Sebelum Komersil dengan Hidroponik Kita Bisa Memenuhi Kebutuhan Skala Rumah Tangga.

NilaiKu.id – “Hal yang paling membahagiakan bagi petani pemula seperti saya, melihat tanaman menunjukan bakal berbuah,” Demikian Lusi Intan Sari, Sahabat NilaiKu Pasamanbarat, Sumatera Barat mengungkapakan rasa senangnya ketika tanaman hidroponik yang ia rawat berupa sayuran mentimun telah menunjukan tanda-tanda bisa segera dipetik hasilnya.

Dalam beberapa bulan terakhir Lusi nampak menyibukan diri dengan bertanam hidroponik dengan memanfaatkan lahan yang ada di sekitar rumahnya. Bermodal paralon sebagai yang telah diinstalasi sedemikian rupa ia menyediakan kebutuhan sayurannya sendiri dengan metode tanam hidroponik yaitu sistem pertanian yang dilakukan dengan menggunakan media tanam air.

“Instalasi hidroponik it ada dua, yang dialiri oleh tandon yang tadi nih, kita tanam seledri, kemangi, mint dan beberapa selada merah ya, sahabat! Ya..,” jelas Lusi dalam sebuah video yang di diunggah di chanel youtube.com/microaidnilaiku.

Selanjutnya ia menerangkan bagaimana sistem tanam hidroponik yang menggunakan atap dengan berbagai macam sayuran diantaranya mentimun, seledri dan berbagai jenis sayuran lainnya. Atap berfungsi melindungi tanaman dari tetesan air hujan bisa saja membuat tanaman menjadi  rusak secara fisik, terlebih bila tanaman masih berukuran sangat kecil, dan dengan adanya atap, masuknya air hujan ke pipa atau tempat media hidroponik bisa dihindari.

“Yang menarik di sini timun dan tomat, timunnya sudah berbuah. Masya Allah…! Untuk benih timun saya beli di pertanian dan tomatnya saya beli di pasar.” Lusi mengungkap asal muasal benih tanamannya. Tetapi yang lebih menarik lagi, bibit cabe dan tomat yang ia tanam secara hidroponik adalah limbah dapur yang ia semaikan sendiri “nanti saya akan coba juga wortel dan beberapa cabai, cabai rawit dan cabai merah,” kata dia.

Di bagian berikutnya, Lusi memperlihatkan tanaman instalasi di atas kolam yang khusus untuk bertanam selada merah.  Instalasi tersebut dikatakan Lusi merupakan instalasi awal bagaimana ia belajar bercocok tanam secara hidroponik. Terlihat beberapa media penunjang metode tanam hidroponik lainnya seperti tandon air dan pompa yang bertugas mengaliri air dan mendistribusikan nutrisi bagi tanaman di instalasi pipa yang dibangun oleh suaminya sendiri, Rida Warsa.

“Kalau pelatihan itu bagiannya Pak Rida, kalau saya cukp bagian rawat-rawat aja seperti ini,” terang Lusi sembari menerangkan apa saja yang dibutuhkan jika kita tertarik bercocok tanam secara hidroponik.

“Masya Allah, tanamannya sudah berbuah! Lumayan kan, kita bisa dapat sekilo dua kilo untk memenuhi kebutuhan rumah tangga kita, nggak beli lagi, ya…!Nanti kita bisa kembangkan lagi untuk lebih komersil.” Lusi mengapresiasi dengan sumringah.

Bagaimana, Sahabat NilaiKu, tertarik dengan hidroonik? Simak Video selengkapnya di tautan berikut Selamat bercocok tanam, Sahabat.

YouTube player

Sekolah Lapang Akses Pemasaran Digital dengan NilaiKu di Desa Cintakarya Kabupaten Garut

Sekolah Lapang Akses Pemasaran Digital dengan NilaiKu di Desa Cintakarya Kabupaten Garut

NilaiKu.id – Cara petani di Kabupaten Garut dalam mengupayakan peningkatan produktivitas di sektor pertanian dan meningkatkan kemampuan untuk mengakses pasar digital patut diacungi jempol.

