Kenalan dengan Champion Cabai Nasional di Indonesia

NilaiKu.id- Obrolan pagi ini di Grup WhatsApp Sahabat NilaiKu adalah tentang Cabai dan Champion Cabai Nasional di Indonesia. Champion Cabai Nasional merupakan program inisiatif dari Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan cabai di pasar domestik.​

Petani yang tergabung dalam program ini dikenal sebagai “petani champion” adalah petani penggerak yang menjadi mitra pemerintah dalam mendukung stabilisasi pasokan dan harga cabai. Mereka juga bertugas untuk menggerakkan petani lain di wilayahnya, mengatur pola tanam, dan menjaga ketersediaan stok cabai di daerah yang tengah mengalami defisit produksi

Green House Milik Chanpion Cabe Nasional.

Sebagai contoh, pada periode 22 Juli hingga 16 Agustus 2024, pemerintah bersama petani champion melaksanakan aksi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Cabai. Dalam aksi ini, petani champion memasok sekitar 200 kg cabai rawit merah dan 200 kg cabai merah keriting per hari untuk dijual dengan harga yang lebih rendah Rp 5.000/kg dari harga di Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) Jakarta.

Wilayah-wilayah sentra produksi petani champion cabai tersebar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Magelang, Sleman, Temanggung, Banjarnegara, Cianjur, Sumedang, Bandung, Lombok Timur, Garut, Kebumen, Semarang, Kulonprogo, Sukabumi, Malang, Enrekang, Solok, Banyuwangi, dan Solok. Dengan adanya program ini, diharapkan stabilitas pasokan dan harga cabai dapat terkendali dan membantu menekan inflasi pangan di Indonesia.​

​Di Lombok Timur, program Champion Cabai sukses menstabilkan harga cabai dan memastikan ketersediaan pasokan pangan. Petani seperti Haji Subhan dari Kelompok Tani UD. Ganang Putra memainkan peran penting dalam program ini. Mereka tidak hanya memproduksi cabai, tetapi juga mengatur pola tanam dan distribusi untuk menjaga kestabilan harga di pasar. Haji Subhan bahkan menerima penghargaan dari Kementerian Pertanian atas dedikasinya dalam sektor pertanian.

“Assalamualaikum, selamat pagi. Ijin di sini dulu,” kata Mahani, produsen Abon cabe Tetutetu di Lendangnangka. Ia membagikan sebuah foto dirinya tengah berkunjung ke lokasi Green House tanaman cabe milik Haji Subhan. “Areanya sangat luas!,” ungkap dia.

Selain itu, Pondok Pesantren Thohir Yasin di Lendang Nangke juga terlibat dalam pengembangan komoditas cabai melalui program INFRATANI yang dibina oleh Bank Indonesia NTB. Mereka menggunakan metode pertanian ramah lingkungan seperti pemanfaatan limbah organik untuk meningkatkan hasil panen cabai.

Pemerintah Kabupaten Lombok Timur secara aktif mendukung program ini dengan menggelar operasi pasar murah bersama Champion Cabai untuk menurunkan harga cabai yang sempat melonjak hingga Rp100.000 per kilogram pada awal 2025. Melalui operasi pasar, harga cabai dapat ditekan menjadi sekitar Rp56.000 per kilogram, memberikan dampak positif bagi masyarakat.

“Harga cabai di London ingris £9 per kilo = IDR 22.000 x 9 = IDR 198.000/ kg. Jauh berbeda karena transportasi jauh dan mahal. Lebih baik di pengolahan ke Abon Cabe Ebi Kentang dulu seperti Tetu Tetu. Di bungkus dan kirim langsung dipaket pos ke keluarga ingris. Nilaiku ada fasilitas dua bahasa sehingga langsung bisa Promo online di inggris!,” Kata Richard Beresford, founder MicroAid yang ikut terlibat obrolan di WhatsApp Grup Sahabat NilaiKu, Kemudian ia pun tak luput membagikan info bagaimana caranya mengekspor hasil tani ke luar negeri. Anda ingin ikuti obrolan bermanfaat lainnya? Klik untuk gabung di WAG Sahabat NilaiKu! Dan unduh NilaiKu, sekarang!

Unduh NilaiKu! Jangan Penasaran

Ketika Jadi Petani di Jepang Lebih Menguntungkan Dibanding di Negeri Sendiri

NilaiKu.id- Lina Rokayah, seorang perempuan petani asal Jawa Barat, kini tinggal di Jepang dan tetap menjalani profesinya sebagai petani setelah lebih dari 20 tahun. Lewat unggahan reels di Facebook, ia membagikan pengalamannya menjalani hidup di negeri asing yang justru lebih memihak petani dibanding tanah kelahirannya sendiri. Cerita Teh Lina bukan hanya kisah personal, tapi juga potret kontras antara dua negara dalam memperlakukan mereka yang memberi makan rakyat: para petani.

