NilaiKu.id – Kartu Tani, adalah identitas petani yang digunakan sebagai dasar penyusunan kebijakan bagi Kementerian Pertanian dan tranparansi penyaluran dana subsidi melalui sistem perbankan, di perlukan petani untuk mendapatkan layanan pemerintah untuk kelancaran dalam memproduksi komoditi pertanian. Selain itu, kartu tani bisa digunakan untuk akses perban kan dalam mendapatkan Kredit Usaha Rakyat. Bagi para petani yang telah mendapatkan Kartu Tani, dapat melakukan pembelian pupuk subsidi ke agen atau pengecer yang telah ditunjuk. Transaksi yang dilakukan dengan menggunakan mesink husus bernama Electronic Data Capture (EDC) di pengecer resmi.
Kartu NilaiKu
Kartu NilaiKu adalah yang berguna untuk mempromosikan produk atau usaha petani dan pelaku usaha kecil menengah di sosial media seperti facebook, whatsapp, messenger, Instagram dan platform sosial media lainnya yang dibuat khusus bagi pengguna aplikasi NilaiKu dalam memudahkan jangkauan dan target pasar. Dengan cara membagikan Kartu NilaiKu ke sosial media, khalayak akan mendapatkan informasi tentang produk dan usahayang dibuat petani atau pelaku UMKM.
Kartu NilaiKu terdiri dari foto produk, harga dan satuan produk yang Anda jual dengan tingkat kepercayaan tinggi karena telah melalui verifikasi dengan mitra verifikator, verifikasi bisa diperoleh dari orang yang sudah membeli produk Anda atau orang yang mengenal siapa Anda. Sehingga memberi keyakinan kepada calon pembeli bahwa produk yang dijual melalui Kartu NilaiKu dapat dipercaya.
NilaiKu.id – Mengakses Internet kini merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat, tak terkecuali di pedesaan dan pelosok-pelosok daerah di tanah air. Dimana data, Informasi dan privasi sekalipun telah menjadi bagian yang tak terpisahkan di dunia maya yang sudah mengglobal ini. Mengakses internet pun menjadi sebuah kegiatan membuka jendela pengetahuan dengan menjelajah informasi dunia. Internet bukan lagi merupakan kebutuhan tambahan semata, di era informasi ini telah bergeser menjadi kebutuhan mutlak berbagai pihak dalam menjalankan aktivitas termasuk di sektor pertanian dan usaha kecil menengah.
“Jadi, Sahabat NilaiKu seperti Alvi, Rian atau Rohmat dan lainnya suka datang ke rumah memanfaatkan WI-FI, biasanya mereka mencari tahu banyak hal, misalnya nyari informasi, kalau tanaman lagi kena hama mereka suka sharing minta pendapat di internet, bagaimana mengatasinya, umur sekian harusnya bagaimana, jadi benar-benar untuk cari informasi, membuka aplikasi NilaiKu dan lain-lain” jelas Warsito kepada NilaiKu (16/11/20).
Untuk mempermudah kebutuhan internet Sabahat NilaiKu di Kampung Pasir, Desa Cintakarya RT.03/RW.02 Kecamatan Samarang Kabupaten Garut, sejak beberapa bulan lalu microAid turun tangan agar Sahabat NilaiKu Garut yang berdomisili di daerah tersebut bisa menikmati akses internet lebih yang baik lagi, yaitu berupa instalasi WI-FI dengan koneksi internet yang memadai.
Warsito Sejati, Sahabat NilaiKu yang aktif menjadi penggerak masyarakat petani setempat mengaku sangat terbantu dengan adanya WiFi bantuan microAid tersebut.
Warsito mengaku sangat terbantu dengan bantuan Wi-Fi yang diberikan microAid, karena manfaatnya bisa dirasakan sahabat NilaiKu secara nyata dalam menggunakan internet secara lebih positif dan terarah bagi kemajuan warga petani, utamanya dalam menggali informasi dunia tani dan usaha.
“Waktu kemarin ada staff menteri ke sini pun, mereka bilang; wah! bagus sekali pak Warsito ada Wi-Fi di sini untuk warga. Malah sebelum wabah Covid-19 anak-anak sekolah suka nebeng juga di sini, saya juga suka pantau apa yang mereka lihat, takutnya macam-macam. Tapi, Alhamdulillah kegiatannya positif ngerjain tugas sekolah, cuman sekarang kan ada kuota (Kemendikbud), mereka punya kuota sendiri,” jelas Warsito.
Lebih lanjut Warsito menuturkan bahwa kehadiran Wi-Fi yang disediakan microAid sangat bermanfaat, khususnya bagi warga petani, anggota petani sangat terbantu dengan adanya Wi-Fi.
“Saya sebagai pengurus kelompok tani sangat berterimakasih kepada microAid atas partisipasinya mau membantu menyediakan fasilitas internet untuk Poktan Sari Tani,” pungkasnya.
Nilaiku.id– Pernyataan itu terlontar begitu saja dari seorang petani senior di suatu pagi saat tim NilaiKu berada di sebuah pesawahan bercengkrama dengan para petani padi yang sedang memberikan perawatan terhadap tanamannya.
“Walaupun dari sekian banyak generasi muda adalah anak petani, belum tentu dalam keseharian mereka ikut terlibat dalam bidang pertanian Banyak yang memiliki pengalaman sama dengan saya.”
Menurutnya, seorang anak petani tak lagi berminat terjun di dunia pertanian seperti orangtuanya, bagi sebagian orang mungkin bisa dimengerti dikarenakan generasi muda tersebut melihat kenyataan bahwa orangtua atau keluarga mereka yang berprofesi sebagai petani dan buruh tani ternyata bekerja lebih keras untuk upah yang minim, akibatnya regenerasi di sektor pertanian Indonesia menjadi kurang.
Generasi muda lebih tertarik bekerja sebagai buruh migran, dengan harapan memperoleh pendapatan yang lebih layak. Pendidikan yang meningkat dan terbukanya kesempatan bekerja di luar sektor pertanian menjadikan generasi muda mencari pendapatan yang dianggap lebih layak.
Lalu, siapa yang akan menghasilkan pangan jika tidak ada yang bersedia lagi bekerja di sawah dan ladang atau berkebun? padahal hampir semua bahan pangan berasal dari sektor pertanian.
“Kita mungkin harus memanfaatkan teknologi dan merangsang minat generasi muda agar tertarik pada pertanian, menumbuhkan kecintaan terhadap desa juga lah,” begitu kata Asep Abdurrahman, pensiunan pegawai Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya.
Bibit Manggis
Namun demikian, ternyata masih ada milenial yang tergerak untuk menekuni dunia tani, contohnya Sahabat NilaiKu Sukabumi, Ayi Ardi. Ia menekuni bisnis pembibitan manggis dengan sistem sambung pucuk atau tunas.
Ardi mengakui bahwa mengelola usaha bibit tanaman dibutuhkan waktu yang cukup lama,namun tidak mengurangi minat dan ketertarikannya di bidang pertanian. Hal ini merupakan salah satu potret adanya milenial yang masih peduli pertanian.
Dengan usaha pembibitan tanaman Ardi menganggap dirinya sedang berinvestasi jangka panjang. “Sambil nunggu tunasnya tumbuh, saya ada kesibukan di Bandung. Setelah nanti bibitnya jadi, saya tawarkan dulu ke teman-teman dekat yang minat bercocok tanam. Aplikasi NilaiKu-nya nanti saya gunakan untuk pemasaran,” terang Ayi Ardi, Warga Bungamelur, perbatasan Sukabumi-Cianjur Selatan.
“Manggis buat saya itu investasi, apalagi jika sudah musim berbuah, banyak manfaatnya lagi” sambung Ardi.
Di zaman teknologi digital Ardi memanfaatkan aplikasi sebagai sarana meluaskan jaringan dan mendapatkan alternative pemasaran, menurutnya bahwa setiap aplikasi pasti memberikan manfaat dan faedah yang menguntungkan penggunanya, tinggal bagaiman para pengguna memanfaatkan aplikasi itu sebaik mungkin, “Untuk saya sendiri yang penting informasinya sampai dulu ke masyarakat.” Pungkas dia.