Pasalnya, upaya itu nampak dalam kegiatan sekolah lapang yang dihadiri 90 orang petani dan pelaku usaha kecil dari tiga kecamatan di Kabupaten Garut yakni Kecamatan Leles, Tarogong Kidul dan Samarang pada Jumat, 27 November 2020, bertempat di Sekretariat Kelompok Tani Sari Tani, Desa Cintakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

“Hari ini, kebetulan kami menjadi tuan rumah mengenai kunjungan daerah lintas irigasi beserta sekolah lapang,” jelas Warsito Sejati, pengurus Poktan, kepada nilaiku.id Jumat (27/11).

Warsito yang merupakan pegiat dan pengusaha di bidang pertanian ini didapuk dalam memberikan materi mengenai akses pemasaran digital terutama dalam menyikapi iklim usaha di masa pandemik seperti saat ini.

Warsito Sejati

Hal tersebut mendapatkan tanggapan dari Dinas Pertanian Kabupaten Garut yang mengusulkan agar NilaiKu bisa menyambangi para petani di beberapa Kecamatan lainnya seperti Kecamatan Leles, Kadungora dan Leuwigoong untuk memberikan pelatihan penggunaan aplikasi.

“Kami berharap aplikasi NilaiKu bisa digunakan oleh semua petani di Kabupaten Garut untuk meningkatkan penjualan secara online,” ungkap petugas fungsional penyuluh pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Garut

Instal NilaiKu, Temukan di PlayStore!

Selain para petani yang tergabung dalam beberapa kelompok tani yang hadir dalam sekolah lapang tersebut, turut hadir para penyuluh fungsional kabupaten Garut, dan puluhan petugas BPP Kabupaten Garut,

“Alhamdulillah, seluruh peserta merespon positif, mereka mengerti manfaat aplikasi NilaiKu. Mereka menginginkan sosialisasi untuk urusan teknis penggunaan, agar bisa tahu lebih detail mengenai aplikasi dalam mengakses pasar, petani yang sudah sepuh pun minta diajari penggunaan android,” imbuh Warsito.

Sekolah lapang  IPDMIP  (Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program) dibagi dalam beberapa sesi yang berakhir dengan tanya jawab antar petani dan sharing pengetahuan tentang akses pemasaran secara online.  

Dalam kesempatan itu Warsito menjelaskan kepada para peserta sekolah lapang bahwa dengan membagikan Kartu Bisnis Digital NilaiKu di beberapa platform media sosial adalah  salah satu cara menggaet pembeli dan meluaskan pasar bagi tercapainya tujuan meningkatkan hasil penjualan produk usaha para petani.

“Harapan petani, dalam hal ini mengingat waktu yang terbatas dan usia mereka yang rata-rata sudah tua, mengenai android tidak paham, nah! apabila diajarkan di kelompok terdekat artinya bisa mengirim anaknya untuk memahami aplikasi Niaiku, mereka berharap agar diajarkan secara langsung, kan kalau via WA atau telpon agak repot, sulit dimengertinya,” jelas Warsito.

Wahyudi Untung 5 Juta Rupiah dari Melon Korea.

Wahyudi Untung 5 Juta Rupiah dari Melon Korea.

NilaiKu.id – Wahyudi mengunggah beberapa photo buah melon, sangat menarik perhatian, warna kuning cerah  dan menggoda, air liur pun jadi menetes.

Postingannya di WAG Sahabat NilaiKu Lombok ini mendapat cukup banyak respon, kata dia sebentar lagi akan panen.

“Itu melon baru sekitar lima hari lagi bisa dipanen setelah tester brix,” jelas Wahyudi yang berprofesi sebagai petani dan penyalur bibit tanaman di sekitar Lombok, Nusa Tenggara.

Menurut pengguna aplikasi NilaiKu ini Brix tester adalah alat pengukur tingkat kadar gula dan kemanisan dalam buah atau sebuah produk minuman. Alat tersebut banyak digunakan di bidang pertanian dan perkebunan, khususnya pada budidaya tanaman buah buahan dan industri gula tebu.

Dengan alat pengukur tingkat kemanisan ini, petani bisa mengetahui kematangan buah-buahan dengan cara mengetahui persentase tingkat kemanisan dalam buah yang akan segera dipanen, termasuk buah melon para petani Lombok.

Buah melon, selain juicey-nya bisa menghilangkan haus karena mengandung banyak air dan rasa manis yang menyegarkan, aroma khas dari buah melon sangat menggoda, segar! Terlebih dikonsumsi saat siang hari pada saat cuaca panas sedang terik-teriknya.

