Jangan Jual Produk yang Kamu Bisa Bikin, Tapi Jual Produk yang Orang Mau Beli

NilaiKu.id – Di dunia bisnis, terutama bisnis rumahan, banyak orang memulai usaha dari keterampilan pribadi. Tidak salah, mereka berpikir, “Aku bisa bikin ini, kenapa nggak dijual aja?” Tapi ada satu prinsip penting yang sering dilupakan dalam berbisnis yakni: “Jangan jual produk yang kamu bisa kita bikin, tapi jual produk yang orang mau beli.” Kenapa? Karena produk bagus meski dinginkan belum tentu dibutuhkan.

Bayangkan, bila kita jago bikin sabun cuci piring handmade wangi lavender, produk kita cantik alami dan jarang ada di pasaran. Karena hal tersebut tentu saja kita pasti bangga dengan produk kita. Tapi kalau pasar sekitar kita justru lebih mencari sabun cuci piring murah dan tahan lama, sabun buatan kita bisa saja tidak laku meski lebih bagus.

Dan ternta, bisnis bukan soal kemampuan semata, tapi soal kebutuhan pasar. Untuk itu, para ahli bisnis menyarankan untuk merubah pola pikir dengan menjadikan konsumen sebagai titik awal dari bisnis kita. Alih-alih memulai dari “aku bisa bikin apa,” kita harus memulaina dari pertanyaan berikut ini:

Mahani menjawab kebutuhan teman makan cepat dengan rasa pedas

Apa yang sedang dibutuhkan orang, masalah apa yang sering mereka hadapi, produk seperti apa yang sering dicari tapi sulit ditemukan?” Nah! dari sini, kita bisa menyesuaikan ide produkmu dengan permintaan nyata, sebab bisnis itu tentang solusi, bukan hanya ekspresi diri.

Contoh Produk Rumahan yang Menjawab Kebutuhan dengan produk alasan laku
Ayam ungkep frozen Orang sibuk, butuh makanan cepat saji tapi tetap enak dan sehat
Daster adem kekinian Ibu rumah tangga cari baju nyaman tapi tetap gaya
Kopi susu literan Anak muda suka kopi, tapi ingin hemat dan bisa disimpan
Sabun cuci piring organik Keluarga muda makin sadar bahan kimia dan pilih produk ramah lingkungan.

Amati sekeliling kita, apa yang cepat habis di warung? Apa yang sering dikeluhkan tetangga? Gunakan media sosial untuk menjaring polling singkat di WhatsApp atau Instagram. Lalu, uji pasar kecil dulu dengan coba menjual produk ke teman dekat, lalu kumpulkan feedback dan kembangkan.

Lusi,Sahabat NilaiKu Pasbar menjawab kebutuhan kesehatan

Atau misalnya dengan cara menggabungkan skill dan kebutuhan. Jika Anda punya keahlian baking atau membuat roti dan tinggal di area perumahan sibuk, cobalag membuat roti atau kue untuk sarapan yang bisa jadi pilihan.

Produk rumahan bukan hanya tentang apa yang bisa kita bikin. Tapi tentang apakah produk kita bisa menyelesaikan masalah orang lain dan memenuhi kebutuhan mereka, atau menjawab keinginan pasar. Mulailah dari pasar, lalu sesuaikan kemampuan. Di situlah potensi bisnis besar bisa tumbuh dari rumah. Kalau kita sedang berpikir memulai bisnis rumahan, ambillah waktu sejenak untuk mendengarkan pasar dulu baru mulai produksi. Atau bila sudah menjalankan bisnis yang ada, tak ada salahnya mengambil peluang lain yang lebih menjanjikan! Ambil peluang pasarmu pakai NilaiKu! Download sekarang.

Tiongkok Ciptakan Padi Abadi: Revolusi Pertanian Masa Depan telah Dimulai

NilaiKu.id – Tiongkok atau China telah berhasil mengembangkan varietas padi abadi yang disebut PR23, yang menjadi tonggak penting dalam revolusi pertanian masa depan. Varietas ini merupakan hasil penelitian selama lebih dari dua dekade oleh para ilmuwan di Universitas Yunnan, Kunming. PR23 merupakan hasil persilangan antara padi semusim Oryza sativa dengan varietas padi liar menahun dari Afrika.

Di tengah tantangan krisis pangan global dan perubahan iklim, Tiongkok membawa harapan baru lewat terobosan revolusioner di dunia pertanian: padi abadi. Varietas baru ini, dikenal sebagai PR23, bukan hanya menjanjikan panen berkelanjutan, tetapi juga membuka jalan bagi sistem pertanian yang lebih hemat, ramah lingkungan, dan tangguh terhadap krisis.

ilustrasi: Varietas padi unggulan

Inovasi dari Laboratorium ke Lahan

Padi PR23 adalah hasil dari lebih dari 20 tahun penelitian oleh tim ilmuwan dari Universitas Yunnan, Kunming. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara padi semusim (Oryza sativa) dengan padi liar menahun asal Afrika. Hasilnya? Sebuah tanaman yang hanya perlu ditanam sekali, namun bisa dipanen hingga delapan kali dalam empat tahun.

