Dari Nasi Basi hingga Trichoderma: Jalan Panjang Memulihkan Tanah yang Tandus

NilaiKu.id – Dalam sebuah p[errcakapan grup WhatsApp bernama Sahabat NilaiKu, para petani dan praktisi pertanian berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka berusaha memulihkan kesuburan tanah setelah bertahun-tahun bergantung pada pupuk kimia. Percakapan yang diprakarsai oleh Warsito ini bukan sekadar obrolan biasa, melainkan cerminan dari gerakan larger untuk kembali ke pertanian yang berkelanjutan.

Sukirno dari Pasaman Barat memberikan gambaran yang mengkhawatirkan: “Tanahnya udah keracunan kimia apa lagi di Bandarejo Pasaman Barat sejak 2004 udah jagung terus pH-nya tinggal 4 pak ngeri.” pH 4 menunjukkan kondisi tanah yang sangat asam, di mana sebagian besar nutrisi tidak dapat diserap tanaman. Ini adalah konsekuensi dari decades of chemical fertilizer abuse yang menguras kehidupan dari dalam tanah.

Yang menarik dalam percakapan ini adalah hierarki pengetahuan yang dibagikan, mulai dari yang paling sederhana hingga yang lebih teknis:

Tanaman jagung warstito dengan pupuk organik

Level Dasar Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga

– Air Cucian Beras: Warsito membagikan praktiknya menggunakan air cucian beras yang kaya vitamin B1 dan karbohidrat

– Nasi Basi: Jalu Wardhana mengobservasi bahwa “pantesan kalau ditaburin nasi basi, tanaman lebih subur” – sebuah praktik yang memanfaatkan karbohidrat dalam nasi sebagai sumber energi bagi mikroorganisme tanah

Level Menengah: Pengomposan Sederhana

Alvii mengingat kembali pelajaran membuat pupuk kompos dari sampah organik, gula, dan EM4 – metode yang pernah diajarkan Warsito sebelumnya. Ini menunjukkan konsistensi Warsito dalam menyebarkan ilmu pertanian organik.

Teknologi Mikroba Terkini

Sukirno membagikan formula canggihnya: “PGPR dan trikoderma untuk pengendalian kesuburan tanah yang udah tandus ditambah pupuk kandang.” Formula ini melibatkan:

– 1 kg trichoderma dicampur 5 karung kotoran ternak

– Dipermentasikan selama 21 hari

– Siap pakai untuk memulihkan tanah tandus

 Kesaksian Keberhasilan

Warsito melaporkan progress yang menginspirasi: “Saya lagi trial tanam jagung hokaido, cabe rawit, terong tanpa pupuk kimia… Untuk jagung sudah mulai berbuah satu pohon baru 5-6 tongkol.” Ini adalah bukti nyata bahwa pertanian tanpa kimia bukan hanya mungkin, tetapi juga produktif.

Sukirno mengkonfirmasi keberhasilan metode organik: “Kalau pakai VOC dan pupuk organik/kompos saya sangat setuju. Saya akui pak bagus tanah pun jadi lembab daunnya hijaunya awet jos lah menurutku pak.”

Percakapan ini, Tanggal: 14 Oktober 2025, Percakapan Grup WhatsApp Sahabat NilaiKu mengungkap beberapa prinsip kunci dalam regenerasi tanah:

1. Multilevel Approach: Pemulihan tanah dapat dimulai dari level paling sederhana (limbah dapur) hingga menggunakan teknologi mikroba terbaru

2. Consistency is Key: Proses pemulihan membutuhkan waktu dan konsistensi, seperti fermentasi pupuk kandang yang membutuhkan 21 hari

3. Holistic Improvement: Keberhasilan tidak hanya diukur dari hasil panen, tetapi juga perbaikan struktur tanah yang “jadi lembab” dan daun yang “hijau awet”

Percakapan dalam grup Sahabat NilaiKu ini adalah microcosm dari gerakan yang lebih besar menuju pertanian berkelanjutan. Dari Warsito yang memulai percakapan, Jalu dengan observasi praktisnya, Alvii yang mengingat kembali pelajaran lama, hingga Sukirno dengan formula teknisnya – semuanya berkontribusi dalam mosaic pengetahuan yang memperkaya komunitas.

Yang paling membesarkan hati adalah pengakuan Sukirno: “Kita sama cara pengendaliannya.” Kalimat ini menyiratkan bahwa meskipun berbeda lokasi dan kondisi, prinsip-prinsip pemulihan tanah organik bekerja universal. Inilah yang membuat percakapan ini bukan sekadar sharing biasa, melainkan sebuah dokumentasi valuable dari praktik pertanian regeneratif yang sedang bangkit di Indonesia.

Jaga kesuburan tanah dengan organik, kurangi kimia! Jangan lupa promosikan produknya pakai NilaiKu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *