosial. Setelah Indonesia merdeka, tradisi pemberian parcel mulai berkembang lebih luas, dengan semakin banyak orang memberikan parcel kepada keluarga, teman, atau kolega mereka, terutama pada saat-saat perayaan besar.

Hampers adalah istilah yang lebih modern dan sering digunakan untuk menggambarkan bingkisan yang terdiri dari berbagai produk, mulai dari makanan, minuman, hingga barang-barang premium lainnya yang dikemas dalam keranjang atau kotak elegan. Hampers mulai populer di Indonesia sekitar tahun 1990-an dan 2000-an, seiring dengan perubahan gaya hidup dan kemajuan dalam industri gift packaging. Hampers menjadi pilihan bagi banyak orang yang ingin memberikan hadiah yang lebih mewah atau berkelas, terutama pada hari raya seperti Lebaran atau Natal. Hampers biasanya lebih mahal dan lebih terperinci daripada parcel tradisional, dengan pilihan produk yang lebih bervariasi dan kemasan yang lebih menarik.

Pada intinya, baik parcel maupun hampers di Indonesia berasal dari tradisi memberikan hadiah sebagai bentuk penghormatan atau tanda kasih sayang, tetapi seiring waktu, kedua istilah ini mengalami evolusi yang mencerminkan perkembangan sosial dan budaya di Indonesia. Pemberian hampers, khususnya, menjadi lebih lazim di kalangan kalangan menengah ke atas dan menjadi bagian dari gaya hidup modern yang lebih memprioritaskan estetika dan kualitas dalam pemberian hadiah.

(Bersambung:Beda Hampers & Parcel yang Membingungkan, Begini Penjelasannya!)

Efisienkan Distribusi agar Harga Tetap Terjangkau dan Menguntungkan!

NilaiKu.id- Dengan sistem distribusi yang efisien, harga sebuah produk bisa tetap terjangkau di pasaran, bahkan bisa menekan ongkos kirim berkali lipat. Misalnya produk Abon Cabe Tetu-Tetu buatan Pulau Lombok tetap terjangkau bagi konsumen di Pulau Jawa dengan harga yang tak jauh berbeda, meskipun biaya pengiriman tetap ada.

Semakin banyak produk yang Anda beli, semakin besar kemungkinan Anda mendapat harga lebih murah per unit. Hal ini penting untuk meningkatkan margin keuntungan Anda.

“Yang banyak peminatnya adalah Abon Cabe Ebi Kentang, di tempat saya,” kata siti Juliah, salah satu distributor yang berdomisili di Kabupaten Bogor. Ia mengatakan bahwa menjadi reseller dengan harga murah adalah salah satu cara untuk memulai bisnis dengan modal yang relatif rendah.

“Jika memungkinkan, coba jalin hubungan langsung dengan produsen atau pabrik untuk mendapatkan harga yang lebih rendah tanpa perantara.” kata dia. Dan distribusi abon cabe Tetu-tetu pun dilakukan pula di Kota Depok dan Aceh Besar.

NilaiKu, mencoba model bisnis ini menjadi semacam perantara dan distributor, dengan membeli produk Abon Cabe dalam jumlah tertentu untuk menekan harga, terutama di bagian onkir sehingga distributor tetap mendapatkan keuntungan dari margin penjualan produk. KWT Tetu-Tetu, sebagai produsen, tetap dapat menghasilkan keuntungan meskipun mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pengembangan jaringan distribusi.

Sementara itu, reseller yang bergabung dengan NilaiKu juga bisa mendapatkan komisi dari setiap transaksi yang mereka lakukan. Model bisnis seperti ini nampaknya berdasarkan pengalaman tersebut di atas akan efektif untuk membantu banyak pihak.

KWT Tetu-Tetu mendapat peluang untuk berkembang, NilaiKu memperluas jangkauan produknya, dan reseller atau distributor lainnya mendapatkan peluang usaha tanpa harus memiliki produk fisik atau modal yang besar.

Kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang ada. Bagi keluarga Indonesia yang tidak memiliki produk sendiri, model bisnis seperti ini dapat menjadi contoh nyata untuk menjadi reseller atau distributor.