Keunggulan Padi PR23.

Panen Berulang Tanpa Tanam Ulang
PR23 mengubah cara bertani secara mendasar: petani tidak perlu menanam ulang setiap musim. Ini menghemat waktu, tenaga, dan sumber daya.

Produktivitas Tinggi. Dengan hasil sekitar 6,8 ton per hektar, PR23 menyamai produktivitas padi irigasi konvensional.

Hemat Biaya Produksi. Penggunaan padi abadi ini mampu mengurangi biaya tenaga kerja hingga 58% dan input pertanian hingga 49% dalam setiap siklus tumbuh kembali.

Rice “Inpari 23 Bantul” (A) and “Sigupai” (B)

Ramah Lingkungan.PR23 membantu memperbaiki kualitas tanah, mengurangi erosi, serta meningkatkan kadar karbon organik di dalam tanah, langkah signifikan menuju pertanian berkelanjutan.

Dampak Global yang Diharapkan. Lebih dari 44.000 petani di Tiongkok selatan telah mengadopsi PR23 di lahan seluas 15.000 hektar. Kini, varietas ini mulai diperkenalkan ke negara-negara di Asia Tenggara dan Afrika, sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan global.

Keberhasilan PR23 bukan sekadar inovasi teknis, tetapi juga simbol dari masa depan pertanian dunia; lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Dalam menghadapi populasi yang terus bertambah dan lahan pertanian yang terbatas, padi abadi bisa menjadi jawaban yang telah lama ditunggu-tunggu, dan masa depan teknologi pertanian padi dimulai dari sini yang tercipta dari inovasi bagi ketahanan pangan global.

Dari 40 Kilogram Gabah jadi 25 Kilogram Beras Apakah Bagus?

NilaiKu.id – Bagi para petani, produktivitas padi biasanya dihitung dari banyaknya gabah yang dipanen. Namun, seberapa banyak beras yang dihasilkan dari gabah itu juga sangat penting, dan ini dikenal dengan istilah rendemen. Ada sebuah pertanyaan dari salah seorang petani di grup komunitas. Diketahui hasil 40 kg gabah menjadi 25 kg beras berarti rendemen (hasil bersih dari penggilingan gabah ke beras) sekitar: 25 kg / 40 kg = 62,5%

“Apakah ini produktivitas yang bagus?” Jawabannya: Ya, cukup bagus. Karena panduan umum rendemen penggilingan pad adah sebagai berikuti:

  1. < 55% → Rendah (bisa karena mutu gabah buruk atau mesin giling tidak efisien).
  2. 55–60% → Sedang, standar nasional.
  3. 60% → Baik, terutama jika kualitas beras tinggi dan mesin penggilingan modern.
Menjelang Panen

Dengan rendemen 62,5%, berarti gabah yang digunakan cukup berkualitas (kadar air ideal, varietas unggul, minim kotoran) dan dikelola dengan teknik pascapanen dan penggilingan yang efisien. Namun, selain kuantitas, kualitas beras (utuh/tidak pecah, warna, aroma) juga penting. Kadang beras pecah bisa banyak kalau mesin kurang bagus meskipun rendemennya tinggi.

Rendemen adalah persentase hasil bersih yang diperoleh dari proses pengolahan bahan mentahm dalam konteks pertanian, biasanya digunakan untuk menghitung seberapa banyak beras yang dihasilkan dari gabah setelah digiling.

Dalam konteks padi:
Rendemen = (Berat beras yang dihasilkan ÷ Berat gabah kering giling) × 100%

Contoh:
Jika dari 40 kg gabah dihasilkan 25 kg beras:
Rendemen = (25 ÷ 40) × 100% = 62,5%

Sahabat NilaiKu Sukabumi

Jenis Rendemen:
Rendemen total – seluruh beras hasil penggilingan (beras utuh + beras pecah).
Rendemen kepala – hanya beras utuh tanpa yang pecah (biasanya bernilai ekonomi lebih tinggi). Semakin tinggi rendemen (terutama rendemen kepala), artinya gabah berkualitas baik, proses penggilingan efisien dan kerugian pascapanen rendah.

