Wahyudi Untung 5 Juta Rupiah dari Melon Korea.

Wahyudi Untung 5 Juta Rupiah dari Melon Korea.

NilaiKu.id – Wahyudi mengunggah beberapa photo buah melon, sangat menarik perhatian, warna kuning cerah  dan menggoda, air liur pun jadi menetes.

Postingannya di WAG Sahabat NilaiKu Lombok ini mendapat cukup banyak respon, kata dia sebentar lagi akan panen.

“Itu melon baru sekitar lima hari lagi bisa dipanen setelah tester brix,” jelas Wahyudi yang berprofesi sebagai petani dan penyalur bibit tanaman di sekitar Lombok, Nusa Tenggara.

Menurut pengguna aplikasi NilaiKu ini Brix tester adalah alat pengukur tingkat kadar gula dan kemanisan dalam buah atau sebuah produk minuman. Alat tersebut banyak digunakan di bidang pertanian dan perkebunan, khususnya pada budidaya tanaman buah buahan dan industri gula tebu.

Dengan alat pengukur tingkat kemanisan ini, petani bisa mengetahui kematangan buah-buahan dengan cara mengetahui persentase tingkat kemanisan dalam buah yang akan segera dipanen, termasuk buah melon para petani Lombok.

Buah melon, selain juicey-nya bisa menghilangkan haus karena mengandung banyak air dan rasa manis yang menyegarkan, aroma khas dari buah melon sangat menggoda, segar! Terlebih dikonsumsi saat siang hari pada saat cuaca panas sedang terik-teriknya.

Setelah melon matang bisa dikonsumsi begitu saja atau dijadikan bahan campuran sop buah, es teler dan cocktail atau dijadikan produk turunan seperti sirup dan permen.

Budidaya Melon di Indonesia

Di Indonesia melon tumbuh dengan baik terutama di daerah beriklim panas, tak salah jika petani Lombok membudidayakannya karena secara iklim sangat cocok di beberapa daerah tersebut.

Jenis melon yang paling banyak dijual di pasaran Indonesia adalah musk melon yang harganya berkisar antara Rp10 hingga Rp15 ribu.

“Betul, melon ini cocok ditanam di daerah panas. Tapi, tetap harus ada air yang mencukupi, sekarang di tempat kami hujan masih belum merata, musim keringnya masih sering. Yang sekarang banyak ditanam diantaranya jenis Golden Melon,” terang Mohamad Wahyudi, Sahabat NilaiKu Lombok kepada NilaiKu.id.

Menurut Wahyudi yang sehari-harinya aktif melakukan pendampingan secara swadaya tentang budidaya tanaman kepada para petani, masyarakat Indonesia mengenal beragam jenis  melon seperti rock melon, Korean melon dan Golden Langkawi, melon jenis terakhir termasuk yang mudah ditanam dan cepat berbuah, bentuknya lonjong dengan warna kulit kuning seperti namanya golden.

Golden Langkawi memiliki keunggulan dengan tekstur rasa yang renyah, tak mudah busuk sehingga tahan lama dan menguntungkan.“Sayangngya, sekarang harga sedang kurang bagus, kadang sampai 3000rupiah saja perkilo,” terang pria yang tinggal di Karang Baru Desa Rempung Kecamatan Pringgasela, kabupaten Lombok Timur, provinsi Nusa Tenggara Barat.

Meski tak sampai behektar-hektar lahan yang ditanami melon oleh seorang petani Lombok seperti Wahyudi dan rekan-rekannya dengan waktu tanam hingga 65 hari, pada saat panen melon Lombok termasuk paling banyak diminati oleh masyarakat lokal dan luar daerah, pengepul besar banyak mencari melon ke Lombok.

“Banyak yang dijual ke Pulau jawa kalau partainya, besar. Masyarakat lokal pun cukup berminat. Saya juga jual eceran dengan Aplikasi NilaiKu, saya juga jual benih unggulan di NilaiKu,” ungkapnya.

