Tren Kopi di Indonesia dan Sejarah Kopi Dunia

NilaiKu.id– Tren kopi di Indonesia kian menunjukkan perkembangan yang dinamis dan menarik, terlihat dengan bermunculannya kedai-kedai kopi di berbagai tempat dengan segmentasinya pasarnya masing-masing, muncul juga roastery yang memberikan pengalaman berbeda dan edukatif kepada pelanggan, termasuk café atau kedai yang memberikan pengetahuan tentang proses penyajian kopi dengan informasi asal-usul kopi, metode pengolahan, dan teknik penyajian.

Brand kopi lokal pun bermunculan dengan identitas yang kuat dan beragam seperti yang dijual Keluarga Indonesia para pengguna aplikasi NilaiKu di beberapa daerah, sebut saja Khalayak Kopi, Tenjobumi Kopi, Kopi Lestari, Barkaliqo Kopi, Kopi Robusta Lombok, Temanggung, Cikuray, Karaha, Kopi Sumtera, Kopi Priangan dan lain sebagainya. Selain itu, panyak para pelaku kopi lokal yang berinovasi dengan pendekatan baru dalam hal produk, pemasaran, dan layanan pelanggan, seringkali juga mencerminkan budaya dan identitas lokal, seperti kopi scahet lokal dengan gula terpisah atau hanya kopi saja pun mulai dijual.

Kopi Minuman Paling Populer di Dunia

Tren-tren ini mencerminkan bagaimana industri kopi di Indonesia terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan preferensi konsumen yang berubah. Perubahan ini juga menunjukkan bagaimana kopi, yang telah lama menjadi bagian budaya Indonesia, terus beradaptasi dengan era modern sambil tetap menghargai tradisi. Bebeapa jenis kopi itu pun bisa Anda temukan produknya lewat aplikasi NilaiKu dengan melihat produk teman lewat Jendela Toko dan atau Pelanggan Online

Roastery

Sejarah Panjang Kopi

Bicara sejarahnya, kopi memiliki sejarah panjang dan menarik untuk ditelisik, melibatkan banyak aspek budaya dan keagamaan. Kopi sudah jadi topik ilmuwan Islam sejak lama, dalam beberapa catatan dikatakan Ibnu Sina, saintis Muslim abad ke-10, membahas manfaat kopi dalam karyanya. Kopi Yaman disebutnya terbaik karena menjaga kesehatan tubuh dan pikiran. Dari kelompok-kelompok sufi hingga jamaah haji, kopi menyebar ke Makkah pada abad ke-15 menciptakan tren kedai kopi sebagai pusat diskusi publik. Pada abad ke-17, popularitasnya meluas ke Eropa, menjadikannya minuman global yang kita nikmati hingga hari ini.

Legenda populer tentang penemuan kopi yang berasal dari Ethiopia. Dikatakan bahwa seorang gembala bernama Kaldi menemukan kopi setelah melihat kambing-kambingnya menjadi sangat energik setelah memakan buah dari pohon kopi. Kaldi kemudian membawa buah tersebut ke seorang biarawan, yang pada awalnya skeptis tetapi akhirnya menemukan cara untuk membuat minuman dari buah tersebut. Kopi kemudian menyebar ke dunia Islam, dan peranannya sangat penting dalam budaya keagamaan dan intelektual.

Kopi pertama kali dipopulerkan di Yaman pada abad ke-15. Para sufi, yang dikenal dengan praktik malam mereka dan upaya untuk mencapai pencerahan spiritual, para sufi mulai menggunakan kopi untuk membantu mereka tetap terjaga selama doa dan ibadah malam. Pada abad ke-16, kopi mulai menyebar ke dunia Islam dan Eropa.

Di Eropa, minuman ini menarik perhatian para ilmuwan dan alkemis. Kopi dianggap sebagai bahan yang dapat memicu aktivitas mental dan fisik, dan beberapa ilmuwan mengkaji efeknya terhadap tubuh dan pikiran. Di banyak universitas di Eropa, kedai kopi menjadi tempat bertemunya para ilmuwan, pemikir, dan pelajar, seringkali mendiskusikan teori dan ide.

Kopi Tasik

Selama Abad Pencerahan, kopi menjadi minuman yang populer di kalangan intelektual. Kedai kopi di kota-kota Eropa seperti London dan Paris sering kali berfungsi sebagai tempat pertemuan bagi para ilmuwan, filsuf, dan penulis untuk berdiskusi dan bertukar ide. Kopi, dengan efeknya yang merangsang atau memberikan stimulasi, dianggap sebagai salah satu faktor yang berkontribusi pada suasana intelektual yang berkembang pada masa itu.