Saran: Rendemen tinggi belum tentu berarti kualitas berasnya bagus. Jadi selain fokus pada angka, kita juga harus jeli melihat mutu hasil akhirnya.Berikut beberapa saran praktis untuk meningkatkan rendemen sekaligus kualitas beras (utuh, putih bersih, wangi):

  1. Gunakan Gabah Kering Giling (GKG) dengan Kadar Air Ideal
    Kadar air optimal: 13–14%
    Gabah terlalu basah → banyak beras pecah saat digiling
    Gabah terlalu kering → keras, mudah hancur saat disosoh
  2. Pilih Varietas Padi dengan Rendemen Tinggi & Tahan Pecah
    Contoh: varietas Inpari 32, Ciherang, atau Inpari IR Nutri Zinc
    Beberapa varietas memang secara genetik lebih tahan pecah
  3. Gunakan Mesin Giling yang Modern & Terawat
    Mesin usang atau tidak dikalibrasi bisa merusak bulir beras.Idealnya pakai Rice Milling Unit (RMU) yang lengkap: pemisah sekam, pemoles, penyosoh dan hindari penggilingan yang memakai tekanan terlalu tinggi
  4. Sortasi dan Pembersihan Gabah Sebelum Giling. Buang kotoran, gabah hampa, kerikil. Gabah kotor bikin hasil beras kusam & mudah patah
  5. Jangan Langsung Giling Setelah Panen. Istirahatkan dulu selama 3–5 hari setelah pengeringan. Hal ini membantu stabilkan kelembaban dalam butir gabah → lebih stabil saat digiling

Dan jangan lupa untuk mengevaluasi hasil gilingan secara rutin dengan melakukan penilaian hasil beras, yakni berapa % beras utuh? Berapa % beras pecah & Perhatikan Warna & aroma. Semoga bermanfaat! Pakai Terus NilaiKu! Download di Playstore!

Sistem Jarwo pada Tanaman Padi Terbukti Menaikan Hasil

NiliaKu.id – Sistem tanam Jajar Legowo (Jarwo) merupakan metode inovatif dalam budidaya padi yang dikembangkan di Indomesia untuk meningkatkan hasil panen, efisiensi penggunaan lahan, dan keberlanjutan pertanian.

Sistem ini mengatur pola tanam dengan menyisakan barisan kosong di antara beberapa barisan tanaman, sehingga tanaman mendapatkan lebih banyak cahaya matahari dan sirkulasi udara yang baik. Ciri khas dari sistem ini adalah penggunaan bibit muda, penanaman satu hingga dua bibit per lubang, dan pengaturan jarak tanam yang teratur.

Istilah Legowo di ambil dari bahasa jawa, yaitu berasal dari kata ”lego” berarti luas dan ”dowo”  berarti memanjang.

Penerapan sistem Jarwo telah terbukti meningkatkan produktivitas padi hingga 20–30 persen dan menghemat penggunaan benih. “Populasi tanaman meningkat, menambah jumlah populasi tanaman padi 20%-30% dan mempermudah pemeliharaan. Selain itu bisa menghemat pupuk dan air,” ungkap Warsito Sejati dalam percakapan di WhatsApp Grup Sahabat NilaiKu, salah satu petani di Kabupaten Garut yang juga menerapkan cara bertanam padi dengan sistem Jarwo.

Beberapa daerah di Indonesia yang telah sukses menerapkan sistem ini antara lain Banyumas di Jawa Tengah, Bireuen di Aceh, Tana Tidung di Kalimantan Utara, Ngawi di Jawa Timur, serta Sleman di Yogyakarta. Penerapan ini sering didukung oleh penyuluhan, pelatihan, dan bantuan dari dinas pertanian.

Jarwo siap panen

Meskipun memiliki banyak keunggulan, penerapan Jarwo masih menghadapi kendala seperti keterbatasan akses informasi dan kebiasaan tanam tradisional yang sulit diubah. Namun, dengan edukasi yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, sistem Jarwo dapat menjadi solusi efektif dalam meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani Indonesia.

Namun demikian sistem tanam Jajar Legowo (Jarwo) terbukti mampu meningkatkan hasil panen padi, menghemat biaya produksi, dan menciptakan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan, salah satunya di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Kelompok Tani “Ngudi Lancar” di Desa Singasari telah menerapkan Jarwo dengan hasil yang menjanjikan. Setelah penyuluhan, terjadi peningkatan pengetahuan petani sebesar 11,3% dan sikap positif terhadap inovasi pertanian meningkat 14%.


Kenalan dengan Champion Cabai Nasional di Indonesia

NilaiKu.id- Obrolan pagi ini di Grup WhatsApp Sahabat NilaiKu adalah tentang Cabai dan Champion Cabai Nasional di Indonesia. Champion Cabai Nasional merupakan program inisiatif dari Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan cabai di pasar domestik.​

Petani yang tergabung dalam program ini dikenal sebagai “petani champion” adalah petani penggerak yang menjadi mitra pemerintah dalam mendukung stabilisasi pasokan dan harga cabai. Mereka juga bertugas untuk menggerakkan petani lain di wilayahnya, mengatur pola tanam, dan menjaga ketersediaan stok cabai di daerah yang tengah mengalami defisit produksi

Green House Milik Chanpion Cabe Nasional.