Setelah melon matang bisa dikonsumsi begitu saja atau dijadikan bahan campuran sop buah, es teler dan cocktail atau dijadikan produk turunan seperti sirup dan permen.

Budidaya Melon di Indonesia

Di Indonesia melon tumbuh dengan baik terutama di daerah beriklim panas, tak salah jika petani Lombok membudidayakannya karena secara iklim sangat cocok di beberapa daerah tersebut.

Jenis melon yang paling banyak dijual di pasaran Indonesia adalah musk melon yang harganya berkisar antara Rp10 hingga Rp15 ribu.

“Betul, melon ini cocok ditanam di daerah panas. Tapi, tetap harus ada air yang mencukupi, sekarang di tempat kami hujan masih belum merata, musim keringnya masih sering. Yang sekarang banyak ditanam diantaranya jenis Golden Melon,” terang Mohamad Wahyudi, Sahabat NilaiKu Lombok kepada NilaiKu.id.

Menurut Wahyudi yang sehari-harinya aktif melakukan pendampingan secara swadaya tentang budidaya tanaman kepada para petani, masyarakat Indonesia mengenal beragam jenis  melon seperti rock melon, Korean melon dan Golden Langkawi, melon jenis terakhir termasuk yang mudah ditanam dan cepat berbuah, bentuknya lonjong dengan warna kulit kuning seperti namanya golden.

Golden Langkawi memiliki keunggulan dengan tekstur rasa yang renyah, tak mudah busuk sehingga tahan lama dan menguntungkan.“Sayangngya, sekarang harga sedang kurang bagus, kadang sampai 3000rupiah saja perkilo,” terang pria yang tinggal di Karang Baru Desa Rempung Kecamatan Pringgasela, kabupaten Lombok Timur, provinsi Nusa Tenggara Barat.

Meski tak sampai behektar-hektar lahan yang ditanami melon oleh seorang petani Lombok seperti Wahyudi dan rekan-rekannya dengan waktu tanam hingga 65 hari, pada saat panen melon Lombok termasuk paling banyak diminati oleh masyarakat lokal dan luar daerah, pengepul besar banyak mencari melon ke Lombok.

“Banyak yang dijual ke Pulau jawa kalau partainya, besar. Masyarakat lokal pun cukup berminat. Saya juga jual eceran dengan Aplikasi NilaiKu, saya juga jual benih unggulan di NilaiKu,” ungkapnya.

Beberapa produk yang dijualnya melalui aplikasi NilaiKu antara lain; Benih tomat, cabai keriting, bibit kangkung dan beberapa jenis sayuran seperti pak choy atau bokcoy dan juga beberapa jenis melon seperti Melon Rock atau melon berjaring, melon madu New Alya.

Wahyudi mengatakan bahwa melalui share KBD di medsos ia mendapatkan pembeli dan tak jarang adalah warga sekitar daerahnya, beberapa diantaranya dari instansi dan dinas pertanian setempat.

“Komentar pembeli, bagus-bagus saja. Nggak pernah ada yang komplain, bahkan mereka bilang buahnya enak, manis!” jelas pria kelahiran Juli 1980 yang telah dikaruniai tiga anak ini.

Dalam kondisi normal sebelum masa pandemi, ia mengatakan pendapatan bersih usaha taninya hampir sama dengan total biaya pengeluaran.

“Jadi kalau kalau dalam penanaman 1200 pohon biaya maksimal Rp 4.800.000, sedangkan penjualan minimal Rp 9.600.000,- sehingga keuntungan bersih Rp 4.800.000 selama 2 bulan sehingga/bulannya pendapatan petani Rp 2.400.000,-“ Pungkasnya.

Hubungi Wahyudi di Link Modal sosial: modalsosial.wahyudi

Beda Kartu Tani dengan Kartu NilaiKu, Manfaatnya juga beda!

Beda Kartu Tani dengan Kartu NilaiKu, Manfaatnya juga beda!