Kopi dalam konteks Sufi memiliki historis yang lebih menarik, di mana para sufi di Timur Tengah awalnya menggunakan kopi untuk membantu mereka tetap terjaga selama doa malam dan praktik spiritual. Dalam konteks ini, kopi bukan hanya dianggap sebagai minuman stimulan tetapi juga sebagai alat untuk memperdalam pengalaman spiritual. Hal ini mencerminkan bagaimana kopi telah menjadi bagian penting dalam praktik keagamaan dan ritual di berbagai budaya.

Robusta Galunggung

Ada beberapa kontroversi mengenai konsumsi kopi di kalangan pemimpin agama. Beberapa berpendapat bahwa kopi dapat merusak disiplin spiritual dan fokus, sementara yang lain melihatnya sebagai alat yang bermanfaat untuk menjaga konsentrasi selama ibadah. Kontroversi ini mencerminkan ketegangan antara praktik keagamaan tradisional dan inovasi budaya baru.

Kopi telah memainkan peran penting dalam sejarah intelektual dan spiritual. Bagi para ilmuwan, kopi menjadi simbol dari pertukaran ide dan inovasi, sedangkan bagi para sufi, ia merupakan alat untuk mendalami praktik spiritual. Sejarah kopi mencerminkan bagaimana minuman ini telah melintasi batasan budaya dan agama, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia di seluruh dunia.

Dan kini, kopi merupakan komoditas yang menghidupi jutaan manusia dari hulu ke hilir, dari mulai petani hingga prosesor, penyaji dan industri kuliner tak terkecuali para pedagang online kopi seperti Keluarga Indonesia yang melakukan kegiatan bisnis kecil-kecilan dengan mengolah kopi menjadi bahan minuman siap seduh. Apakah Anda termasuk penikmat kopi, Sahabat? Yuk dukung produk lokal dengan mengkonsumsi produk UMK dan temukan NilaiKu di PlayStore. Unduh sekarang!

Dalam Sebuah Bisnis Butuh Kolaborasi

Dalam Sebuah Bisnis Butuh Kolaborasi

NilaiKu.id – Saat ini, bisnis kopi sedang mengalami era dinamis dalam proses transformasi bisnis dan budaya. Selain perubahan menyongsong fase digitalisasi yang tidak bisa dielakkan dan mau tak mau harus diikuti, juga diperlukan perubahan perilaku dan bisnis proses, kerjasama dan kolaborasi dari berbagai elemen di masyarakat, tak terkecuali para investor baik perorangan, lembaga atau pemerintah.

Bagi pegiat kopi Tasikmalaya yang  sehari-hari melakukan kegiatan roastery di Enggal Ngopi, Jalan Letjen Ibrahiem Adjie 14 Indihiang Kota Tasikmalaya ini, kehadiran pihak ketiga yang bersedia berkolaborasi, bekerjasama serta berinvestasi adalah upaya yang tepat untuk membangun petani kopi,  Masyarakat  Desa Hutan, prosesor kopi hingga ke penyeduh kopi di bagian bar sekalipun.

Kopi, baginya adalah ikhtiar dalam menata ekonomi masyarakat dari hulu ke hilir melalui sebuah skema yang ia beri nama Tenjobumi Kopi, harapannya Tenjobumi Kopi menjadi sentra Kopi di wilayah Priangan Timur, khususnya di Kabupaten Tasikmalaya. Tak hanya dari segi proses pasca panen hingga siap dikonsumsi di atas meja, namun segala hal yang berkaitan dengan kopi mulai dari menggrap lahan, petani, edukasi, agrobisnis dan agrowisata termasuk eduwisata.

“Ceritanya, suatu saat saya diminta orang untuk Perhutani menjalankan sebuah skema bisnis di mana saya berperan menjadi offtaker, diminta bersedia mengelola kopi dari seluruh LMDH yang ada di Tasikmalaya ini, awalnya gitu,” kata Mamet Nugraha, pegiat Kopi Tasikmalaya.

”Lalu saya tawarkan, kenapa nggak Tenjobumi Kopi saja, kata saya waktu itu,” lanjut Mamet ihwal Tenjobumi Kopi yang menurut ceritanya sedikit banyak telah melakukan pengembangan usaha kopi  dan pemberdayaan bagi sejumlah petani kopi Kabupaten Tasikmalaya. Ia pun tak segan menyediakan beberapa jenis kebutuhan petani kopi seperti green house, huller dan non benda seperti  edukasi kopi dan program pendampingan kepada petani.

“Nah, kata orang Perhutani, Sekarang mah nggak perlu ke kebun lagi kalau mau nyari kopi Tasik, cukup datang ke Mamet, Enggal Ngopi, begitu,” kata dia.

Menurut  Mamet, petani tak hanya cukup diberikan informasi dan contoh saja, jika perlu pihak-pihak terkait harus menunjukannya dengan melakukan kegiatan serupa yakni bertani (berkebun kopi), sehingga kegiatan yang sama bisa menjadi sebuah patokan (misalnya bagi Perhutani).