Sebagai contoh, pada periode 22 Juli hingga 16 Agustus 2024, pemerintah bersama petani champion melaksanakan aksi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Cabai. Dalam aksi ini, petani champion memasok sekitar 200 kg cabai rawit merah dan 200 kg cabai merah keriting per hari untuk dijual dengan harga yang lebih rendah Rp 5.000/kg dari harga di Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) Jakarta.

Wilayah-wilayah sentra produksi petani champion cabai tersebar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Magelang, Sleman, Temanggung, Banjarnegara, Cianjur, Sumedang, Bandung, Lombok Timur, Garut, Kebumen, Semarang, Kulonprogo, Sukabumi, Malang, Enrekang, Solok, Banyuwangi, dan Solok. Dengan adanya program ini, diharapkan stabilitas pasokan dan harga cabai dapat terkendali dan membantu menekan inflasi pangan di Indonesia.​

​Di Lombok Timur, program Champion Cabai sukses menstabilkan harga cabai dan memastikan ketersediaan pasokan pangan. Petani seperti Haji Subhan dari Kelompok Tani UD. Ganang Putra memainkan peran penting dalam program ini. Mereka tidak hanya memproduksi cabai, tetapi juga mengatur pola tanam dan distribusi untuk menjaga kestabilan harga di pasar. Haji Subhan bahkan menerima penghargaan dari Kementerian Pertanian atas dedikasinya dalam sektor pertanian.

“Assalamualaikum, selamat pagi. Ijin di sini dulu,” kata Mahani, produsen Abon cabe Tetutetu di Lendangnangka. Ia membagikan sebuah foto dirinya tengah berkunjung ke lokasi Green House tanaman cabe milik Haji Subhan. “Areanya sangat luas!,” ungkap dia.

Selain itu, Pondok Pesantren Thohir Yasin di Lendang Nangke juga terlibat dalam pengembangan komoditas cabai melalui program INFRATANI yang dibina oleh Bank Indonesia NTB. Mereka menggunakan metode pertanian ramah lingkungan seperti pemanfaatan limbah organik untuk meningkatkan hasil panen cabai.

Pemerintah Kabupaten Lombok Timur secara aktif mendukung program ini dengan menggelar operasi pasar murah bersama Champion Cabai untuk menurunkan harga cabai yang sempat melonjak hingga Rp100.000 per kilogram pada awal 2025. Melalui operasi pasar, harga cabai dapat ditekan menjadi sekitar Rp56.000 per kilogram, memberikan dampak positif bagi masyarakat.

“Harga cabai di London ingris £9 per kilo = IDR 22.000 x 9 = IDR 198.000/ kg. Jauh berbeda karena transportasi jauh dan mahal. Lebih baik di pengolahan ke Abon Cabe Ebi Kentang dulu seperti Tetu Tetu. Di bungkus dan kirim langsung dipaket pos ke keluarga ingris. Nilaiku ada fasilitas dua bahasa sehingga langsung bisa Promo online di inggris!,” Kata Richard Beresford, founder MicroAid yang ikut terlibat obrolan di WhatsApp Grup Sahabat NilaiKu, Kemudian ia pun tak luput membagikan info bagaimana caranya mengekspor hasil tani ke luar negeri. Anda ingin ikuti obrolan bermanfaat lainnya? Klik untuk gabung di WAG Sahabat NilaiKu! Dan unduh NilaiKu, sekarang!

Unduh NilaiKu! Jangan Penasaran

Ketika Jadi Petani di Jepang Lebih Menguntungkan Dibanding di Negeri Sendiri

NilaiKu.id- Lina Rokayah, seorang perempuan petani asal Jawa Barat, kini tinggal di Jepang dan tetap menjalani profesinya sebagai petani setelah lebih dari 20 tahun. Lewat unggahan reels di Facebook, ia membagikan pengalamannya menjalani hidup di negeri asing yang justru lebih memihak petani dibanding tanah kelahirannya sendiri. Cerita Teh Lina bukan hanya kisah personal, tapi juga potret kontras antara dua negara dalam memperlakukan mereka yang memberi makan rakyat: para petani.

“Ini yang dirasakan Teh Lina bertani di Jepang selama 20 tahun lebih, sistem dan dukungan dari pemerintah yang membuat pertanian di Jepang lebih maju. Ada insentif dan subsidi dari pemerintah, kalau kita mau beli alat-lat yang mahal-mahal seperti traktor, kita bisa dapatkan pinjaman lunak, meski tak gratis, tapi beban petani itu berkurang dengan itu,” kata Teh Lina dalam unggahan video yang ia bagikan.

ilustrasi: Kompas.com

Di Jepang, menjadi petani adalah profesi yang terhormat. Pemerintah hadir nyata lewat kebijakan yang melindungi dan memberdayakan. Harga hasil panen stabil, koperasi bekerja profesional, teknologi pertanian membantu efisiensi kerja, dan status sosial petani dihargai. Bahkan generasi muda Jepang tidak segan meneruskan profesi ini karena jelas ada masa depan.