NilaiKu.id – Kartu Tani, adalah identitas petani yang digunakan sebagai dasar penyusunan kebijakan bagi Kementerian Pertanian dan tranparansi penyaluran dana subsidi melalui sistem perbankan, di perlukan petani untuk mendapatkan layanan pemerintah untuk kelancaran dalam memproduksi komoditi pertanian. Selain itu, kartu tani bisa digunakan untuk akses perban kan dalam mendapatkan Kredit Usaha Rakyat.
Bagi para petani yang telah mendapatkan Kartu Tani, dapat melakukan pembelian pupuk subsidi ke agen atau pengecer yang telah ditunjuk. Transaksi yang dilakukan dengan menggunakan mesink husus bernama Electronic Data Capture (EDC) di pengecer resmi.

Kartu NilaiKu

Kartu NilaiKu adalah yang berguna untuk mempromosikan produk atau usaha petani dan pelaku usaha kecil menengah di sosial media seperti facebook, whatsapp, messenger, Instagram dan platform sosial media lainnya yang dibuat khusus bagi pengguna aplikasi NilaiKu dalam memudahkan jangkauan dan target pasar. Dengan cara membagikan Kartu NilaiKu ke sosial media, khalayak akan mendapatkan informasi tentang produk dan usahayang dibuat petani atau pelaku UMKM.

Kartu NilaiKu terdiri dari foto produk, harga dan satuan produk yang Anda jual dengan tingkat kepercayaan tinggi karena telah melalui verifikasi dengan mitra verifikator, verifikasi bisa diperoleh dari orang yang sudah membeli produk Anda atau orang yang mengenal siapa Anda. Sehingga memberi keyakinan kepada calon pembeli bahwa produk yang dijual melalui Kartu NilaiKu dapat dipercaya.

Manfaat Internet Wifi di Desa Cintakarya

Manfaat Internet Wifi di Desa Cintakarya

NilaiKu.id – Mengakses Internet kini merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat, tak terkecuali di pedesaan dan pelosok-pelosok daerah di tanah air. Dimana data, Informasi dan privasi sekalipun telah menjadi bagian yang tak terpisahkan di dunia maya yang sudah mengglobal ini. Mengakses internet pun menjadi sebuah kegiatan membuka jendela pengetahuan dengan menjelajah informasi dunia. Internet bukan lagi merupakan kebutuhan tambahan semata, di era informasi ini telah bergeser menjadi kebutuhan mutlak berbagai pihak dalam menjalankan aktivitas termasuk di sektor pertanian dan usaha kecil menengah.

“Jadi, Sahabat NilaiKu seperti Alvi, Rian atau Rohmat dan lainnya suka datang ke rumah memanfaatkan WI-FI, biasanya mereka mencari tahu banyak hal, misalnya nyari informasi, kalau tanaman lagi kena hama mereka suka sharing minta pendapat di internet, bagaimana mengatasinya, umur sekian harusnya bagaimana, jadi benar-benar untuk cari informasi, membuka aplikasi NilaiKu dan lain-lain” jelas Warsito kepada NilaiKu (16/11/20). 

Untuk mempermudah kebutuhan internet Sabahat NilaiKu di Kampung Pasir, Desa Cintakarya RT.03/RW.02 Kecamatan Samarang Kabupaten Garut, sejak beberapa bulan lalu microAid turun tangan agar Sahabat NilaiKu Garut yang berdomisili di daerah tersebut bisa menikmati akses internet lebih yang baik lagi, yaitu berupa instalasi WI-FI dengan koneksi internet yang memadai.

Warsito Sejati, Sahabat NilaiKu yang aktif menjadi penggerak masyarakat petani setempat mengaku sangat terbantu dengan adanya WiFi bantuan microAid tersebut.

Warsito mengaku sangat terbantu dengan bantuan Wi-Fi yang diberikan microAid, karena manfaatnya bisa dirasakan sahabat NilaiKu secara nyata dalam menggunakan internet secara lebih positif dan terarah bagi kemajuan warga petani, utamanya dalam menggali informasi dunia tani dan usaha.

“Waktu kemarin ada staff menteri ke sini pun, mereka bilang; wah! bagus sekali pak Warsito ada Wi-Fi di sini untuk warga. Malah sebelum wabah Covid-19 anak-anak sekolah suka nebeng juga di sini, saya juga suka pantau apa yang mereka lihat, takutnya macam-macam. Tapi, Alhamdulillah kegiatannya positif ngerjain tugas sekolah, cuman sekarang kan ada kuota (Kemendikbud), mereka punya kuota sendiri,” jelas Warsito.