Kuncinya adalah memanfaatkan teknologi digital, memilih produk yang tepat, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan antara produsen, distributor, dan konsumen.

Dengan semangat yang sama, kita semua bisa mengembangkan usaha dan memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal. Jika Anda tidak punya produk, jangan khawatir. Menjadi reseller atau distributor dengan menggunakan platform digital bisa jadi solusi yang luar biasa.

Sebuah contoh, kolaborasi NilaiKu dan KWT Tetu-Tetu bukan hanya tentang bisnis, tetapi tentang memberikan peluang bagi setiap orang untuk berkembang bersama.

8 Alasan Bisnis di Bulan Ramadan merupakan Pilihan yang Cerdas

NilaiKu.id – Produk Abon Cabe Tetu-tetu kini lebih dekat ke Jabodetabek, padahal produksinya dilakukan oleh KWT Tetu-Tetu di Masbagik, Lombok Timur, Nusatenggara Barat. Hal tersebut bisa terealisasi berkat dukungan NilaiKu MicroAid dengan menjalankan model bisnis saling membantu memasarkan produk para pengguna aplikasi NilaiKu menjelang Ramadan ini. Kali ini, produk pengguna NilaiKu di Lombok Timur tersedia di pengguna NilaiKu Depok dan Bogor.

Dan berbicara tentang bisnis Ramadan, tentu saja semua orang tahu jika Ramadan adalah bulan penuh berkah, tak jarang momen ini menjadi saat bisnis yang tepat bagi pelaku usaha untuk menaikan penjualan. Ada beberapa alasan mengapa bulan Ramadan bisa menjadi waktu yang sangat tepat untuk memulai atau mengembangkan bisnis. Berikut beberapa alasan mengapa bisnis di bulan Ramadan bisa menjadi pilihan yang cerdas bagi Anda Keluarga Indonesia:

Permintaan yang Meningkat
Selama Ramadan banyak kebutuhan khusus yang muncul, seperti takjil untuk buka puasa, makanan sahur, pakaian baru untuk Lebaran, hingga hampers dan lain-lain menciptakan peluang besar bagi para pelaku usaha untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat. Tingkat konsumsi masyarakat pun cenderung lebih banyak selama Ramadan, baik untuk kebutuhan sehari-hari, makanan istimewa, maupun barang-barang untuk merayakan Lebaran.

Kesempatan Berbagi dan Beramal
Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, dan banyak orang yang lebih suka berbelanja dengan niat untuk berbagi. Bisnis yang menawarkan produk untuk berbagi, seperti paket sembako atau hampers untuk disalurkan kepada keluarga atau orang yang membutuhkan, bisa menarik perhatian banyak orang yang ingin berbagi kebaikan. Selain itu, banyak bisnis yang berkolaborasi dengan organisasi amal atau mengadakan program donasi/charity, sehingga pelanggan bisa merasa lebih puas karena mereka juga berkontribusi pada kegiatan sosial dan bisa menebar kepedulian dan kebaikan.

Atmosfer Ramadan yang Menggugah
Ramadan menciptakan suasana yang lebih positif dan saling menghormati. Orang-orang lebih sering berkumpul bersama keluarga dan teman, yang bisa mendorong mereka untuk membeli makanan, hampers, atau pakaian baru untuk Lebaran. Bulan Ramadan juga merupakan waktu yang sangat spesial bagi umat Muslim, sehingga banyak orang lebih cenderung membeli sesuatu yang lebih bermakna, seperti hadiah untuk orang terkasih atau perlengkapan ibadah.

Potensi untuk Meningkatkan Penjualan
Ramadan adalah waktu yang sempurna untuk menawarkan promo-promo menarik seperti diskon atau paket bundling. Hal ini dapat menarik pembeli yang lebih sensitif terhadap harga, dan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak. Di bulan Ramadan, banyak orang membeli lebih banyak untuk persiapan Lebaran, baik itu pakaian baru, makanan, atau dekorasi rumah. Peluang ini bisa dimanfaatkan dengan menawarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Peluang untuk Memperkenalkan Produk Baru
Jika Anda memiliki produk baru, bulan Ramadan adalah waktu yang baik untuk memperkenalkan produk tersebut. Misalnya, Anda bisa meluncurkan menu berbuka puasa yang unik, atau koleksi pakaian dengan desain Ramadan. Bisnis yang bisa berinovasi dengan menawarkan sesuatu yang baru dan spesial selama Ramadan, akan lebih mudah menarik perhatian konsumen yang membantu bisnis Anda berkembang dan dikenal luas.

