Abon Cabe, Karya Kita, Hati Kita.

Menumpuknya produksi saat panen raya membuka peluang terjadinya kerusakan pada beberapa komoditas hasil tani seperti mudah busuk dalam waktu tertentu yang berakibat pada turunnya kuantitas dan kualitas produk.

Disinilah pentingnya menguasai teknologi pengolahan dan penanganan pasca panen yang baik, menjadikan bahan baku sebagai produk olahan selain ada pertambahan nilai, membuat produk olahan adalah jalan keluar mengatasi over produksi hasil tani. Mengingat banyaknya produk hasil tani yang belum dapat langsung terjual atau diserap pasar, maka potensi hasil pertanian di pedesaan disikapi dengan lebih baik melalui kegiatan yang melibatkan wanita dalam memanfaatkan hasil pertanian dan mengelola lingkungan di sekitarnya melalui kelompok wanita tani (KWT).

Ibu Mahani bangga dengan aplikasi NilaiKu untuk mempromosikan produk abon cabenya.

Pada prakteknya, KWT ternyata mampu mengolah hasil tani yang biasanya hanya dijual begitu saja setelah panen, hanya sebatas bahan baku atau bahan mentah. Tetapi, di tangan para wanita bahan baku dilolah menjadi sebuah produk turunan atau produk olahan, contohnya dengan memproduksi keripik dari pisang atau singkong, membuat dodol dari beras ketan atau labu, memproduksi cireng dari tepung tapioka atau sagu, atau membuat ketapang yang berbahan dasar ubi dan sejenisnya, membuat abon cabe dan sambal dalam kemasan dari cabe dan masih banyak lagi jenis produk olahan yang lainnya.  

Sebut saja Kelompok Wanita Tani Tetu-tetu, mereka tak lagi risau bila sewaktu-waktu harga komoditas cabe menjadi rendah, sebab kini cabe telah berhasil mereka olah menjadi abon cabe.  “Ide awal pembuatan abon cabe ini, karena saya lihat hasil panen petani cabe yang melimpah tetapi harganya yang rendah. Dari situlah saya mulai berpikir untuk mengolah cabe agar harganya menjadi lebih baik lagi,” ungkap Mahani, Ketua KWT Tetu-tetu, Lombok Timur kepada nilaiku.id (14/12).

Sejak saat itu muncul-lah kesadaran Mahani bersama KWT Tetu-tetu yang kini beranggotakan 30 orang ini untuk mulai memproduksi Abon Cabe. “Kami memproduksi abon cabe ini sejak tahun 2107, awalnya sekilo aja dulu, baru naik dua kilo, naik lagi empat kilo, Sembilan kilo,” kenang Mahani ikhwal pertama kali memproduksi abon cabe. Kini, dalam satu bulan Mahani mengatakan bahan baku cabe yang ia produksi bersama anggotanya pernah mencapai satu kwintal dalam satu bulan.

“Promosinya pun dari mulut ke mulut, mas! Saya bawakan sambal, ya, abon cabe ke petani, saya datangi mereka, terus saya bilang mau ngga nih sambal, ada cabe ga? tapi saya tukar dengan cabe,” terang Mahani yang kini lebih memilih menggunakan aplikasi NilaiKu dalam memasarkan produk KWT Tetu-tetu. “Ya, kalau sekarang saya pakai NilaiKu-lah membagikan KBD,” imbuhnya.

Abon Cabe adalah cabe segar pilihan yang dikeringkan melalui proses yang higienis dan proses oven yang sangat lama, setelah pengovenan kemudian dicampurkan dengan berbagai rempah dan bumbu seperti bawang, gula, garam dan lain-lain sehingga lahir cita rasa yang khas dan nikmat untuk disantap dengan rasa yang gurih dan pedas.

Ibu-ibu anggota KWT Tetu-Tetu sedang belajar mempromosikan produk melalui NilaiKu

Abon Cabe KWT Tetu-tetu kini dibanderol dengan harga 20.000,-/70gram, dan Anda bisa mendapatkannya di Toko Petani Nilaiku Lombok. Dengan harga jual Rp20.000,-/Kg Mahani mengatakan dengan modal untuk pembelian bahan baku dan bumbu sebesar Rp2.000.000,-keuntungan yang didapat bervariasi antara Rp100.000,- per minggu, hingga Rp500.000,- bulan tergantung tinggi rendahnya bahan baku yang didapat, karena komoditas cabe merupakan salah satu jenis komoditi dengan harga yang sangat fluktuatif.