Lebih lanjut Warsito menuturkan bahwa kehadiran Wi-Fi yang disediakan microAid sangat bermanfaat, khususnya bagi warga petani, anggota petani sangat terbantu dengan adanya Wi-Fi.

“Saya sebagai pengurus kelompok tani sangat berterimakasih kepada microAid atas partisipasinya mau membantu menyediakan fasilitas internet untuk Poktan Sari Tani,” pungkasnya.

Generasi Muda Tak Lagi Minat Bertani, Benarkah?

Generasi Muda Tak Lagi Minat Bertani, Benarkah?

Nilaiku.id– Pernyataan itu terlontar begitu saja dari seorang petani senior di suatu pagi saat tim NilaiKu berada di sebuah pesawahan bercengkrama dengan para petani padi yang sedang memberikan perawatan terhadap tanamannya.

“Walaupun dari sekian banyak generasi muda adalah anak petani, belum tentu dalam keseharian mereka ikut terlibat dalam bidang pertanian Banyak yang memiliki pengalaman sama dengan saya.”

Menurutnya, seorang anak petani tak lagi berminat terjun di dunia pertanian seperti orangtuanya, bagi sebagian orang mungkin bisa dimengerti dikarenakan generasi muda tersebut melihat kenyataan bahwa orangtua atau keluarga mereka yang berprofesi sebagai petani dan buruh tani ternyata bekerja lebih keras untuk upah yang minim, akibatnya regenerasi di sektor pertanian Indonesia menjadi kurang.

Generasi muda lebih tertarik bekerja sebagai buruh migran, dengan harapan memperoleh pendapatan yang lebih layak. Pendidikan yang meningkat dan terbukanya kesempatan bekerja di luar sektor pertanian menjadikan generasi muda mencari pendapatan yang dianggap lebih layak.

Lalu, siapa yang akan menghasilkan pangan jika tidak ada yang bersedia lagi bekerja di sawah dan ladang atau berkebun? padahal hampir semua bahan pangan berasal dari sektor pertanian.

“Kita mungkin harus memanfaatkan teknologi dan merangsang minat generasi muda agar tertarik pada  pertanian, menumbuhkan kecintaan terhadap desa juga lah,” begitu kata Asep Abdurrahman, pensiunan pegawai Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya.

Bibit Manggis

Namun demikian, ternyata masih ada milenial yang tergerak untuk menekuni dunia tani, contohnya Sahabat NilaiKu Sukabumi, Ayi Ardi.  Ia menekuni bisnis pembibitan manggis dengan sistem sambung pucuk atau tunas.

Ardi mengakui bahwa mengelola usaha bibit tanaman dibutuhkan waktu yang cukup lama,namun tidak mengurangi minat dan ketertarikannya  di bidang pertanian. Hal ini merupakan salah satu potret adanya milenial yang masih peduli pertanian.

Dengan usaha pembibitan tanaman Ardi menganggap dirinya sedang berinvestasi  jangka panjang. “Sambil nunggu tunasnya tumbuh, saya ada kesibukan di Bandung. Setelah nanti bibitnya jadi, saya tawarkan dulu ke teman-teman dekat yang minat bercocok tanam. Aplikasi NilaiKu-nya nanti saya gunakan untuk pemasaran,” terang Ayi Ardi, Warga Bungamelur, perbatasan Sukabumi-Cianjur Selatan.

“Manggis buat saya itu investasi, apalagi jika sudah musim berbuah, banyak manfaatnya lagi” sambung Ardi.

Di zaman teknologi digital Ardi memanfaatkan aplikasi sebagai sarana meluaskan jaringan dan mendapatkan alternative pemasaran, menurutnya bahwa setiap aplikasi pasti memberikan manfaat dan faedah yang  menguntungkan penggunanya, tinggal bagaiman para pengguna memanfaatkan aplikasi itu sebaik mungkin, “Untuk saya sendiri yang penting informasinya sampai dulu ke masyarakat.” Pungkas dia.

Permintaan pangan akan terus naik seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, kemajuan ekonomi dan industri pengolahan makanan pun akan menyerap sangat banyak komoditas tani.  Yuk! Menanam lebih banyak komoditas tani seperti petani NilaiKu. Salute untuk spirit bertaninya!