“Penyediaan pupuk yang lancar distribusinya, dan di Jepang harga-harga hasil pertanian itu stabil bahkan cenderung menaik karena adanya sistem koperasi yang pro petani, artinya melindungi kesejahteraan petani,” ungkap Lina.

Berbeda jauh dengan Indonesia. Di negeri yang katanya agraris ini, petani masih bertarung sendiri. Harga hasil tani fluktuatif, koperasi lemah, teknologi tak merata, dan kebijakan kerap tidak berpihak. Banyak petani justru hidup dalam lingkaran kemiskinan, tak sedikit yang berharap anak-anak mereka tidak meneruskan profesi ini karena dianggap tidak menjanjikan.

Perbedaan yang sangat mencolok, bukan karena petani Indonesia kurang cerdas atau kurang kerja keras, tetapi karena sistem dan ekosistem pertanian yang belum memberi tempat dan perlindungan layak bagi para petani kita.

Petani di Indonesia

“Sebetulnya, Indonesia memiliki tanah subur, iklim yang bersahabat, dan petani yang gigih. Yang belum dimiliki adalah keberpihakan yang nyata dalam bentuk kebijakan dan sistem yang berpihak kepada mereka, lihat saja fakta di lapangan banyak yang kesulitan dapat pupuk, harga jual yang anjlok bikin petani buang-buang dan hancurkan hasil taninya karena ongkos tak sepadan,” kata seorang Sahabat NilaiKu di Tasikmalaya yang enggan disebut namanya.

Kisah Teh Lina seharusnya bisa terjadi di negeri sendiri, bukan hanya di luar negeri. Ia menjadi pengingat bahwa keadilan sosial dan kesejahteraan bukan hanya untuk mereka yang bersuara di kota, tapi juga untuk mereka yang setiap hari menanam harapan di ladang dan sawah.

Aung San Suu Kyi, pejuang demokrasi asal Myanmar, mengatakan bahwa “The only real prison is fear, and the only real freedom is freedom from fear.” Kebebasan sejati bagi petani bukan hanya lepas dari rasa takut gagal panen, tapi juga lepas dari ketidakpastian harga, akses, dan perlindungan. Semoga Indonesia segera bangun dari tidur panjangnya, dan menyadari bahwa kedaulatan pangan tidak akan pernah tercapai tanpa memuliakan mereka yang menanamnya.

Kalau disandingkan, sistem pertanian Jepang dan Indonesia memang jomplang. Bukan karena petani Indonesia kurang cerdas atau malas, tapi karena sistem dan ekosistemnya belum berpihak pada mereka. Jepang berhasil menciptakan sistem yang menempatkan petani sebagai bagian penting dari ketahanan nasional. Sementara di Indonesia, petani masih menjadi korban sistem yang timpang, mulai dari pupuk yang mahal, harga yang tidak stabil, hingga akses pasar yang dikuasai tengkulak.

Beda Hampers & Parcel yang Membingungkan, Begini Penjelasannya!

NilaiKu.id- Perbedaan antara hampers dan parcel memang sering kali membingungkan banyak orang, terutama karena keduanya digunakan untuk tujuan yang serupa yakni memberikan bingkisan atau hadiah pada perayaan tertentu. Namun, ada beberapa perbedaan mendasar yang membedakan kedua istilah tersebut.

Ukuran dan Isi
Hampers: Cenderung lebih besar, berisi berbagai barang yang lebih banyak dan beragam dalam satu wadah. Hampers bisa mencakup berbagai jenis produk, seperti makanan, minuman, atau barang-barang premium lainnya, dan biasanya dikemas dalam keranjang anyaman atau wadah besar.
Parcel: Biasanya lebih kecil, seringkali berisi satu atau dua jenis barang yang lebih sederhana. Parcel sering kali dikemas dengan bahan penutup seperti kertas, plastik, atau kain, dan ukurannya lebih kecil dibandingkan hampers.

Kemasan
Hampers: Menggunakan kemasan yang lebih terbuka, seperti keranjang anyaman atau kotak besar, dengan plastik bening atau bahan lain yang memperlihatkan isi bingkisan. Tujuan kemasan ini adalah untuk memperlihatkan berbagai barang yang ada di dalamnya dan membuat tampilan hampers lebih menarik.
Parcel: Umumnya dibungkus lebih rapat, dengan tujuan agar tampilan yang rapi dan cantik lebih diutamakan. Parcel seringkali dibungkus dengan kertas atau kain yang rapat, sehingga tidak memperlihatkan isinya secara langsung.