Beberapa produk yang dijualnya melalui aplikasi NilaiKu antara lain; Benih tomat, cabai keriting, bibit kangkung dan beberapa jenis sayuran seperti pak choy atau bokcoy dan juga beberapa jenis melon seperti Melon Rock atau melon berjaring, melon madu New Alya.

Wahyudi mengatakan bahwa melalui share KBD di medsos ia mendapatkan pembeli dan tak jarang adalah warga sekitar daerahnya, beberapa diantaranya dari instansi dan dinas pertanian setempat.

“Komentar pembeli, bagus-bagus saja. Nggak pernah ada yang komplain, bahkan mereka bilang buahnya enak, manis!” jelas pria kelahiran Juli 1980 yang telah dikaruniai tiga anak ini.

Dalam kondisi normal sebelum masa pandemi, ia mengatakan pendapatan bersih usaha taninya hampir sama dengan total biaya pengeluaran.

“Jadi kalau kalau dalam penanaman 1200 pohon biaya maksimal Rp 4.800.000, sedangkan penjualan minimal Rp 9.600.000,- sehingga keuntungan bersih Rp 4.800.000 selama 2 bulan sehingga/bulannya pendapatan petani Rp 2.400.000,-“ Pungkasnya.

Hubungi Wahyudi di Link Modal sosial: modalsosial.wahyudi

Sijarwo Mendorong Produktivitas Padi Petani NilaiKu Kabupaten Garut

Sobat Nilaiku, pernahkah Anda mendengar Sijarwo? Kependekan dari Pola tanam Sistem Jajar Legowo, sebuah istilah dalam pola tanam padi yang kini direkomendasikan oleh Dinas Pertanian.

Sijarwo memberikan keuntungan, antara lain; adanya ruang terbuka yang lebih lebar di antara dua kelompok barisan tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun tanaman padi. Kondisi tersebut akan meningkatkan fotosintesis  yang berdampak baik pada produktivitas tanaman, petani-pun dapat mengembangkan sistem produksi padi-ikan atau kombinasi padi, ikan, dan bebek.

“Jajar legowo, sekarang inilah yang direferensikan oleh distan,” terang Warsito, Koordinator petani NilaiKu di Kabupaten Garut usai melakukan kegiatan Sekolah Lapang yang digagas IPDMP (Integrated Participatory Development & Management of Irrigation program) kepada NilaiKu (10/11/2020).

Dalam kegiatan sekolah lapang tersebut, tiap  kelompok tani dari lima desa mengirimkan dua orang delegasinya, terdiri dari delegasi Desa Cintaasih, Cintakarya, Banjarsari, Mekarjaya dan Sirnasari, Kecamatan Samarang Bayongbong, Kabupaten Garut, pada Selasa (10/11).

 “Untuk sekarang saya mengajarkan ke kelompok, kelompok nanti akan mengajarkan ke masing-masing anggota,” imbuh Warsito.

Sijarwo  akan memudahkan petani dalam pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit, selain itu akan mempermudah dalam mengendalikan hama tikus dan peningkatan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir lahan pun berpeluang untuk  meningkatkan produksi padi hingga 10-15%.

 “Alat mudah, pupuk irit, mengurangi hama tanaman,” tegas Warsito.

Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia terus berupaya mendorong terwujudnya Kedaulatan Pangan Nasional, hal tersebut menjadi komitmen yang kemudian diimplementasikan dalam meningkatkan produktivitas padi dan direalisasikan dalam pola tanam dengan sistem jajar legowo.

Tapi, dari manakah inovasi system pola tanam jajar legowo ini bermula?

“Yang saya tahu, awalnya orang Garut yaitu Poktan Sari Tani, kemudian diterapkan di Jawa, karena Jawa (Tengah) produksi padinya lebih baik ketimbang Jawa Barat, dan sekarang kembali ke Garut,” terang Warsito. Bagaimana dengan pola tanam padi di tempat Anda? Apakah masih memakai pola ubin atau lantai alias tagar?