“Keuntungannya, Perhutani bisa tahu dari satu hektar lahan itu berapa banyak kopi yang dihasilkan, kan mereka butuh data untuk sharing profit itu yang nilainya bisa sampai sepuluh persen?” kata dia.

Mamet mengambarkan dengan adanya Tenjobumi Kopi, mungkin akan lebih baik bila para petani yang berkolaborasi dengan Perhutani cukup dimintai (sharing profit) hasil panen berupa kopi, bukan uang karena tidak semua petani bisa melakukan itu.

“Iya jika mereka berhasil menjadikannya uang, berhasil memproses kopi dengan baik, kalo ngga bisa, gimana?” kata lelaki tambun keturunan Aceh ini.

Untuk menata hal tadi, Mamet menegaskan bahwa dirinya tidak bisa berjalan sendirian, mutlak diperlukan adanya kerjasama dan kebersamaan dengan berbagai pihak dengan analogi; kopi saja pun butuh empat elemen dasar yakni petani, prosesor, roaster dan barista.

“Tadinya, bulan ini (Desember) mau diadain pertemuan 25 LMDH kopi yang ada di bawah naungan Perhutani Tasikmalaya. Cuman nggak keburu karena ini akhir tahun, mereka harus buat laporan dan lain-lain,” ujarnya. “Jadi mungkin akan bergeser ke awal tahun nanti, tapi saya berharap sebelum (bulan) puasa kami bisa menggaet calon investor walaupun nilainya nggak harus seratus persen,” imbuhnya.

“Kita mau bicarakan apa sih kesulitannya? Apa solusinya? Dan kita akan bicarakan kerjasama tiga lembaga ini, LMDH, Perhutani dan Tenjobumi Kopi (akan segera dilembagakan)”  tutur pria yang juga menceritakan dirinya adalah mantan penyiar radio ini.

Mimpi Besar Tenjobumi Kopi

Tenjo dalam bahasa Sunda artinya lihat atau melihat, Bumi berati rumah, berarti juga sebutan untuk semesta ini. Bila diterjemahkan secara bebas, Tenjobumi Kopi bisa saja memiliki makna filosopis yang lebih dalam lagi dari sekedar “Lihat Rumah Kopi”.

Secara umum, rumah adalah tempat tinggal yang biasanya dibuat sebagus mungkin sesuai dengan kemampuan yang menghendakinya, rumah juga akan menjadi istana bagi penghuninya walau bagaimanapun wujudnya dalah tempat kembali yang paling nyaman, bukan juga sekedar tempat tinggal, bahkan, barangkali untuk sebagian orang adalah alat untuk menunjukkan starata sosial atau kapasitas mereka secara finansial.

Soal mimpi besar yang Mamet kejar, ia pun berujar, untuk menghasilkan kopi yang bagus dan berkualitas, maka perlu adanya edukasi dan pendampingan terus menerus kepada para petani dalam berbagai asfek, sehingga skema bisnis yang dijalankan perputaran roda ekonominya bisa berjalan dengan baik.

“Jadi tempat ini tuh (Tenjobumi Kopi) akan jadi agribisnis, agriwisata, agriedu kali ya! Kalau bisa mimpi besarnya adalah Tenjobumi ini akan jadi Cofee Lab-nya Tasikmalaya, lembaga pelatihan kejuruan yang bisa mengeluarkan sertifikat, kalau perlu internasional dan itu sangat memungkinakan untuk saat ini.” Terang pria lulusan Itenas & Uninus ini.

Mimpi itu cukup beralasan, ketika kita bisa melihat sinergitas dibangun secara harmonis antara Perhutani dengan LMDH di berbagai wilayah kerjanya, di mana LMDH yang merupakan wadah dari masyarakat sekitar hutan hendaknya mampu menjadi jembatan yang baik untuk mewujudkan tujuan bersama, seperti Hutan yang Aman dan Lestari dengan pemanfaatan sesuai fungsinya bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan. (Lihat Sumber: Kompasiana)

Kolaborasi, kerjasama, pandai memanfaatkan peluang dan mengikuti kemajuan jaman adalah beberapa hal yang menjadi kunci dalam pengembangan usaha di masa kini. Mari bergabung dengan ribuan petani dan pelaku usaha mikro kecil lainnya di aplikasi NilaiKu! Temukan di Google PlayStore sekarang!

Sebatang Lidi Hanya Jadi Tusuk Gigi, Bagaimana jika Banyak & Diikat menjadi Satu?