Sejarah
Hampers: Berasal dari kata “hanapier” dalam bahasa Perancis yang berarti keranjang anyaman. Pada awalnya, hampers digunakan untuk membawa bekal makanan dan minuman selama perjalanan panjang atau berburu. Seiring waktu, pengertian hampers berkembang, terutama di Inggris, menjadi bingkisan yang dikirimkan tidak hanya untuk sumbangan, tetapi juga sebagai hadiah dan simbol perayaan.
Parcel: Berasal dari kata “parcelle” dalam bahasa Perancis lama, yang berarti bagian kecil atau potongan. Dalam sejarah, parcel lebih sering dikaitkan dengan pengiriman barang dalam bentuk paket yang lebih kecil dan sederhana, bukan hanya bingkisan hadiah.

Fungsi dan Tujuan
Hampers: Awalnya digunakan untuk mengirimkan makanan atau barang-barang yang dapat disimpan selama perjalanan panjang, dan seiring waktu, hampers berubah menjadi bingkisan hadiah untuk acara tertentu. Kini hampers digunakan untuk merayakan berbagai perayaan, terutama di negara-negara barat dan juga di Indonesia pada perayaan besar seperti Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru.
Parcel: Biasanya lebih sering digunakan untuk mengirimkan barang atau hadiah dalam bentuk paket yang lebih kecil, dan meskipun terkadang digunakan dalam perayaan seperti Idul Fitri, sifat parcel lebih umum dan lebih sering digunakan dalam pengiriman barang sehari-hari.

Tren dan Perkembangan
Hampers, terutama dikenal di kalangan kalangan menengah ke atas dan menjadi populer sebagai bagian dari gaya hidup modern. Hampers sering kali dianggap lebih mewah atau berkelas karena isi dan kemasannya yang lebih variatif dan elegan. Sementara Parcel, lebih dikenal sebagai bingkisan sederhana yang seringkali berisi makanan atau barang sehari-hari yang lebih mudah didapatkan dan lebih sederhana dari segi kemasan.

Meskipun hampers dan parcel keduanya digunakan untuk memberi hadiah atau bingkisan, mereka berbeda dalam ukuran, kemasan, dan sejarah asal usulnya. Hampers lebih besar, lebih mewah, dan lebih kompleks dalam isi dan kemasan, sementara parcel lebih kecil dan sederhana. Namun, seiring waktu, keduanya telah menjadi bagian penting dari tradisi pemberian hadiah di Indonesia, terutama saat perayaan hari-hari besar seperti Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru.

Beda Hampers dan Parcel, Seringkali Membingungkan!

NilaiKu.id – Ada sebuah tradisi pada perayaan hari-hari besar, seperti Idul Fitri, orang mulai memberikan bingkisan berupa hampers maupun parcel pada orang-orang terdekat. Namun, selama ini seringkali orang mengira bahwa hampers dan parcel merupakan hal yang sama. Dan, kini istilah hampers terasa lebih hypes dibandingkan parcel.

Bicara tentang sejarahnya, parcel dan hampers di Indonesia berakar pada tradisi memberi hadiah, yang konon katanya telah ada sejak zaman kolonial, meskipun penggunaan kedua istilah ini mungkin baru populer dalam beberapa dekade terakhir. Pada awalnya, parcel di Indonesia sering kali merujuk pada bingkisan atau hadiah yang berisi berbagai barang, seperti makanan, minuman, atau barang-barang kebutuhan lainnya. Biasanya, parcel diberikan pada saat perayaan tertentu seperti Idul Fitri, Natal, Tahun Baru, atau acara penting lainnya.

Menurut beberapa sumber, pada masa kolonial, masyarakat kelas atas di Indonesia, terutama yang memiliki hubungan dengan penguasa atau bangsa kolonial, cenderung memberikan parcel sebagai simbol penghormatan dan hubungan sosial. Setelah Indonesia merdeka, tradisi pemberian parcel mulai berkembang lebih luas, dengan semakin banyak orang memberikan parcel kepada keluarga, teman, atau kolega mereka, terutama pada saat-saat perayaan besar.

Hampers adalah istilah yang lebih modern dan sering digunakan untuk menggambarkan bingkisan yang terdiri dari berbagai produk, mulai dari makanan, minuman, hingga barang-barang premium lainnya yang dikemas dalam keranjang atau kotak elegan. Hampers mulai populer di Indonesia sekitar tahun 1990-an dan 2000-an, seiring dengan perubahan gaya hidup dan kemajuan dalam industri gift packaging. Hampers menjadi pilihan bagi banyak orang yang ingin memberikan hadiah yang lebih mewah atau berkelas, terutama pada hari raya seperti Lebaran atau Natal. Hampers biasanya lebih mahal dan lebih terperinci daripada parcel tradisional, dengan pilihan produk yang lebih bervariasi dan kemasan yang lebih menarik.