“Ini yang dirasakan Teh Lina bertani di Jepang selama 20 tahun lebih, sistem dan dukungan dari pemerintah yang membuat pertanian di Jepang lebih maju. Ada insentif dan subsidi dari pemerintah, kalau kita mau beli alat-lat yang mahal-mahal seperti traktor, kita bisa dapatkan pinjaman lunak, meski tak gratis, tapi beban petani itu berkurang dengan itu,” kata Teh Lina dalam unggahan video yang ia bagikan.

ilustrasi: Kompas.com

Di Jepang, menjadi petani adalah profesi yang terhormat. Pemerintah hadir nyata lewat kebijakan yang melindungi dan memberdayakan. Harga hasil panen stabil, koperasi bekerja profesional, teknologi pertanian membantu efisiensi kerja, dan status sosial petani dihargai. Bahkan generasi muda Jepang tidak segan meneruskan profesi ini karena jelas ada masa depan.

“Penyediaan pupuk yang lancar distribusinya, dan di Jepang harga-harga hasil pertanian itu stabil bahkan cenderung menaik karena adanya sistem koperasi yang pro petani, artinya melindungi kesejahteraan petani,” ungkap Lina.

Berbeda jauh dengan Indonesia. Di negeri yang katanya agraris ini, petani masih bertarung sendiri. Harga hasil tani fluktuatif, koperasi lemah, teknologi tak merata, dan kebijakan kerap tidak berpihak. Banyak petani justru hidup dalam lingkaran kemiskinan, tak sedikit yang berharap anak-anak mereka tidak meneruskan profesi ini karena dianggap tidak menjanjikan.

Perbedaan yang sangat mencolok, bukan karena petani Indonesia kurang cerdas atau kurang kerja keras, tetapi karena sistem dan ekosistem pertanian yang belum memberi tempat dan perlindungan layak bagi para petani kita.

Petani di Indonesia

“Sebetulnya, Indonesia memiliki tanah subur, iklim yang bersahabat, dan petani yang gigih. Yang belum dimiliki adalah keberpihakan yang nyata dalam bentuk kebijakan dan sistem yang berpihak kepada mereka, lihat saja fakta di lapangan banyak yang kesulitan dapat pupuk, harga jual yang anjlok bikin petani buang-buang dan hancurkan hasil taninya karena ongkos tak sepadan,” kata seorang Sahabat NilaiKu di Tasikmalaya yang enggan disebut namanya.

Kisah Teh Lina seharusnya bisa terjadi di negeri sendiri, bukan hanya di luar negeri. Ia menjadi pengingat bahwa keadilan sosial dan kesejahteraan bukan hanya untuk mereka yang bersuara di kota, tapi juga untuk mereka yang setiap hari menanam harapan di ladang dan sawah.

Aung San Suu Kyi, pejuang demokrasi asal Myanmar, mengatakan bahwa “The only real prison is fear, and the only real freedom is freedom from fear.” Kebebasan sejati bagi petani bukan hanya lepas dari rasa takut gagal panen, tapi juga lepas dari ketidakpastian harga, akses, dan perlindungan. Semoga Indonesia segera bangun dari tidur panjangnya, dan menyadari bahwa kedaulatan pangan tidak akan pernah tercapai tanpa memuliakan mereka yang menanamnya.

Kalau disandingkan, sistem pertanian Jepang dan Indonesia memang jomplang. Bukan karena petani Indonesia kurang cerdas atau malas, tapi karena sistem dan ekosistemnya belum berpihak pada mereka. Jepang berhasil menciptakan sistem yang menempatkan petani sebagai bagian penting dari ketahanan nasional. Sementara di Indonesia, petani masih menjadi korban sistem yang timpang, mulai dari pupuk yang mahal, harga yang tidak stabil, hingga akses pasar yang dikuasai tengkulak.

Ancaman Menggunakan Wi-Fi Publik dan Cara Menghindarinya

NilaiKu.id – Pernahkah Anda kehabisan kuota dan dalam keadaan darurat terpaksa harus menggunakan koneksi internet publik, Keluarga Indonesia? Dan di era digital yang serba terhubung ini, Wi-Fi publik menjadi solusi praktis bagi banyak orang yang membutuhkan akses internet saat berada di luar rumah atau kantor. Tempat-tempat seperti kafe, bandara, hotel, atau pusat perbelanjaan sering menyediakan Wi-Fi gratis bagi pengunjung mereka.