Kebiasaan Orang untuk Mencari Kenyamanan
Banyak orang yang mencari kemudahan selama Ramadan, terutama dalam hal makanan dan pengiriman. Misalnya, banyak yang memilih untuk membeli makanan siap saji atau takjil daripada memasak sendiri. Bisnis yang bisa menawarkan kenyamanan ini akan memiliki pasar yang luas. Dengan tren yang semakin meningkat, banyak orang yang memilih untuk memanfaatkan layanan antar makanan atau barang untuk menghindari keluar rumah. Ini menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.

Meningkatkan Kesadaran Brand
Banyak peluang untuk menjalankan kampanye promosi khusus selama Ramadan, seperti memberikan diskon untuk pelanggan setia atau mengadakan giveaway. Hal ini dapat membantu meningkatkan kesadaran dan daya tarik bagi brand Anda. Selama Ramadan pun banyak orang aktif di media sosial untuk berbagi pengalaman dan inspirasi. Bisnis yang memiliki kampanye yang menarik bisa memanfaatkan momen ini untuk memperkenalkan produk lebih luas.

Kehangatan Komunitas dan Loyalitas Pelanggan
Ramadan adalah waktu yang baik untuk mempererat hubungan dengan pelanggan dan komunitas. Pelanggan merasa lebih terhubung dengan bisnis yang peduli pada nilai-nilai Ramadan dan memberi mereka pelayanan yang lebih personal.

Jika bisnis Anda memberikan layanan yang baik selama Ramadan, pelanggan akan lebih mungkin kembali berbelanja di masa depan, bahkan setelah bulan Ramadan berakhir. Dengan banyaknya peluang yang ada ini, bulan Ramadan tidak hanya bisa menjadi waktu yang tepat untuk mencari keuntungan, tetapi juga untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan pelanggan serta memberikan nilai tambah yang lebih besar pada produk atau layanan yang kamu tawarkan. Bagaimana menurut Anda Keluarga Indonesia? Apakah Ramadan memang memberikan banyak peluang untuk bisnis bagi produk rumahan Anda? Ayo berbisnis dan pakai NilaiKu sebagai alat promosi Anda di berbagai platform sosial media.

Dari Mie Nelongso ke Mie Gacoan, Perjalanan Bisnis yang Menginspirasi!

NilaiKu.id – Anda tentu kenal deng Mie Gacoan? Restoran mie pedas yang sangat populer di Indonesia, didirikan pada tahun 2016 oleh Anton Kurniawan dan Haris Kristanto. Awalnya bernama Mie Nelongso dan Warung Gacoan, restoran ini mengubah nama menjadi Mie Gacoan setelah beberapa kali rebranding. Mereka fokus pada mie pedas dengan berbagai level, ditambah dimsum dan minuman manis, dengan harga yang terjangkau.

Mie Gacoan kini memiliki sekitar 260 cabang di seluruh Indonesia dan mencapai omzet hingga triliunan per tahun. Dengan harga yang murah, sekitar Rp 10.000 per porsi, mereka tetap mendapatkan keuntungan besar melalui strategi yang tepat dan volume penjualan yang tinggi. Mie Gacoan terkenal dengan branding kuat sebagai “Mie Pedas No. 1”, yang membantu membentuk persepsi positif di kalangan konsumen.

Foto pergikuliner.com

Mie Gacoan juga memiliki misi untuk menyediakan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan terus berupaya menjadi restoran terbaik di Indonesia, dengan standar pelayanan dan produk bertaraf internasional. Meskipun banyak pesaing seperti Mie Gober, Mie Gacoan lebih terkenal berkat faktor harga, kenyamanan tempat, dan kualitas makanan yang memikat banyak pelanggan, terutama anak muda.