 “Kami juga mendapatkan beberapa pelatihan dari mulai membuat pupuk oeganik sampai ke pelatihan pengolahan hasil turunan cabe, produk kami juga sering mengikuti beberapa pameran dan event lainnya. Dan alhamdulillah saya juga mendapatkan beberapa bantuan peralatan pengolahan  di masa pandemic ini, produk Tetu-tetu tidak berhenti begitu saja, ada aplikasi NilaiKu yang membantu memasarkan secara online,” pungkas Mahani.

Video proses dapur produksi KWT Tetu-Tetu bisa dilihat di link berikut: https://youtu.be/NJYyBwmJVk0

Abon Cabe KWT Tetu-tetu

Promosi Produk melalui NilaiKu

Promosi Produk melalui NilaiKu

NilaiKu.id – Mahani, seorang petani cabai dan produsen abon cabe dari Desa Masbagik, Kecamatan Lendang Nangka, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat adalah pengguna setia aplikasi NilaiKu.

Sebagai petani, Ketua Kelompok Wanita Tani “Tetu-Tetu” ini, Mahani menanam Cabai dan Tomat yang selanjutnya diolah menjadi produk seperti Abon Cabe Super Pedas dan Sambal Tetu-Tetu yang sering dipromosikan melalui KBD (Kartu Bisnis Digital) dari aplikasi NilaiKu.

Sebagai pengguna NilaiKu, ia kerap kali mempromosikan produk usahanya dengan media KBD yang dibagikan lewat media sosial seperti Facebook dan Whatsapp. Selain promosi produk usaha miliknya, Mahani aktif mengajak Sahabat NilaiKu di Lombok Timur untuk ikut serta promosi produk usahanya sehingga terjadi transaksi dengan aplikasi NilaKu yang dapat membantu menambah penghasilan teman.

Dalam beberapa waktu terakhir, Mahani menjual produk olahannya berupa abon cabe super pedas dengan jumlah transaksi sebesar Rp.100.000 yang dibeli oleh Esa Wibowo dan Lalu Jaswandi yang berkunjung ke KWT Tetu-tetu untuk dijadikan oleh-oleh untuk temannya yang ada di Sumbawa.

Mahani juga sering kali membeli produk usaha dari Sahabat NilaiKu di Lombok Timur melalui KBD yang dibagikan temannya, yaitu:Dari Baiq Laely, Mahani membeli gula pasir, ebi rebon, bawang putih, minyak goreng, beras, dan gas elpiji dengan total belanja sebesar Rp 758.000. Dinataranya dari Wahyudi, ia membeli bibit selada, bibit tomat, dan bibit pakcoy dengan total belanja sebesar Rp. 45.000

“Saya melakukan transaksi jual beli dengan aplikasi NilaiKu karena dengan menggunakan KBD lebih lengkap ada informasi harga dan ada juga foto produk punya kita. Selain itu, saya mengenalkan aplikasi NilaiKu biar orang lain tahu manfaat dari aplikasi NilaiKu itu banyak. Dan juga sekarang lebih milih belanja online pakai NilaiKu sekalian membantu teman dan diantar ke rumah jadi lebih aman dan waktunya fleksibel”, Terang Mahani.

Yuk yang mau kerja sama dengan ibu Mahani atau beli produk olahannya, bisa lihat Modal Sosial Mahani

Si Cantik Ungu yang Super Pedas

Cabai merupakan tanaman atraktif yang banyak dibudidayakan, selain tingkat konsumsi yang tinggi di masyarakat kita, cabai pun menjadi salah satu tanaman yang dapat ditanam dalam skala kecil sebagai tanaman penghias lahan kosong atau di pekarangan rumah.

Rasanya memang pedas tapi banyak digemari sebagai tambahan rasa yang membuat makanan lebih sedap bahkan bisa menambah nafsu makan. Di Indonesia jenis cabai sangat beragam baik dari ukuran dan warna. Cabai yang sering kita lihat biasanya berwarna kuning, oranye, merah menyala, merah marun atau hijau. Namun, ternyata ada warna lain dari cabai yaitu berwarna ungu.