Rida Warsa: Saya Bisa Menemukan Orang-Orang yang Satu Dunia Dengan Usaha Saya.

Rida Warsa: Saya Bisa Menemukan Orang-Orang yang Satu Dunia Dengan Usaha Saya.

NilaiKu.id – Barangkali, belum terlalu banyak kisah petani inspiratif yang diketahui oleh khalayak banyak yang memiliki dedikasi luar biasa dalam dunia pertanian Indonesia. Mereka memiliki semangat bertani dengan motivasinya sendiri, memiliki misi dan pandangan jauh ke depan dalam memberikan sumbangsih di bidang pertanian, kususnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani.

Namanya Rida Warsa, petani NilaiKu yang merupakan warga Airbesar, Pasamanbarat, Sumatera Bara ini dalam kesehariannya begitu akrab dengan alam dan lingkungan hidup. Ia lahir dari keluarga petani Minang yang dengan sendirinya mewarisi bakat dan passion di usaha pertanian, ia memiliki keinginan besar dalam menjabarkan ilmu pertanian yang ia serap dari orang tuanya.

“Wah, kalau saya sejak lahir memang berasal dari keluarga petani,” kata dia kepada NilaiKu (14/11/20) ikhwal profesi yang ia tekuni. Tak heran laki-laki kelahiran Juli 1975 yang merupakan Alumni Institut Pertanian Bogor tersebut memiliki minat besar dalam mengupayakan kemajuan pertanian di daerahnya, salah satunya dengan mengenalkan teknik hidroponik dalam bercocok tanam kepada masyarakat.

“Alhamdulillah, mereka pun merespon dengan baik, masih dalam tahap pengenalan. Dan yang penting mereka tahu bagaimana caranya menjaga ketersediaan pangan di sekitar lingkungan mereka, walaupun dalam penjualan sayurannya belum terlalu besar. Yang pentinga ada pangan tersedia,” papar Rida.

Selain aktif sebagai petani dan tenaga honorer penyuluh pertanian, Rida memiliki setumpuk kegiatan seperti aktif di oraganisasi Palang Merah Indonesia Pasamanbarat, ia juga merupakan pegiat bagi masayarakat tanggap bencana. Seperti diketahui, Sumatera Barat merupakan wilayah Indonesia yang masuk ke dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) karena sering terjadi gempa.

Rida Warsa memanfaatkan media sosial sebagai etalase berbagai kegiatannya dalam rangka menebar informasi dan hal-hal positif bagi lingkungannya, termasuk menggunakan aplikasi NilaiKu untuk usaha pertanian yang ia tekuni.

“Kalau untuk Nilaiku, saya tuh merasa menemukan cara lah. Karena saya ini punya banyak (usaha), ada pakan ayam, ada hidroponik.Selama ini saya postingnya satu-satu kan? Nah, dengan NilaiKu saya bisa menyusun semua produk saya di situ, jadi saya merasa ada semacam etalase toko untuk usaha saya. Kedua, saya bisa nemuin yang sama-sama satu link-lah, seperti bu Mahani yak an? dan lainnya. Saya bisa menemukan orang-orang yang satu dunia dengan usaha saya,” terang Wakil Ketua Bidang Organisasi dan PSD PMI Kabupaten Pasaman Barat ini.

Jika spirit Rida warsa dalam menekuni dunia pertanian bisa menular kepada banyak generasi milenial, kita bisa mengikis kegalauan akan menyusutnya jumlah petani di Indonesia. Salam Sahabat NilaiKu!

Link Modal Sosial: https://nilai.to/hidroponik.rida

Sijarwo Mendorong Produktivitas Padi Petani NilaiKu Kabupaten Garut

Sobat Nilaiku, pernahkah Anda mendengar Sijarwo? Kependekan dari Pola tanam Sistem Jajar Legowo, sebuah istilah dalam pola tanam padi yang kini direkomendasikan oleh Dinas Pertanian.

Sijarwo memberikan keuntungan, antara lain; adanya ruang terbuka yang lebih lebar di antara dua kelompok barisan tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun tanaman padi. Kondisi tersebut akan meningkatkan fotosintesis  yang berdampak baik pada produktivitas tanaman, petani-pun dapat mengembangkan sistem produksi padi-ikan atau kombinasi padi, ikan, dan bebek.