Syarief Hidayat: Alhamdulillah Mulai Cerah

Syarief Hidayat, petani NilaiKu yang cukup sohor dan dikenal aktif oleh warga Langensari, Sukaraja, Kabupaten Sukabumi sebagai pegiat tani di beberapa Poktan ini mengaku telah merasakan manfaat aplikasi NilaiKu. Ia berkeinginan besar agar masyarakat petani tahu betul faedahnya yang sudah ia rasakan.

“Alhamdulillah, sesudah menggunakan NilaiKu. Dalam komunikasi, bisnis, sedikit demi sedikit sudah mulai cerah. Walaupun masyarakat belum banyak yang tahu. Harusnya, sesama petani tahu bahwa ternyata manfaat nilaiKu itu besar. Alhamdulillah, Ternyata manfaatnya besar, kita bisa saling memberi tahu informasi. Dalam hal bisnispun sekarang kita ga akan kena kibul lagi dari para tengkulak tentang harga, di grup tani atau grup NilaiKu kami bisa saling Komunikasi.”

Bagaimana dengan Anda? Oh, ya! Sudah diupdate NilaiKu-nya? https://play.google.com/store/apps/details?id=com.microaid.nilaiku

Maman Menggunakan NilaiKu untuk Mencari Tahu Penjual Kebutuhannya

Maman Sugiaman (60), warga Karangtengah Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi memiliki lahan beberapa petak di sekitar rumahnya, ia jadikan kolam dan beternak ikan nila, secara berkala dalam waktu tiga bulan sekali ia memanen hasilnya.

“Saya pasarkan hasil panen hanya di sekitar sini aja, laba yang saya dapat adalah tersedianya benih baru,” ungkapnya ikhwal usaha ternak ikan yang ia tekuni. Maman juga menanam sayuran di galengan kulah alias sekat tanah pinggir kolam. “Apa saja saya tanam di sini,” imbuhnya (5/10/2020).

Maman menebar Sangkal (benih ikan ukuran kecil) di kolamnya untuk dikembang-biakan hingga ikan-ikan membesar dan siap dikonsumsi. Setelah besar dan bertelur kemudian menetas baru dijual, rata-rata ada 4 ekor ikan dalam berat 1 kilogram.

“Dan keuntungannya, kita punya benih baru lagi, karena ikan yang sudah menetaskan telur yang dijual. Pasar Alhamdulillah masih ada terus,” jelasnya kepada NilaiKu. Maman terbilang jarang menjual ikannya ke pasar, dengan alasan kebutuhan di sekitar daerahnya pun masih belum terpenuhi, ia memanfaatkan ponsel sebagai media komunikasi dan alat untuk menunjang kelancaran usahanya dengan meng-install aplikasi NilaiKu.

“Saya tahu aplikasi NilaiKu dari Viana (salah satu tim NilaiKu – red), nggak, ga ketemu, maksudnya begini, kebetulan anak saya juga bekerja di Dinas Pertanian dan ia yang mengenalkan saya dengan aplikasi NilaiKu. Meskipun saya jarang mengotak-atik, tapi saya membukanya untuk nyari tahu ada yang jual apa di sana, barangkali saya membutuhkan,” terang Maman.

Kini, Maman bisa menjual ikannya dengan harga Rp 28 ribu/kg. “Tapi sekarang harganya sedang ada di kisaran 25 ribu Rupiah,” ia mengaku harga jual ikannya masih terbilang lumayan, karena jenis ikan lokal yang ia ternakan masih sangat banyak diminati.

“Ikannya tidak seperti dari tempat lain dengan sistem ternak jaring, konon katanya kurang enak dibanding ikan lokal.” kata Maman. Maman sudah menggunakan NilaiKu untuk mencari tahu apa yang dijual oleh teman-teman sesama petani. Bagaimana dengan Anda?

