NilaiKu.id – Bagi pelaku UMKM dan bisnis kecil, kemampuan bercerita atau storytelling ternyata menjadi kunci sukses dalam menarik pelanggan. Kutipan “Jika ingin menjadi penjual yang hebat, maka jadilah tukang cerita yang hebat” yang dibagikan di WAG Sahabat NilaiKu semakin relevan di era digital, di mana konsumen lebih memilih merek dengan narasi yang autentik. Storytelling tidak hanya membuat produk lebih mudah diingat, tetapi juga membangun ikatan emosional dengan pelanggan.

Contohnya, usaha makanan rumahan yang menceritakan resep turun-temurun atau kerajinan tangan yang melibatkan pemberdayaan masyarakat lokal. Dengan pendekatan ini, UMKM bisa berdiri di tengah persaingan ketat. Media sosial seperti Instagram dan TikTok menjadi alat efektif untuk menyampaikan cerita, baik melalui foto proses produksi maupun video testimoni pelanggan.
Namun, kesalahan umum yang sering terjadi adalah terlalu fokus pada fitur produk alih-alih nilai di baliknya. Solusinya, pelaku usaha harus jujur dan mengedepankan cerita nyata, seperti perjuangan memulai bisnis atau komitmen terhadap kualitas. Dengan begitu, konsumen tidak hanya membeli produk, tetapi juga merasakan pengalaman dan nilai yang ditawarkan.
Para ahli pemasaran menyarankan UMKM untuk memulai dengan cerita sederhana, seperti asal-usul produk atau dampak positif bagi komunitas. Dengan teknik ini, produk yang biasa saja bisa menjadi istimewa di mata pelanggan. Jadi, bagi pelaku usaha kecil, kini saatnya beralih dari sekadar menjual menjadi bercerita untuk menciptakan daya tarik yang lebih kuat.
Contoh Nyata: Usaha Makanan Rumahan: “Dibuat dengan resep turun-temurun dari nenek, menggunakan rempah pilihan.”
Produk Kerajinan: “Setiap tas dikerjakan oleh pengrajin difabel sebagai wujud pemberdayaan.”
Cara Membuat Cerita yang Menjual untuk UMKM
Temukan “Why” Bisnis Anda. Mulailah dengan pertanyaan:
“Mengapa usaha ini didirikan?” (Misal: ingin memajukan produk lokal).
“Apa nilai yang ingin disampaikan?” (Contoh: ramah lingkungan, edukasi).
Gunakan Struktur Cerita Sederhana
Latar Belakang: Perkenalkan usaha Anda (misal: “Berawal dari halaman rumah…”).
Konflik/Tantangan: Ceritakan rintangan yang dihadapi (contoh: kesulitan bahan baku).
Solusi/Keunikan: Bagaimana produk Anda menjadi jawaban (contoh: inovasi kemasan daur ulang).
Manfaatkan Media Sosial
Instagram/FB: Posting foto proses produksi dengan narasi personal.
TikTok/Reels: Buat video pendek berisi testimoni pelanggan atau “a day in the life” pemilik usaha.
Contoh Konten: “Setiap gelas kopi kami sajikan dengan cerita petani Aceh yang mengolah biji kopi secara organik. Beli segelas kopi, dukung kesejahteraan mereka!”
Kesalahan Umum & Solusi: Terlalu Fokus pada Fitur Produk: Alih-alih mengatakan “tas berbahan kain katun”, ceritakan “tas ini dirancang untuk ibu menyusui agar praktis dibawa bepergian”. Kurang Autentik: Jangan mengarang cerita. Kejujuran adalah kunci, misal dengan mengaku “kami masih kecil, tapi berkomitmen pada kualitas”.
Tak perlu cerita rumit. Mulailah dengan Ceritakan asal-usul produk (bahan, proses).
Sisipkan emosi (kebanggaan, perjuangan).Ajak pelanggan terlibat (“Kamu juga bisa dukung UMKM dengan membeli ini!”).Dengan storytelling, UMKM bisa mengubah produk biasa menjadi bernilai lebih di mata pelanggan. Jadilah tukang cerita hebat, maka penjualan akan mengikuti!