Pada intinya, baik parcel maupun hampers di Indonesia berasal dari tradisi memberikan hadiah sebagai bentuk penghormatan atau tanda kasih sayang, tetapi seiring waktu, kedua istilah ini mengalami evolusi yang mencerminkan perkembangan sosial dan budaya di Indonesia. Pemberian hampers, khususnya, menjadi lebih lazim di kalangan kalangan menengah ke atas dan menjadi bagian dari gaya hidup modern yang lebih memprioritaskan estetika dan kualitas dalam pemberian hadiah.

(Bersambung:Beda Hampers & Parcel yang Membingungkan, Begini Penjelasannya!)

Efisienkan Distribusi agar Harga Tetap Terjangkau dan Menguntungkan!

NilaiKu.id- Dengan sistem distribusi yang efisien, harga sebuah produk bisa tetap terjangkau di pasaran, bahkan bisa menekan ongkos kirim berkali lipat. Misalnya produk Abon Cabe Tetu-Tetu buatan Pulau Lombok tetap terjangkau bagi konsumen di Pulau Jawa dengan harga yang tak jauh berbeda, meskipun biaya pengiriman tetap ada.

Semakin banyak produk yang Anda beli, semakin besar kemungkinan Anda mendapat harga lebih murah per unit. Hal ini penting untuk meningkatkan margin keuntungan Anda.

“Yang banyak peminatnya adalah Abon Cabe Ebi Kentang, di tempat saya,” kata siti Juliah, salah satu distributor yang berdomisili di Kabupaten Bogor. Ia mengatakan bahwa menjadi reseller dengan harga murah adalah salah satu cara untuk memulai bisnis dengan modal yang relatif rendah.

“Jika memungkinkan, coba jalin hubungan langsung dengan produsen atau pabrik untuk mendapatkan harga yang lebih rendah tanpa perantara.” kata dia. Dan distribusi abon cabe Tetu-tetu pun dilakukan pula di Kota Depok dan Aceh Besar.

NilaiKu, mencoba model bisnis ini menjadi semacam perantara dan distributor, dengan membeli produk Abon Cabe dalam jumlah tertentu untuk menekan harga, terutama di bagian onkir sehingga distributor tetap mendapatkan keuntungan dari margin penjualan produk. KWT Tetu-Tetu, sebagai produsen, tetap dapat menghasilkan keuntungan meskipun mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pengembangan jaringan distribusi.

Sementara itu, reseller yang bergabung dengan NilaiKu juga bisa mendapatkan komisi dari setiap transaksi yang mereka lakukan. Model bisnis seperti ini nampaknya berdasarkan pengalaman tersebut di atas akan efektif untuk membantu banyak pihak.

KWT Tetu-Tetu mendapat peluang untuk berkembang, NilaiKu memperluas jangkauan produknya, dan reseller atau distributor lainnya mendapatkan peluang usaha tanpa harus memiliki produk fisik atau modal yang besar.

Kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang ada. Bagi keluarga Indonesia yang tidak memiliki produk sendiri, model bisnis seperti ini dapat menjadi contoh nyata untuk menjadi reseller atau distributor.

Kuncinya adalah memanfaatkan teknologi digital, memilih produk yang tepat, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan antara produsen, distributor, dan konsumen.

Dengan semangat yang sama, kita semua bisa mengembangkan usaha dan memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal. Jika Anda tidak punya produk, jangan khawatir. Menjadi reseller atau distributor dengan menggunakan platform digital bisa jadi solusi yang luar biasa.

Sebuah contoh, kolaborasi NilaiKu dan KWT Tetu-Tetu bukan hanya tentang bisnis, tetapi tentang memberikan peluang bagi setiap orang untuk berkembang bersama.

8 Alasan Bisnis di Bulan Ramadan merupakan Pilihan yang Cerdas

NilaiKu.id – Produk Abon Cabe Tetu-tetu kini lebih dekat ke Jabodetabek, padahal produksinya dilakukan oleh KWT Tetu-Tetu di Masbagik, Lombok Timur, Nusatenggara Barat. Hal tersebut bisa terealisasi berkat dukungan NilaiKu MicroAid dengan menjalankan model bisnis saling membantu memasarkan produk para pengguna aplikasi NilaiKu menjelang Ramadan ini. Kali ini, produk pengguna NilaiKu di Lombok Timur tersedia di pengguna NilaiKu Depok dan Bogor.

Dan berbicara tentang bisnis Ramadan, tentu saja semua orang tahu jika Ramadan adalah bulan penuh berkah, tak jarang momen ini menjadi saat bisnis yang tepat bagi pelaku usaha untuk menaikan penjualan. Ada beberapa alasan mengapa bulan Ramadan bisa menjadi waktu yang sangat tepat untuk memulai atau mengembangkan bisnis. Berikut beberapa alasan mengapa bisnis di bulan Ramadan bisa menjadi pilihan yang cerdas bagi Anda Keluarga Indonesia:

Permintaan yang Meningkat
Selama Ramadan banyak kebutuhan khusus yang muncul, seperti takjil untuk buka puasa, makanan sahur, pakaian baru untuk Lebaran, hingga hampers dan lain-lain menciptakan peluang besar bagi para pelaku usaha untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat. Tingkat konsumsi masyarakat pun cenderung lebih banyak selama Ramadan, baik untuk kebutuhan sehari-hari, makanan istimewa, maupun barang-barang untuk merayakan Lebaran.