Permintaan pangan akan terus naik seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, kemajuan ekonomi dan industri pengolahan makanan pun akan menyerap sangat banyak komoditas tani. Yuk! Menanam lebih banyak komoditas tani seperti petani NilaiKu. Salute untuk spirit bertaninya!
NilaiKu.id – Barangkali, belum terlalu banyak kisah petani inspiratif yang diketahui oleh khalayak banyak yang memiliki dedikasi luar biasa dalam dunia pertanian Indonesia. Mereka memiliki semangat bertani dengan motivasinya sendiri, memiliki misi dan pandangan jauh ke depan dalam memberikan sumbangsih di bidang pertanian, kususnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani.
Namanya Rida Warsa, petani NilaiKu yang merupakan warga Airbesar, Pasamanbarat, Sumatera Bara ini dalam kesehariannya begitu akrab dengan alam dan lingkungan hidup. Ia lahir dari keluarga petani Minang yang dengan sendirinya mewarisi bakat dan passion di usaha pertanian, ia memiliki keinginan besar dalam menjabarkan ilmu pertanian yang ia serap dari orang tuanya.
“Wah, kalau saya sejak lahir memang berasal dari keluarga petani,” kata dia kepada NilaiKu (14/11/20) ikhwal profesi yang ia tekuni. Tak heran laki-laki kelahiran Juli 1975 yang merupakan Alumni Institut Pertanian Bogor tersebut memiliki minat besar dalam mengupayakan kemajuan pertanian di daerahnya, salah satunya dengan mengenalkan teknik hidroponik dalam bercocok tanam kepada masyarakat.
“Alhamdulillah, mereka pun merespon dengan baik, masih dalam tahap pengenalan. Dan yang penting mereka tahu bagaimana caranya menjaga ketersediaan pangan di sekitar lingkungan mereka, walaupun dalam penjualan sayurannya belum terlalu besar. Yang pentinga ada pangan tersedia,” papar Rida.
Selain aktif sebagai petani dan tenaga honorer penyuluh pertanian, Rida memiliki setumpuk kegiatan seperti aktif di oraganisasi Palang Merah Indonesia Pasamanbarat, ia juga merupakan pegiat bagi masayarakat tanggap bencana. Seperti diketahui, Sumatera Barat merupakan wilayah Indonesia yang masuk ke dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) karena sering terjadi gempa.
Rida Warsa memanfaatkan media sosial sebagai etalase berbagai kegiatannya dalam rangka menebar informasi dan hal-hal positif bagi lingkungannya, termasuk menggunakan aplikasi NilaiKu untuk usaha pertanian yang ia tekuni.
“Kalau untuk Nilaiku, saya tuh merasa menemukan cara lah. Karena saya ini punya banyak (usaha), ada pakan ayam, ada hidroponik.Selama ini saya postingnya satu-satu kan? Nah, dengan NilaiKu saya bisa menyusun semua produk saya di situ, jadi saya merasa ada semacam etalase toko untuk usaha saya. Kedua, saya bisa nemuin yang sama-sama satu link-lah, seperti bu Mahani yak an? dan lainnya. Saya bisa menemukan orang-orang yang satu dunia dengan usaha saya,” terang Wakil Ketua Bidang Organisasi dan PSD PMI Kabupaten Pasaman Barat ini.
Jika spirit Rida warsa dalam menekuni dunia pertanian bisa menular kepada banyak generasi milenial, kita bisa mengikis kegalauan akan menyusutnya jumlah petani di Indonesia. Salam Sahabat NilaiKu!
Sobat Nilaiku, pernahkah Anda mendengar Sijarwo? Kependekan dari Pola tanam Sistem Jajar Legowo, sebuah istilah dalam pola tanam padi yang kini direkomendasikan oleh Dinas Pertanian.
Sijarwo memberikan keuntungan, antara lain; adanya ruang terbuka yang lebih lebar di antara dua kelompok barisan tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun tanaman padi. Kondisi tersebut akan meningkatkan fotosintesis yang berdampak baik pada produktivitas tanaman, petani-pun dapat mengembangkan sistem produksi padi-ikan atau kombinasi padi, ikan, dan bebek.
