Halo Sobat NilaiKu, para pelaku UMKM dan penggerak ekonomi Indonesia! Kita punya rangkuman berita yang bikin semangat sekaligus mengajak kita berpikir keras juga,nih. Kita akan bahas kabar gembira dari UMKM binaan Pertamina yang sukses besar di Inacraft dan Mandalika, membuktikan bahwa produk lokal kita layak go global dan bisa meraup omzet miliaran. Namun, di saat yang sama, kita juga harus menghadapi kenyataan pahit seperti dampak blokir fitur live selling TikTok yang langsung memukul pendapatan banyak pelaku usaha, serta “gap” digitalisasi yang masih jadi PR besar. Intinya, UMKM adalah tulang punggung negeri, dan mari kita lihat bagaimana mereka berjuang di tengah tantangan dan peluang yang silih berganti.
Siapa Bilang Usaha Rumahan Cuma Receh? Omzet Milyaran di Inacraft!
Bayangkan, 32 pelaku UMKM kreatif yang dibina Pertamina baru saja membuktikan kalau bisnis lokal itu powerhouse! Mereka tampil di pameran keren se-Asia Tenggara, Inacraft 2025, dari tanggal 1 sampai 5 Oktober di JCC Jakarta.
Hasilnya? Bikin geleng-geleng! Total omzet yang mereka kantongi selama 5 hari pameran mencapai Rp4,7 Miliar! Angka ini melonjak tajam, naik 62% dari tahun lalu. Salah satu yang paling bersinar adalah Batik Mata Andau dari Palangka Raya. Mereka memboyong motif Dayak yang otentik, dan tahu enggak? Produknya langsung dilirik pembeli dari luar negeri! Ini benar-benar kisah sukses: dari meja kerja rumahan, sekarang produknya go global. Keren banget, kan?
Nonton Balapan Sambil Bikin Duit di Mandalika!
Vibes balapan MotoGP Pertamina Grand Prix Mandalika di Lombok (3-5 Oktober) enggak cuma soal speed motor, tapi juga soal kecepatan UMKM NTB naik kelas. Acara balap kelas dunia ini jadi panggung buat produk lokal. Coba lihat kacang Nutsafir—camilan lokal yang dulunya biasa aja, sekarang dijual di area pameran yang dipenuhi turis asing. Peluang eksposur internasional ini emas banget! Bisa nonton balapan seru, sambil produk kita dipegang turis mancanegara.
Program Makan Gratis: Pasar Tetap buat UMKM Lokal!
Di media sosial X (dulu Twitter), banyak yang heboh positif soal program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari Prabowo. Program ini bukan cuma tentang kasih makan anak sekolah, tapi juga tentang menggerakkan ekonomi akar rumput. Ribuan Satuan Pelayanan Pendidikan Gratis (SPPG) yang akan tersebar di seluruh Indonesia bakal jadi pasar tetap bagi UMKM, petani, dan nelayan lokal. Banyak pelaku usaha lokal bilang, program ini bikin usaha mereka “hidup” dan bukan sekadar proyek musiman. Ini game changer buat peningkatan ekonomi daerah!

Dan ini berita berat yang bikin mikir dan butuh solusi, yakni Tantangan Berat di Era Digital dan Regulasi yang ‘Kagetan’
Live TikTok Diblokir, UMKM Teriak Rugi Besar!
Nah, ini nih yang bikin pusing. Sejak akhir Agustus 2025, TikTok harus mematikan fitur live selling di Indonesia gara-gara kerusuhan demo di Jakarta. Dampaknya? Pedagang UMKM yang jualan utamanya lewat live streaming langsung kena pukul telak! Penjualan mereka anjlok drastis. Desainer mode bahkan mengaku rugi sampai jutaan. Kejadian ini menegaskan, kita butuh regulasi yang lebih solid dan jelas agar platform digital bisa tetap beroperasi saat ada gejolak. Nasib bisnis jangan sampai jadi korban ketidakpastian.
Go Digital Cuma Mimpi? Ada ‘Gap’ Besar di Lapangan!
Pemerintah punya target ambisius: 30 juta UMKM harus go digital. Tapi, per 2025, yang berhasil ‘nyemplung’ baru 12,5 juta. Jauh, kan? Ada kesenjangan besar antara kebijakan di atas kertas dengan kenyataan di lapangan. Masalah klasik seperti akses internet, kurangnya skill digital, dan biaya masih jadi tembok besar. Padahal, potensi ekonomi digital kita diprediksi mencapai US$130 Miliar tahun ini. Kalau gap ini diatasi, UMKM bisa jadi kunci utama!
Stimulus Baru, Tapi Masih Sulit “Naik Kelas“
Pemerintah baru saja meluncurkan paket stimulus (disebut 8+4+5 pada 15 September 2025) yang isinya macam-macam, mulai dari keringanan pajak sampai akses pasar. Ini kabar baik. Tapi, meskipun sektor logistik tumbuh kencang (8,52% di Q2 2025), UMKM kita masih kesulitan banget buat bersaing dengan produk impor dan naik kelas. Belum lagi, isu panas di media sosial tentang produk UMKM lokal yang tiba-tiba disebut “ilegal” di ranah digital. Ini menunjukkan bahwa meskipun sudah banyak upaya, dukungan yang lebih terstruktur dan perlindungan hukum masih sangat dibutuhkan.
Intinya: UMKM adalah tulang punggung sejati ekonomi kita (kontribusinya di atas 60% PDB!). Mereka kuat, tapi butuh jalan yang lebih mulus dan perlindungan yang lebih tebal biar enggak cuma bertahan, tapi benar-benar maju dan jadi raja di negeri sendiri.