Meskipun terdengar menguntungkan bahkan membantu dalam keadaan darurat, penggunaan Wi-Fi publik memiliki banyak risiko yang tidak boleh dianggap sepele, lho!. Berikut ini beberapa bahaya yang dapat mengintai penggunanya ketika terhubung dengan Wi-Fi publik dan bagiamana cara menghindarinya.

Salah satu ancaman terbesar di jaringan Wi-Fi publik adalah serangan Man-in-the-Middle (MitM). Dimana peretas dapat memonitor atau bahkan mengubah komunikasi antara perangkat Anda dan server atau situs yang Anda kunjungi. Misalnya, jika Anda mengirimkan informasi sensitif seperti kata sandi atau data kartu kredit melalui Wi-Fi publik yang tidak aman, peretas dapat menyadap data tersebut dan menggunakannya untuk tujuan jahat.

Saat terhubung ke jaringan Wi-Fi publik, perangkat lain yang berada pada jaringan yang sama dapat dengan mudah melakukan penyadapan (snooping) terhadap data yang Anda kirimkan, terutama jika Anda mengakses situs atau aplikasi yang tidak terenkripsi, seperti email atau pesan instan yang tidak menggunakan enkripsi end-to-end.

“Tanpa perlindungan yang tepat, informasi pribadi Anda bisa jatuh ke tangan yang salah,” kata Adi Prasojo, praktisi IT.

Peretas dapat membuat hotspot Wi-Fi palsu yang tampak mirip dengan jaringan Wi-Fi asli yang seharusnya Anda gunakan. Misalnya, jika Anda berada di sebuah kafe dengan Wi-Fi gratis, peretas bisa membuat jaringan Wi-Fi dengan nama yang serupa, seperti “Free Wi-Fi” atau “Public Wi-Fi.” Jika Anda secara tidak sengaja terhubung ke jaringan ini, peretas bisa mengakses data pribadi Anda, bahkan mengendalikan perangkat Anda.

Jaringan Wi-Fi publik juga rentan terhadap penyebaran malware. Tanpa adanya pengamanan yang cukup, perangkat Anda bisa terinfeksi perangkat lunak berbahaya hanya dengan terhubung ke Wi-Fi publik. Malware tersebut dapat mencuri data Anda, merusak sistem perangkat Anda, atau bahkan mengenkripsi file penting dan meminta tebusan untuk mengembalikannya (ransomware).

Jika Anda mengakses situs yang tidak menggunakan HTTPS (situs yang tidak aman), peretas dapat dengan mudah mencuri informasi pribadi Anda, seperti nama pengguna, kata sandi, dan nomor kartu kredit. Tanpa enkripsi yang memadai, data yang Anda kirimkan melalui Wi-Fi publik bisa dengan mudah disadap oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

ilustrasi

Cara Menghindari Risiko Saat Menggunakan Wi-Fi Publik
Meskipun ada banyak risiko saat menggunakan Wi-Fi publik, ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi potensi ancaman tersebut dengan menggunakan VPN (Virtual Private Network) Salah satu cara terbaik untuk melindungi data Anda saat terhubung ke Wi-Fi publik adalah dengan menggunakan VPN.

Jangan pernah mengakses akun perbankan, mengirimkan informasi pribadi, atau melakukan transaksi yang melibatkan data sensitif saat terhubung ke Wi-Fi publik. Jika memungkinkan, simpan aktivitas-aktivitas tersebut untuk dilakukan saat Anda menggunakan koneksi yang lebih aman, seperti data seluler atau Wi-Fi pribadi.

Periksa URL dan Gunakan HTTPS Pastikan situs yang Anda kunjungi menggunakan HTTPS, bukan HTTP. HTTPS memberikan lapisan keamanan tambahan yang mengenkripsi data antara perangkat Anda dan situs web. Anda bisa melihat ini dengan mudah karena URL di bilah alamat akan diawali dengan “https://” dan biasanya disertai ikon gembok di browser.

Nonaktifkan Berbagi File atau Folder! Jika Anda terhubung ke jaringan Wi-Fi publik, pastikan fitur berbagi file atau folder di perangkat Anda dimatikan. Ini akan mencegah perangkat lain yang ada di jaringan yang sama mengakses file atau data pribadi Anda tanpa izin.