“Jajar legowo, sekarang inilah yang direferensikan oleh distan,” terang Warsito, Koordinator petani NilaiKu di Kabupaten Garut usai melakukan kegiatan Sekolah Lapang yang digagas IPDMP (Integrated Participatory Development & Management of Irrigation program) kepada NilaiKu (10/11/2020).
Dalam kegiatan sekolah lapang tersebut, tiap kelompok tani dari lima desa mengirimkan dua orang delegasinya, terdiri dari delegasi Desa Cintaasih, Cintakarya, Banjarsari, Mekarjaya dan Sirnasari, Kecamatan Samarang Bayongbong, Kabupaten Garut, pada Selasa (10/11).
“Untuk sekarang saya mengajarkan ke kelompok, kelompok nanti akan mengajarkan ke masing-masing anggota,” imbuh Warsito.
Sijarwo akan memudahkan petani dalam pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit, selain itu akan mempermudah dalam mengendalikan hama tikus dan peningkatan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir lahan pun berpeluang untuk meningkatkan produksi padi hingga 10-15%.
Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia terus berupaya mendorong terwujudnya Kedaulatan Pangan Nasional, hal tersebut menjadi komitmen yang kemudian diimplementasikan dalam meningkatkan produktivitas padi dan direalisasikan dalam pola tanam dengan sistem jajar legowo.
Tapi, dari manakah inovasi system pola tanam jajar legowo ini bermula?
“Yang saya tahu, awalnya orang Garut yaitu Poktan Sari Tani, kemudian diterapkan di Jawa, karena Jawa (Tengah) produksi padinya lebih baik ketimbang Jawa Barat, dan sekarang kembali ke Garut,” terang Warsito. Bagaimana dengan pola tanam padi di tempat Anda? Apakah masih memakai pola ubin atau lantai alias tagar?
Syarief Hidayat, petani NilaiKu yang cukup sohor dan dikenal aktif oleh warga Langensari, Sukaraja, Kabupaten Sukabumi sebagai pegiat tani di beberapa Poktan ini mengaku telah merasakan manfaat aplikasi NilaiKu. Ia berkeinginan besar agar masyarakat petani tahu betul faedahnya yang sudah ia rasakan.
“Alhamdulillah, sesudah menggunakan NilaiKu. Dalam komunikasi, bisnis, sedikit demi sedikit sudah mulai cerah. Walaupun masyarakat belum banyak yang tahu. Harusnya, sesama petani tahu bahwa ternyata manfaat nilaiKu itu besar. Alhamdulillah, Ternyata manfaatnya besar, kita bisa saling memberi tahu informasi. Dalam hal bisnispun sekarang kita ga akan kena kibul lagi dari para tengkulak tentang harga, di grup tani atau grup NilaiKu kami bisa saling Komunikasi.”
Bagaimana dengan Anda? Oh, ya! Sudah diupdate NilaiKu-nya? https://play.google.com/store/apps/details?id=com.microaid.nilaiku
Sobat NilaiKu, Jual beli sistem barter atau saling tukar barang tanpa dengan uang di zaman ini ternyata masih ada, ini hal yang langka! Namun menarik dan seru ya?
Begini kejadiannya, ibu Asrimin menawarkan produk kue Burasaq untuk ditukar dengan jeruk hasil panen ibu Hera di Garut saat ibu Hera mempromosikan jeruk Garut-nya melalui Kartu *NilaiKu* yang dibagikan ke semua grup WhatsApp.
“Bu asrimin pingin coba jeruk Garut tuker sama kue burasaq-nya” begitu tanggapannya, lalu terjadilah barter di era teknologi. Gayung bersambut, ibu Asrimin di Lombok Timur tertarik untuk melakukan barter.
Anda pun juga bisa melakukan hal yang sama seperti mereka. Promosikan produk Anda, dan bagikan ke grup WhatsApp dan lihat tanggapan teman-teman Anda.
Gotong royong membantu membeli dagangan teman itu indah!