Cabai ungu atau disebut juga cabai jepang, jenis cabai ini tidak banyak dikenal atau tumbuh di Indonesia. Warna ungu pada cabai ini menurut para peneliti tanaman dikarenakan adanya kandungan antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan tentu sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita, antara lain meningkatkan imunitas tubuh dari paparan penyakit dan menyembuhkan luka dengan cara menabur bubuk cabai yang halus ke bagian yang terluka. Bahkan bisa, memperlambat proses penuaan,

Apakah Sahabat NilaiKu adalah petani cabai? Yuk bergabung di WAG Petani Cabai NilaiKu untuk berbagi informasi, seperti mengetahui informasi harga pasaran cabai dari teman NilaiKu dan produk olahan cabai mereka!

Langsung saja klik link berikut: Whatssapp Grup Petani Cabai NilaiKu

(Siti Juliah)

Cara Pembuatan Pupuk Kompos ala Sahabat NilaiKu

Bagi manusia tanah yang subur memberikan hasil yang baik dari apa yang ditanamnya, dan bagi tanaman tanah yang subur berperan memberikan nutrisi yang baik sehingga pertumbuhannya maksimal.

Adanya perbedaan tingkat kesuburan tanah di berbagai daerah menjadikan pupuk sangat dibutuhkan sebagai bahan tambahan yang berguna dalam menopang  tumbuhan-kembangnya tanaman karena mengandung  unsur hara atau nutrisi. Pemberian pupuk kimia secara berlebihan dan kurang bijaksana justru akan memperburuk kondisi fisik tanah. Maka, sebaiknya memilih pupuk yang baik dan ramah bagi tanah seperti pupuk organik.

Pupuk kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik  yang berasal dari sisa-sisa tanaman itu sendiri atau berasal dari kotoran hewan yang diurai dengan bantuan organisme hidup. Pupuk kompos dapat dengan mudah dibuat karena  teknologinya sangat sederhana sehingga setiap orang bisa melakukannya, baik untuk skala pertanian maupun sekadar keperluan dengan skala kecil misalnya untuk memupuk tanaman di halaman rumah.

“Kawasan di sini, kan sentra jagung. Kalau rekomendasi pertanian kan menggunakan pupuk kandang, untuk lima sampai sepuluh ton per hektar, siapa coba yang mau sampai lima ton ke tengah-tengah kebun, ya kan?” ungkap Rida Warsa, Sahabat NilaiKu Pasaman Barat yang tengah getol memberikan pelatihan teknologi pertanian kepada sejumlah warga binaan Lapas Kelas II.B Pasaman Barat ini.

Kompos bisa berasal dari segala jenis sisa tanaman yang dimanfaatkan sebagai nutrisi tanaman

Dengan jumlah yang sedemikian banyak dalam mendistribusikan pupuk kandang adalah hal yang dirasa kurang memungkinkan dan memakan waktu  dan tenaga para petani,“Maka kita buatkan alternatif agar mudah dikerjakan,” imbuhnya.

Maka dibuatlah lobang tunggal untuk pembuatan pupuk kompos dengan trichoderma, dimana satu karung pupuk kandang digunakan untuk satu lobang tunggal dengan rincian satu hektar lahan hanya membutuhkan 30 karung pupuk kandang.  

“Hasilnya pun sangat signifikan, walaupun untuk sifat biologi dan fisika tanahnya tidak terlalu tinggi, tapi bagi tanamannya itu sendiri sangat membantu pertumbuhannya, karena jagung termasuk tanaman yang cukup responsif terhadap pemupukan, kan?” jelas Rida, dengan aplikasi tersebut maka diyakini bisa menaikan tingkat produktivitas tanaman.

Menurutnya proses pembuatan pupuk kompos  dengan pupuk kandang ini hanya memakan waktu 21 hari dengan syarat kadar air (tingkat kebasahan kotoran hewan/pupuk kandang) tidak terlalu tinggi, dan dengan menjadikannya pupuk kompos dengan trichoderma pula maka pupuk kandang bisa diurai menjadi pupuk yang sangat berguna bagi tanaman dalam menaikan produksi. Selain itu aroma tidak sedap dari kotoran hewan bisa diminimalisir, “bau kotorannya pun berkurang, nggak terlal sangit,” jelas Rida.

Kotoran ternak jadi salah satu sumber bahan pembuatan kompos

Jika Sahabat NilaiKu ingin mencoba sendiri bagaimana caranya membuat pupuk kompos dengan trichoderma, yang lazim juga disebut trichokompos, persiapakan bahan-bahannya dan ikuti langkah berikut:

  1. Siapkan bahan-bahan pupuk kompos dalam hal ini pupuk kandang  atau bisa juga sisa-sisa tanaman.
  2. Aduk sampai rata  bahan-bahan tersebut diatas tanah dan ratakan didalam lubang dengan ketebalan 20 cm
  3. Taburkan kapur dolomit di atasnya untuk menjaga ph pupu
  4. Larutkan gula merah dalam 10 liter air
  5. Masukkan EM-4 ke dalam larutan gula merah dan diaduk hingga rata
  6. Siramkan larutan EM4 dan gula merah di atas campuran pupuk kompos dan pupuk kandang menggunakan gembor  atau penyiram tanaman berbentuk seperti cerek besar yang biasanya memiliki pegangan dan corong.
  7. Aduk menggunakan cangkul hingga merata, kemudian ditutup rapat dengan plastik atau terpal selama kurang lebih 7 hari
  8. Setelah 7 hari buka plastik penutup dan dimasukkan biang/bibit Trichoderma sebanyak 250 gram dan diaduk kembali kemudian Plastik kembali ditutup dan dibiarkan kurang lebih selama 21 hari.

Setelah 21 hari pupuk kompos pun siap diaplikasikan pada tanaman, dan kompos pun ditandai dengan jamur Trichoderma yang tumbuh dengan munculnya benang halus berwarna putih pada media kompos. Selamat mencoba.

Lihat link modal sosial Rida Warsa: https://nilai.to/kbd.ridawarsa

Pupuk organik kini banyak dijual dalam berbagai kemasan seperti yang terlihat dalam gambar di Kampung kolecer, Cisayong Tasikmalaya, namun tak ada salahnya jika Anda mencoba membuat kompos sendiri dengan memanfatkan limbah organik dari dapur Anda.

Produk Olahan Cabai untuk Tingkatkan Nilai Tambah Hasil Panenmu

Produk Olahan Cabai untuk Tingkatkan Nilai Tambah Hasil Panenmu

Cabai Merah merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat dibudidayakan oleh segala jenis kalangan mulai dari ibu rumah tangga hingga petani. Penanaman cabai dapat dilakukan di pekarangan rumah melalui media polybag atau bahkan di lahan yang sempit dengan sistem tumpang sari dengan tanaman lainnya.

Tahu gak sih Sahabat NilaiKu? Ternyata iklim di Indonesia yang tropis ini cocok untuk budidaya tanaman cabai dimana matahari bersinar secara penuh. Untuk ketinggian tempat penanaman, baiknya tanaman cabai di tanam di dataran rendah.

Tanaman cabai ini merupakan tanaman yang atraktif atau paling banyak diminati untuk dibudidayakan. Perawatan yang dilakukan pada tanaman cabai adalah dengan menyiramnya saat musim kering.

Namun hati-hati ya, jika tanaman cabai belum kuat jangan disiram terlalu sering. Selain itu, usahakan untuk selalu cek tanaman cabai pada satu atau dua minggu pertama. Hal ini bertujuan agar jika ada tanaman yang mati atau pertumbuhannya abnormal bisa segera dicabut dan diganti dengan bibit yang baru.

Tanaman cabai dapat dipanen setelah tanaman berumur 75 hingga 85 hari setelah tanam. Pemanenan bisa dilakukan setiap 2 sampai 5 hari sekali di pagi hari.  Buah cabai dipetik sekaligus dengan tangkainya ya untuk memperpanjang umur tanaman. Lalu setelah panen, pasti para petani akan melihat harga di pasaran berapa.

Dengan fluktuasi harga cabai yang tidak menentu, petani dan ibu rumah tangga bisa membuat produk olahan cabai untuk meningkatkan keuntungan mengingat makanan pedas cenderung disukai oleh masyarakat Indonesia.

Setelah masa panennya, tanaman cabai tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, membuat produk olahan cabai dapat menjadi solusi bagi para petani cabai untuk meningkatkan daya saing produk.

Produk olahan dari hasil panen cabai dapat dibuat menjadi olahan jadi seperti sambal dan abon cabai super pedas, seperti produk milik sahabat NilaiKu Lombok Timur yaitu Bu Mahani. Bu Mahani merupakan pengguna setia aplikasi NilaiKu. Setelah panen cabai beliau terkadang mengolahnya menjadi produk jadi. Lalu pemasarannya dilakukan dengan menggunakan Kartu Bisnis Digital (KBD) dari NilaiKu. Produk sambal dari Bu Mahani dinamai Sambal Tetu-Tetu. Sambal ini sudah cukup banyak dikenal orang, dan sudah banyak yang pesan mulai dari orang di sekitar Lombok Timur, tampil di pameran atau bahkan dikirim ke luar daerah seperti Depok dan Jakarta. Selain terkenal akan sambal Tetu-tetunya, Ibu Mahani juga salah satu pembuat abon cabai terkenal di Lombok dan produknya telah banyak beredar di toko swalayan di Nusa Tenggara Barat.