Matikan Wi-Fi Otomatis Banyak perangkat canggih secara otomatis mencari dan terhubung ke jaringan Wi-Fi yang tersedia. Matikan opsi ini jika Anda tidak memerlukan koneksi Wi-Fi atau jika Anda berada di tempat umum. Ini akan mencegah perangkat Anda terhubung ke jaringan yang tidak aman atau tidak dikenal secara otomatis.

Wi-Fi publik memang memberikan pilihan menguntungkan bagi banyak orang, tetapi juga membawa risiko keamanan yang besar. Dengan memahami bahaya yang ada dan mengikuti langkah-langkah pencegahan tersebut di atas, Anda dapat melindungi diri dari ancaman yang mungkin terjadi. Dan Sebaiknya Keluarga Indonesi selalu waspada dan bijak dalam menggunakan Wi-Fi publik agar data pribadi Anda tetap aman dan terlindungi agar tetap bisa menjalankan kegitan online dengan nyaman! Pastikan di HP Anda telah terinstal NilaiKu untuk promosi produk ke sosial media!

Efek Mudik Idul Fitri 2025

NilaiKu.id- Mudik Lebaran 2025 diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah, dengan meningkatkan konsumsi di sektor transportasi, akomodasi, makanan, pakaian, oleh-oleh, dan hiburan. Hal ini berdampak positif pada sektor pariwisata, UMKM, dan transportasi. Wakil Ketua Banggar DPR, Wihadi Wiyanto, menyatakan bahwa belanja masyarakat selama mudik memberikan dampak nyata pada ekonomi, termasuk sektor makanan dan minuman.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dan Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menegaskan peran mudik dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal. Mudik meningkatkan konsumsi barang dan jasa, serta mendongkrak pendapatan daerah, seperti yang terlihat di Dusun Bambu, Bandung, yang menerima 17.000 pengunjung per hari.Pada 2024, perputaran uang selama mudik mencapai Rp 157,3 triliun, dan pergerakan pemudik meningkat signifikan. Pada 2025, diperkirakan ada 146,48 juta pemudik, yang akan menciptakan lonjakan konsumsi dan meningkatkan perekonomian nasional.

Foto Badan Penghubung Provinsi Jateng

Masyarakat selama mudik Lebaran 2025 mengalokasikan pengeluaran mereka untuk berbagai kebutuhan seperti transportasi, akomodasi, makanan, pakaian, dan oleh-oleh. Hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan di sektor-sektor tersebut, yang pada gilirannya akan mempercepat perputaran uang dan meningkatkan perekonomian. Pengeluaran yang tinggi dalam berbagai sektor ini mendorong aktivitas ekonomi, menciptakan peluang usaha, serta memberikan dampak positif pada sektor UMKM dan industri lokal, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.

Transportasi: Pengeluaran untuk transportasi mencakup biaya perjalanan pulang pergi ke kampung halaman, baik menggunakan kendaraan pribadi, bus, kereta api, pesawat, maupun kapal laut. Ini adalah salah satu pengeluaran terbesar selama mudik, karena jutaan orang bergerak dari kota ke desa, menyebabkan peningkatan permintaan pada layanan transportasi.

Akomodasi: Akomodasi mengacu pada tempat tinggal selama mudik, baik itu hotel, penginapan, rumah kontrakan, atau bahkan tempat tinggal keluarga. Pengeluaran untuk akomodasi terjadi ketika pemudik memilih untuk menginap di tempat yang tidak dapat menampung seluruh keluarga di rumah. Ini juga mencakup pengeluaran untuk tempat menginap saat bepergian.

Makanan: Selama mudik, orang cenderung mengeluarkan lebih banyak uang untuk makanan, baik untuk makan di luar saat perjalanan maupun untuk menyambut keluarga yang datang. Ini juga mencakup pembelian makanan khas Lebaran dan hidangan perayaan lainnya, yang meningkatkan permintaan di sektor restoran, warung makan, dan pasar.

Pakaian: Pengeluaran untuk pakaian biasanya meningkat menjelang Lebaran. Banyak orang membeli pakaian baru untuk merayakan Idul Fitri, seperti baju baru, hijab, atau pakaian khas Lebaran. Hal ini mendorong aktivitas di sektor retail, baik offline maupun online.

Oleh-oleh: Salah satu tradisi mudik adalah membawa oleh-oleh untuk keluarga dan teman di kampung halaman. Oleh-oleh ini bisa berupa makanan khas, produk lokal, atau barang-barang lain yang dibeli selama perjalanan. Ini menciptakan permintaan tambahan di pasar lokal dan memberikan dampak positif pada perekonomian daerah.