“Jajar legowo, sekarang inilah yang direferensikan oleh distan,” terang Warsito, Koordinator petani NilaiKu di Kabupaten Garut usai melakukan kegiatan Sekolah Lapang yang digagas IPDMP (Integrated Participatory Development & Management of Irrigation program) kepada NilaiKu (10/11/2020).

Dalam kegiatan sekolah lapang tersebut, tiap  kelompok tani dari lima desa mengirimkan dua orang delegasinya, terdiri dari delegasi Desa Cintaasih, Cintakarya, Banjarsari, Mekarjaya dan Sirnasari, Kecamatan Samarang Bayongbong, Kabupaten Garut, pada Selasa (10/11).

 “Untuk sekarang saya mengajarkan ke kelompok, kelompok nanti akan mengajarkan ke masing-masing anggota,” imbuh Warsito.

Sijarwo  akan memudahkan petani dalam pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit, selain itu akan mempermudah dalam mengendalikan hama tikus dan peningkatan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir lahan pun berpeluang untuk  meningkatkan produksi padi hingga 10-15%.

 “Alat mudah, pupuk irit, mengurangi hama tanaman,” tegas Warsito.

Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia terus berupaya mendorong terwujudnya Kedaulatan Pangan Nasional, hal tersebut menjadi komitmen yang kemudian diimplementasikan dalam meningkatkan produktivitas padi dan direalisasikan dalam pola tanam dengan sistem jajar legowo.

Tapi, dari manakah inovasi system pola tanam jajar legowo ini bermula?

“Yang saya tahu, awalnya orang Garut yaitu Poktan Sari Tani, kemudian diterapkan di Jawa, karena Jawa (Tengah) produksi padinya lebih baik ketimbang Jawa Barat, dan sekarang kembali ke Garut,” terang Warsito. Bagaimana dengan pola tanam padi di tempat Anda? Apakah masih memakai pola ubin atau lantai alias tagar?

Syarief Hidayat: Alhamdulillah Mulai Cerah

Syarief Hidayat, petani NilaiKu yang cukup sohor dan dikenal aktif oleh warga Langensari, Sukaraja, Kabupaten Sukabumi sebagai pegiat tani di beberapa Poktan ini mengaku telah merasakan manfaat aplikasi NilaiKu. Ia berkeinginan besar agar masyarakat petani tahu betul faedahnya yang sudah ia rasakan.

“Alhamdulillah, sesudah menggunakan NilaiKu. Dalam komunikasi, bisnis, sedikit demi sedikit sudah mulai cerah. Walaupun masyarakat belum banyak yang tahu. Harusnya, sesama petani tahu bahwa ternyata manfaat nilaiKu itu besar. Alhamdulillah, Ternyata manfaatnya besar, kita bisa saling memberi tahu informasi. Dalam hal bisnispun sekarang kita ga akan kena kibul lagi dari para tengkulak tentang harga, di grup tani atau grup NilaiKu kami bisa saling Komunikasi.”

Bagaimana dengan Anda? Oh, ya! Sudah diupdate NilaiKu-nya? https://play.google.com/store/apps/details?id=com.microaid.nilaiku

Wow! Hari Gini Masih Ada Barter

Sobat NilaiKu, Jual beli sistem barter atau saling tukar barang tanpa dengan uang di zaman ini ternyata masih ada, ini hal yang langka! Namun menarik dan seru ya?

Begini kejadiannya, ibu Asrimin menawarkan produk kue Burasaq untuk ditukar dengan jeruk hasil panen ibu Hera di Garut saat ibu Hera mempromosikan jeruk Garut-nya melalui Kartu *NilaiKu* yang dibagikan ke semua grup WhatsApp.

“Bu asrimin pingin coba jeruk Garut tuker sama kue burasaq-nya” begitu tanggapannya, lalu terjadilah barter di era teknologi. Gayung bersambut, ibu Asrimin di Lombok Timur tertarik untuk melakukan barter.

Anda pun juga bisa melakukan hal yang sama seperti mereka. Promosikan produk Anda, dan bagikan ke grup WhatsApp dan lihat tanggapan teman-teman Anda.

Gotong royong membantu membeli dagangan teman itu indah!

Salam, Petani NilaiKu