Kesempatan Berbagi dan Beramal
Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, dan banyak orang yang lebih suka berbelanja dengan niat untuk berbagi. Bisnis yang menawarkan produk untuk berbagi, seperti paket sembako atau hampers untuk disalurkan kepada keluarga atau orang yang membutuhkan, bisa menarik perhatian banyak orang yang ingin berbagi kebaikan. Selain itu, banyak bisnis yang berkolaborasi dengan organisasi amal atau mengadakan program donasi/charity, sehingga pelanggan bisa merasa lebih puas karena mereka juga berkontribusi pada kegiatan sosial dan bisa menebar kepedulian dan kebaikan.

Atmosfer Ramadan yang Menggugah
Ramadan menciptakan suasana yang lebih positif dan saling menghormati. Orang-orang lebih sering berkumpul bersama keluarga dan teman, yang bisa mendorong mereka untuk membeli makanan, hampers, atau pakaian baru untuk Lebaran. Bulan Ramadan juga merupakan waktu yang sangat spesial bagi umat Muslim, sehingga banyak orang lebih cenderung membeli sesuatu yang lebih bermakna, seperti hadiah untuk orang terkasih atau perlengkapan ibadah.

Potensi untuk Meningkatkan Penjualan
Ramadan adalah waktu yang sempurna untuk menawarkan promo-promo menarik seperti diskon atau paket bundling. Hal ini dapat menarik pembeli yang lebih sensitif terhadap harga, dan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak. Di bulan Ramadan, banyak orang membeli lebih banyak untuk persiapan Lebaran, baik itu pakaian baru, makanan, atau dekorasi rumah. Peluang ini bisa dimanfaatkan dengan menawarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Peluang untuk Memperkenalkan Produk Baru
Jika Anda memiliki produk baru, bulan Ramadan adalah waktu yang baik untuk memperkenalkan produk tersebut. Misalnya, Anda bisa meluncurkan menu berbuka puasa yang unik, atau koleksi pakaian dengan desain Ramadan. Bisnis yang bisa berinovasi dengan menawarkan sesuatu yang baru dan spesial selama Ramadan, akan lebih mudah menarik perhatian konsumen yang membantu bisnis Anda berkembang dan dikenal luas.

Kebiasaan Orang untuk Mencari Kenyamanan
Banyak orang yang mencari kemudahan selama Ramadan, terutama dalam hal makanan dan pengiriman. Misalnya, banyak yang memilih untuk membeli makanan siap saji atau takjil daripada memasak sendiri. Bisnis yang bisa menawarkan kenyamanan ini akan memiliki pasar yang luas. Dengan tren yang semakin meningkat, banyak orang yang memilih untuk memanfaatkan layanan antar makanan atau barang untuk menghindari keluar rumah. Ini menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.

Meningkatkan Kesadaran Brand
Banyak peluang untuk menjalankan kampanye promosi khusus selama Ramadan, seperti memberikan diskon untuk pelanggan setia atau mengadakan giveaway. Hal ini dapat membantu meningkatkan kesadaran dan daya tarik bagi brand Anda. Selama Ramadan pun banyak orang aktif di media sosial untuk berbagi pengalaman dan inspirasi. Bisnis yang memiliki kampanye yang menarik bisa memanfaatkan momen ini untuk memperkenalkan produk lebih luas.

Kehangatan Komunitas dan Loyalitas Pelanggan
Ramadan adalah waktu yang baik untuk mempererat hubungan dengan pelanggan dan komunitas. Pelanggan merasa lebih terhubung dengan bisnis yang peduli pada nilai-nilai Ramadan dan memberi mereka pelayanan yang lebih personal.

Jika bisnis Anda memberikan layanan yang baik selama Ramadan, pelanggan akan lebih mungkin kembali berbelanja di masa depan, bahkan setelah bulan Ramadan berakhir. Dengan banyaknya peluang yang ada ini, bulan Ramadan tidak hanya bisa menjadi waktu yang tepat untuk mencari keuntungan, tetapi juga untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan pelanggan serta memberikan nilai tambah yang lebih besar pada produk atau layanan yang kamu tawarkan. Bagaimana menurut Anda Keluarga Indonesia? Apakah Ramadan memang memberikan banyak peluang untuk bisnis bagi produk rumahan Anda? Ayo berbisnis dan pakai NilaiKu sebagai alat promosi Anda di berbagai platform sosial media.