Maman Sugiaman (60), warga Karangtengah Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi memiliki lahan beberapa petak di sekitar rumahnya, ia jadikan kolam dan beternak ikan nila, secara berkala dalam waktu tiga bulan sekali ia memanen hasilnya.
“Saya pasarkan hasil panen hanya di sekitar sini aja, laba yang saya dapat adalah tersedianya benih baru,” ungkapnya ikhwal usaha ternak ikan yang ia tekuni. Maman juga menanam sayuran di galengan kulahalias sekat tanah pinggir kolam. “Apa saja saya tanam di sini,” imbuhnya (5/10/2020).
Maman menebar Sangkal (benih ikan ukuran kecil) di kolamnya untuk dikembang-biakan hingga ikan-ikan membesar dan siap dikonsumsi. Setelah besar dan bertelur kemudian menetas baru dijual, rata-rata ada 4 ekor ikan dalam berat 1 kilogram.
“Dan keuntungannya, kita punya benih baru lagi, karena ikan yang sudah menetaskan telur yang dijual. Pasar Alhamdulillah masih ada terus,” jelasnya kepada NilaiKu. Maman terbilang jarang menjual ikannya ke pasar, dengan alasan kebutuhan di sekitar daerahnya pun masih belum terpenuhi, ia memanfaatkan ponsel sebagai media komunikasi dan alat untuk menunjang kelancaran usahanya dengan meng-install aplikasi NilaiKu.
“Saya tahu aplikasi NilaiKu dari Viana (salah satu tim NilaiKu – red), nggak, ga ketemu, maksudnya begini, kebetulan anak saya juga bekerja di Dinas Pertanian dan ia yang mengenalkan saya dengan aplikasi NilaiKu. Meskipun saya jarang mengotak-atik, tapi saya membukanya untuk nyari tahu ada yang jual apa di sana, barangkali saya membutuhkan,” terang Maman.
Kini, Maman bisa menjual ikannya dengan harga Rp 28 ribu/kg. “Tapi sekarang harganya sedang ada di kisaran 25 ribu Rupiah,” ia mengaku harga jual ikannya masih terbilang lumayan, karena jenis ikan lokal yang ia ternakan masih sangat banyak diminati.
“Ikannya tidak seperti dari tempat lain dengan sistem ternak jaring, konon katanya kurang enak dibanding ikan lokal.” kata Maman. Maman sudah menggunakan NilaiKu untuk mencari tahu apa yang dijual oleh teman-teman sesama petani. Bagaimana dengan Anda?
Link Modal Sosial: https://nilai.to/maman.sugiaman
Sahabat NilaiKu, video ini dari Pak Sukirno, Petani NilaiKu di Pasaman Barat yang sedang memberi perawatan terhadap tanamannya menggunakan Eco Farming. Kabarnya, pupuk organik Eco Farming mengusung konsep zero emition concept yang membantu para petani dalam menyelesaikan permasalahan pertanian.
“Betul bu, karena organik untuk menghidupkan tanah yang sudah lama mati kembali seperti semula. Dan unsur hara-nya naik lagi. Banyak cacing-nya tanah jadi gembur lagi. PH-nyapun bisa kembali normal…”
Zero emition concept artinya konsep pertanian yang dipegang teguh oleh para petani organik, seperti petani Jepang saat ini dikarenakan bahan ramah lingkungan. Jepang adalah salah satu negara yang berhasil dengan konsep ini.
Dalam mempertahankan kelestrian lingkungan petani di Indonesiapun telah lama memulai konsep ini dengan menggunakan pupuk-pupuk atau zat hara tanaman yang tidak merusak tanah dan lingkungan mereka. Bagaimana dengan Anda? apakah juga sudah mengutamakan pupuk yang ramah lingkungan? Yuk bagikan pengalaman Anda juga, disini.
“Hari Minggu kadang mager alias males gerak, ya udah! Gak perlu keluar rumah buat belanja atau jualan, cukup pakai handphone dan cari produk teman di NilaiKu. Kebutuhan kita terpenuhi, jualan teman laku terjual. Oh ya, Sobat NilaiKu sudah update terbaru aplikasi NilaiKu, kalau belum klik di sini“