Sapu lidi sering diibaratkan dengan yang paling relevan mengenai bersatunya sebuah kekuatan menjadi jauh lebih besar dibanding dengan ukuran fisiknya sendiri, dimana jika hanya sendirian nyaris tak menghasilkan apa-apa, sekalipun ada kemungkinan lidi bisa menjadi tusuk gigi atau tusukan sate.

Begitu pula dengan para petani, jika berjalan sendiri-sendiri kemungkinan berkembang pesat akan lebih sulit, adanya sebuah wadah niscaya diperlukan untuk mencapai target yang jauh lebih besar.

Adanya komunitas petani NilaiKu yang tergabung di Whatsapp Grup NilaiKu Pasaman Barat, Lombok, Sukabumi dan Garut diharapkan menjadi jembatan terbangunnya kekuatan bersama para petani dan pelaku usaha mikro kecil, sehingga bisa bangkit dalam kebersamaan menuju kesejahteraan yang lebih baik.

Apa yang dilakukan Tim NilaiKu dengan membuka toko online khusus, bagi produk Sahabat NilaiKu di berbagai daerah melalui platform Tokopedia adalah sebuah langkah maju dalam menjawab kebutuhan lintas pengguna NilaiKu dan calon konsumen produk mereka, di luar pengguna aplikasi NilaiKu.

https://www.tokopedia.com/tokopetaninilaikugarut

Harapannya terbentuk pangsa pasar yang lebih besar sehingga tercipta iklim usaha yang semakin maju dan mendatangkan profit bagi para pelaku UMK dan petani NilaiKu.

“Pembukaan toko untuk para petani atau pelaku UMK di tiap lokasi pengguna NilaiKu itu sangat bagus pak, mereka akan terbantu dari segi pemasaran juga, cakupannya jadi lebih luas. Selain itu (saya terdorong) untuk mengajarkan mereka berbisnis mengikuti perkembangan teknologi saat ini,” ungkap Viana, Manager Toko Petani NilaiKu di Tokopedia kepada nilaiku.id (8/12).

Langkah membuka toko online di Tokopedia ini disambut baik oleh para pengguna aplikasi NilaiKu. Alhasil, berbagai macam produk hasil pertanian dari Kabupaten Lombok dan Garut pun seperti Kopi Lanang Lombok, Madu Hutan Lombok, Java Coffee dari Gunung Papandayan dan Cikuray Garut, aneka makanan industri skala rumah tangga, abon Cabe Lombok kini berjajar di katalog produk Toko Petani NilaiKu di Tokopedia.

Setali tiga uang dengan Viana, Jalu Wardhana, Head Officer Customer Service NilaiKu Microaid mengatakan bahwa selayaknya konvergensi media dilakukan untuk menjangkau pasar yang lebih luas dalam memasarkan sebuah produk. Dimana ekosistem digital yang kini semakin besar harus dimafaatkan sebaik mungkin bagi peningkatan kesejahteraan para petani dan pelaku UMK.

https://www.tokopedia.com/tokopetaninilaikulombok

“Untuk tahap awal baru Lombok dan Garut, kedepannya segera menyusul toko petani untuk pengguna NilaiKu di daerah lainnya dan tidak menutup kemungkinan juga untuk Kabupaten Tasikmalaya misalnya. Dan saya mengucapkan selamat  atas dibukanya toko Petani NilaiKu ini, harapannya semakin luas pasar yang bisa dijangkau, Yuk! dilarisin produk petani kita. Dengan membeli berarti membantu para petani,” tutur Jalu Wardhana.

Terungkap! Setidaknya, menurut pengguna aplikasi NilaiKu itu sendiri, bahwa NilaiKu merupakan aplikasi yang menjembatani para petani dan pelaku UMK dalam mengakses pasar digital yang dibangun melibatkan ide, saran, keinginan dan harapan para petani dalam mengembangkan bisnisnya. Hal ini tersirat dari apa yang disampaikan oleh Rida Warsa, Sahabat NilaiKu di Pasaman Barat, Sumatera Barat ia mengatakan bahwa dirinya dan para petani merasa ikut terlibat dalam pengembangan aplikasi ini.

“Saya penasaran sekali endingnya nanti sepeti apa NilaiKu versi lima ini, terus terang dengan adanya dialog antara kami para petani dan tim NilaiKu saya merasa sangat dilibatkan. Dengan kata lain saya merasa bahwa aplikasi ini benar-benar dari para petani dan untuk para petani,” jelas Rida.

Kembali ke sapu lidi, Soekarno, Presiden Indonesia pertama pada peringatan Harkitnas tahun 1963 mengatakan bahwa ratusan lidi akan tercerai berai tidak berguna dan mudah patah jika tidak diikat, tetapi bila lidi-lidi tersebut disatukan dalam ikatan maka tak akan ada yang mampu mematahkannya.

Yuk, Support lokal! dengan mengklik gambar Usaha Tani menuju tautan Toko Petani NilaiKu