Bagi Anda pecinta makanan olahan yang pedas dan tertarik dengan sambal Tetu-Tetu milik bu Mahani bisa langsung hubungi Bu Mahani lewat Link Modal Sosial berikut ya! https://nilaiku-rama.microaid.io/profile

(Siti Juliah)

Sijarwo Mendorong Produktivitas Padi Petani NilaiKu Kabupaten Garut

Sobat Nilaiku, pernahkah Anda mendengar Sijarwo? Kependekan dari Pola tanam Sistem Jajar Legowo, sebuah istilah dalam pola tanam padi yang kini direkomendasikan oleh Dinas Pertanian.

Sijarwo memberikan keuntungan, antara lain; adanya ruang terbuka yang lebih lebar di antara dua kelompok barisan tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun tanaman padi. Kondisi tersebut akan meningkatkan fotosintesis  yang berdampak baik pada produktivitas tanaman, petani-pun dapat mengembangkan sistem produksi padi-ikan atau kombinasi padi, ikan, dan bebek.

“Jajar legowo, sekarang inilah yang direferensikan oleh distan,” terang Warsito, Koordinator petani NilaiKu di Kabupaten Garut usai melakukan kegiatan Sekolah Lapang yang digagas IPDMP (Integrated Participatory Development & Management of Irrigation program) kepada NilaiKu (10/11/2020).

Dalam kegiatan sekolah lapang tersebut, tiap  kelompok tani dari lima desa mengirimkan dua orang delegasinya, terdiri dari delegasi Desa Cintaasih, Cintakarya, Banjarsari, Mekarjaya dan Sirnasari, Kecamatan Samarang Bayongbong, Kabupaten Garut, pada Selasa (10/11).

 “Untuk sekarang saya mengajarkan ke kelompok, kelompok nanti akan mengajarkan ke masing-masing anggota,” imbuh Warsito.

Sijarwo  akan memudahkan petani dalam pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit, selain itu akan mempermudah dalam mengendalikan hama tikus dan peningkatan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir lahan pun berpeluang untuk  meningkatkan produksi padi hingga 10-15%.

 “Alat mudah, pupuk irit, mengurangi hama tanaman,” tegas Warsito.

Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia terus berupaya mendorong terwujudnya Kedaulatan Pangan Nasional, hal tersebut menjadi komitmen yang kemudian diimplementasikan dalam meningkatkan produktivitas padi dan direalisasikan dalam pola tanam dengan sistem jajar legowo.

Tapi, dari manakah inovasi system pola tanam jajar legowo ini bermula?

“Yang saya tahu, awalnya orang Garut yaitu Poktan Sari Tani, kemudian diterapkan di Jawa, karena Jawa (Tengah) produksi padinya lebih baik ketimbang Jawa Barat, dan sekarang kembali ke Garut,” terang Warsito. Bagaimana dengan pola tanam padi di tempat Anda? Apakah masih memakai pola ubin atau lantai alias tagar?

Wow! Hari Gini Masih Ada Barter

Sobat NilaiKu, Jual beli sistem barter atau saling tukar barang tanpa dengan uang di zaman ini ternyata masih ada, ini hal yang langka! Namun menarik dan seru ya?

Begini kejadiannya, ibu Asrimin menawarkan produk kue Burasaq untuk ditukar dengan jeruk hasil panen ibu Hera di Garut saat ibu Hera mempromosikan jeruk Garut-nya melalui Kartu *NilaiKu* yang dibagikan ke semua grup WhatsApp.

“Bu asrimin pingin coba jeruk Garut tuker sama kue burasaq-nya” begitu tanggapannya, lalu terjadilah barter di era teknologi. Gayung bersambut, ibu Asrimin di Lombok Timur tertarik untuk melakukan barter.

Anda pun juga bisa melakukan hal yang sama seperti mereka. Promosikan produk Anda, dan bagikan ke grup WhatsApp dan lihat tanggapan teman-teman Anda.

Gotong royong membantu membeli dagangan teman itu indah!

Salam, Petani NilaiKu