Link Modal Sosial: https://nilai.to/maman.sugiaman

Terima Kasih Sahabat NilaiKu

Terima Kasih Sahabat NilaiKu

Hari ini jumlah pengguna NilaiKu mencapai 7,644 orang, peningkatan jumlah 7000 pengguna dalam waktu 3 bulan. Sebuah pencapaian yang luar biasa dan sangat membanggakan, kami berharap aplikasi ini akan terus berguna bagi Petani dan Usaha Kecil. Ayo download aplikasi Nilaiku di playstore dan ikut menjadi bagian Keluarga besar Nilaiku.

Pesan Petani Garut Kepada Dunia Ditengah Pandemi Covid 19

Kabar Desa Kelompok Tani “Sari Tani“
Percepatan Tanam Padi Sawah
Di tengah pandemi Covid 19 melanda Indonesia

Di tengah pandemi covid 19 petani dan penyuluh tetap bekerja memberikan pesan kepada masyarakat DUNIA  #Anda Di Rumah Saja Biar Petani yang menanam biar penyuluh yang mengawal pangan (Tetap mengutamakan standar protocol kesehatan keamanan jaga jarak)

Mempercepat tanam agar ketahanan pangan tetap terjaga dan harga-harga tetap stabil di tingkat masyarakat demi kebutuhan keluarga itu sendiri.

Kelompok Tani/Petani  dan penyuluh sepakat mempercepat tanam agar ketahanan pangan tetap terjaga walaupun keadaan/kondisi sangat sulit saat ini sedang di landa wabah corona petani harus tetap menanam pangan.

Biarpun PSBB di berlakukan hasil panen petani sulit didistribusikan ke pasar pasar dengan harga yang cenderung turun. Disitulah ‘seni’ petani dituntut KREATIF menjual hasil tani nya. Di zaman serba digital ini petani juga harus bisa mengikuti perubahan terutama di saat kondisi seperti ini.
Poktan Sari Tani yg di motori petani Warsito Sejati di Desa Cintakarya Kecamatan Samarang berterimakasih ke Aplikasi Nilaiku (MicroAid) yang telah hadir di tengah-tengah petani yang menyediakan fitur penjualan hasil panen pertanian secara ONLINE. Dengan adanya NilaiKu, petani merasa terbantu di tingkat pemasaran sehingga produk dapat dipasarkan secara ONLINE yang bisa dishare-link ke WA, Facebook dll.

Para Penyuluh pada saat percepatan Tanam di lahan petani milik Pak Warsito Sejati Poktan Sari Tani pada tanggal 21 april 2020 dan 24 april 2020 di harapkan pada September 2020 sdh panen raya kembali.

BPP Kec. Samarang (Korluh, Penyuluh, Pendamping IPDMIP, Fungsional Penyuluh) pola tanam jajar legowo 4:1 dan 2:1 di aplikasikan setelah Sekolah Lapangan (SL)

Sekolah Lapangan dengan Materi “Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah“ sangat berhasil dan petani sangat berterima kasih kepada BPP Kec. Samarang dan Dinas Pertanian Kabupaten Garut yang telah memfasilitasi Sekolah Lapangan ini karena petani mendapat ilmu di zaman industri 4.0 dan digital. Saya Warsito Sejati Poktan “SARI TANI“ mewakili anggota yang lainya memohon Pemerintah Pusat Provinsi dan Kabupaten agar Sekolah Lapangan Program IPDMIP terus menerus berjalan agar peningkatan produksi pangan, pengasilan dan kesejahteraan petani makin meningkat terus sehingga petani-petani dapat memberikan andil menjaga ketahanan pangan Indonesia.

Petani berharap dengan adanya Sekolah Lapangan bisa kreatif dan ber INOVASI menciptakan lapangan kerja untuk generasi penerus terutama kaum muda dan melenial. Karena petani saat ini rata rata usia nya di atas 60 tahun, sangat sedikit di jaman sekarang anak anak muda yang mau bertani.

Hatur Nuhun …

Indonesia pasti bisa……..

Kelompok Tani “Sari Tani“

Warsito Sejati

Penyuluh Pendamping BPP Kec. Samarang

Susan Kurniasih