Lantas apa yang membuat Mie Gacoan ini banyak digandrungi dan berhasil jadi restaurant mie pedas nomer satu di Indonesia? Ada beberapa faktor yang membuat Mie Gacoan laku dan sukses besar di pasaran, berikut diantaranya:

Harga yang Terjangkau
Mie Gacoan menawarkan harga yang sangat terjangkau, sekitar Rp 10.000 per porsi. Harga yang murah ini sangat menarik bagi pelanggan, terutama anak muda dan kelas menengah ke bawah, yang mencari makanan enak dengan harga ramah di kantong.

Menu yang Sederhana tapi Menggugah Selera
Mie Gacoan fokus pada mie pedas dengan berbagai level kepedasan, yang banyak disukai oleh pecinta makanan pedas. Selain itu, mereka juga menawarkan menu pendamping seperti dimsum dan minuman manis, yang melengkapi pilihan makan.

Branding yang Kuat
Mie Gacoan memiliki branding yang sangat kuat, dengan klaim sebagai “Mie Pedas No. 1 di Indonesia.” Branding ini membentuk persepsi konsumen bahwa mereka adalah pilihan utama untuk mie pedas. Konsumen lebih cenderung memilih yang “terbaik” menurut persepsi, dan Mie Gacoan berhasil membangun image tersebut.

Pelayanan yang Baik dan Tempat yang Nyaman
Mie Gacoan selalu menjaga kualitas pelayanan dan kenyamanan tempat makan. Restoran mereka memiliki suasana yang nyaman, luas, dan cocok untuk nongkrong, terutama bagi anak muda. Dengan fasilitas parkir yang luas, Mie Gacoan memberikan pengalaman bersantap yang menyenangkan.

Foto ukmindonesia.id

Sensasi Makanan yang Unik dan Ketagihan
Mie Gacoan dikenal dengan level kepedasan yang bisa disesuaikan dengan selera pelanggan. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemar makanan pedas. Sensasi makan yang menantang dan ketagihan membuat pelanggan sering kembali lagi.

Strategi Cross Sell dan Menarik Pelanggan
Mie Gacoan memanfaatkan teknik penjualan dengan menawarkan menu yang sangat murah, bahkan ada beberapa menu yang harganya di bawah Rp 10.000. Ini membuat pelanggan penasaran dan tertarik untuk datang. Meskipun harganya murah, mereka tetap mendapatkan keuntungan karena volume penjualannya tinggi.

Replikasi dan Ekspansi Cepat
Dengan lebih dari 260 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, terutama di pulau Jawa, Mie Gacoan mampu menjangkau pasar yang lebih luas. Ekspansi cabang yang cepat membuat mereka semakin dikenal. Semua faktor ini saling mendukung untuk menciptakan keberhasilan Mie Gacoan, yang akhirnya menjadi pilihan utama bagi banyak pelanggan di Indonesia. Semoga bermanfaat, Keluarga Indonesia! Pakai Terus NilaiKu!

Segudang Tantangan UMKM Indonesia, Bagaimana Mensiasatinya?

NilaiKu.id – Ada sebuah pernyataan di media masa, bahwa persaingan usaha bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta ekonomi kreatif semakin ketat di tengah banjir barang impor pasar online. Akibatnya, produk dalam negeri kian terdesak.

Produk luar negeri yang membanjiri marketplace dengan harga yang sangat murah menjadi tantangan besar bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di dalam negeri.

Mengapa demikian? Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang membuat barang impor lebih kompetitif, seperti biaya produksi yang lebih rendah di negara asalnya, penggunaan teknologi dan proses manufaktur yang efisien, serta skala ekonomi yang lebih besar.

Berikut beberapa alasan mengapa produk luar negeri bisa hadir dengan harga yang sangat murah di pasar online:

Biaya Produksi yang Lebih Murah: Banyak negara produsen memiliki biaya tenaga kerja yang lebih rendah dan akses ke bahan baku yang lebih murah, sehingga memungkinkan mereka untuk menawarkan harga yang lebih kompetitif.

Skala Ekonomi: Perusahaan besar dari luar negeri sering memproduksi dalam jumlah besar, yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan diskon dan efisiensi dalam produksi. Ini mengurangi biaya per unit dan memungkinkan harga jual yang lebih rendah.

Pengiriman Langsung ke Konsumen: Dengan model bisnis direct-to-consumer, produk-produk luar negeri bisa dijual langsung ke konsumen melalui platform marketplace tanpa melalui banyak perantara, yang dapat menekan harga jual.

Dukungan Subsidi atau Insentif Pemerintah: Beberapa negara memberikan subsidi atau insentif kepada eksportir mereka, seperti pajak rendah atau subsidi transportasi, untuk membuat produk mereka lebih murah di pasar global.

Beragamnya Pilihan Produk: Marketplace internasional menawarkan beragam produk dengan variasi yang sangat luas, dari produk elektronik, pakaian, hingga aksesoris rumah tangga, yang semuanya bisa dijual dengan harga murah karena persaingan ketat di sana.

Dampak bagi UMKM di Indonesia, selain persaingan harga yang ketat, di mana UMKM yang tidak memiliki kapasitas produksi besar atau skala ekonomi yang sama akan kesulitan bersaing dalam hal harga, adalah penurunan daya saing, produk lokal sering kali lebih mahal karena biaya produksi yang lebih tinggi, sedangkan barang impor dapat bersaing dengan harga yang lebih rendah, meskipun kualitasnya sering kali tidak sebanding. Sementara itu, konsumen tergoda oleh harga murah. Tak heran jika Keluarga Indonesia sering melihat bahwa konsumen cenderung tertarik pada produk luar negeri yang lebih murah, yang mengarah pada turunnya permintaan terhadap produk dalam negeri.

Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh UMKM untuk menghadapinya? Produk dalam negeri perlu menawarkan kualitas yang lebih baik atau keunikan tertentu yang tidak bisa ditemukan pada produk luar negeri. Misalnya, produk lokal dengan bahan baku alami, desain khas, atau ciri budaya lokal yang lebih bernilai bagi konsumen.

Meningkatkan pengalaman pelanggan, dengan menggunakan Pelayanan yang lebih personal, pengiriman cepat, dan kemudahan bertransaksi dapat menjadi nilai tambah yang tidak didapatkan dari pembelian produk luar negeri. Begitu pun dengan menciptakan produk yang unik, seperti produk handmade atau berbasis kerajinan tangan, UMKM dapat menarik konsumen yang mencari produk dengan nilai lebih dari sekadar harga.

Mendukung Kampanye “Cinta Produk Lokal” adalah satu cara mengatasi persaingan yang diakibatkan banjir produk luar. Pemerintah dan masyarakat dapat lebih aktif mendukung gerakan membeli produk lokal untuk memperkuat daya saing produk dalam negeri.

UMKM juga perlu mencari cara untuk meningkatkan efisiensi produksi dan memanfaatkan teknologi digital untuk pemasaran yang lebih efektif, termasuk menggunakan media sosial atau platform e-commerce untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Dan NilaiKu, sebagai sebuah aplikasi promosi bagi Keluarga Indonesia menjadi bagian dari cara bagaimana memanfaatkan teknologi digital dalam pemasaran.

Walalupun tantangan ini cukup besar, sepantasnya Keluarga Indonesia punya keyakinan bahwa kita semua dan terutama pelaku UMKM yang mampu beradaptasi dengan perubahan pasar dan yang bisa memanfaatkan kekuatan produk lokal tetap memiliki peluang untuk berkembang.

Dan untuk mengimplementasikan strategi inovasi dan diferensiasi produk, pelaku UMKM perlu memahami pasar dan konsumen dengan baik, berani untuk berinovasi dalam desain dan kualitas produk, serta siap memanfaatkan berbagai saluran pemasaran digital untuk menarik perhatian. Selain itu, memperhatikan tren keberlanjutan dan kearifan lokal juga bisa menjadi keunggulan dalam menciptakan produk yang tidak hanya bersaing dengan produk luar negeri, tetapi juga mendapat tempat di hati konsumen. Semoga bermanfaat! Pakai terus NilaiKu!